"Gue putus."
"Putus sama mas-mas yang jagain minuman?"
"Barusan ketemu Yedam. Dia sama Kak Yuri duduk di kiri lo pojok deket jendela," kataku pada Yuqi. "Dia minta waktu, gue nyeplos bilang putus sekalian taunya di-iyain."
Yuqi menoleh kearah yang kuucapkan barusan. "Anjir lo... serius?"
Aku mengangguk. Tapi sepertinya Yuqi masih belum percaya karena aku yang tak menampilkan ekspresi apapun. Dia pasti berpikir kalau kami putus, apalagi dalam keadaan yang tidak jelas seperti ini aku akan menangis hingga mataku kering kerontang.
"Ah apaan sih. Ntar putus beneran mau lo?"
"Enggak mau," jawabku spontan.
"Eh lo jangan nangis dong. Aduh, beneran ya ini?" panik Yuqi begitu melihat setetes air mata mengalir dari mataku.
"Siapa yang nangis?"
Yuqi semakin panik ketika air mataku mulai bercucuran. Dia mengambil banyak tisu dan menempelkannya spontan pada wajahku. "Paling nggak, jangan sampai Yedam tahu kalau lo nangis," katanya.
"Gue tuh nggak nangis!"
"Goblok ya lo?! Terus itu apa yang keluar dari mata lo? Ingus hah?!" Yuqi kemudian berdiri di sebelahku, menutupiku sebisa mungkin agar aku tak terlihat dari arah Yedam duduk. "Lap dulu air mata lo. Nanti nangisnya di rumah gue aja."
Pada akhirnya aku menangis hingga air mataku mengering di kamar Yuqi. Yuqi sendiri hanya duduk disampingku sambil merangkulku, menemaniku hingga aku puas menangis. Aku menumpahkan semua perasaanku sore itu. Bagaimana kecewanya aku pada Yedam meskipun awalnya itu hanyalah sebuah kalimat, bagaimana marahnya aku saat mendengar Yedam meminta waktu untuk memikirkan hubungan kami bukannya meluruskan yang membuat kami tak berkomunikasi selama beberapa hari, bagaimana kesalnya aku saat Yedam meng-iyakan celetukanku meminta putus, serta bagaimana sedihnya aku ketika menyadari kini aku dan Yedam bukanlah sepasang kekasih lagi padahal aku masih menyayanginya.
Yuqi tidak mengatakan apapun, dia hanya mengangguk sambil menepuk pundakku dan sesekali berkata, "udah, nggak apa-apa."
Iya. Seharusnya tidak apa-apa. Selama ini aku tidak pernah seratus persen menggantungkan diriku pada seorangpun.
b o y f i e
Bang YedamMeskipun dua hari setelah putus aku terlihat seperti tubuh tanpa jiwa, namun sekarang ini aku sudah kembali. Aku bisa berkonsentrasi di kelas juga bergaul dan bertengkar kecil bersama teman-temanku lagi. Aku juga kembali aktif les dengan Kak Hanbin, maupun les bimbel dan les di sekolah.
Mama dan Junghwan sudah tahu perihal putusnya aku dengan Yedam dan hebatnya, aku sendiri yang menceritakannya pada mereka. Mulai saat ini aku akan mencoba lebih terbuka dengan keluargaku, orang-orang yang seharusnya bisa kupercaya tanpa keraguan sedikitpun.
Hari senin besok aku akan menjalani ujian praktik selama satu minggu penuh. Mama menunda dinas selama aku ujian praktik. Katanya dia ingin menemaniku. Junghwan juga untungnya sadar diri dengan tidak membawa si toa berisik Jeongwoo kerumah. Sehingga aku bisa menyiapkan materi ujian praktikku dengan tenang.
Haruto Besok mau berangkat jam berapa, Kak?
Haruto Terus kelarnya jam?Helen
Kayanya berangkat jam delapan. Kelarnya habis duhur.Haruto Besok sama gue aja.
Helen
Lo kan libur, ngapain ke sekolah?Haruto Nganter lo.
Helen
Sempet sempetnya lo. Kalau kata gue sih mumpung libur, waktunya dipakai buat tidur sampai siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfie •bang yedam
FanfictionThere is no way for me to 'unlove' him. -Helen Started 18 September 2020