twenty

230 39 0
                                        

B O Y F I E
Bang Yedam

Aku memandangi soto dan beberapa tempura didepanku tanpa berselera sedikitpun. Aku menghela, kemudian mengaduk kudapan siang berkuah itu tanpa berminat untuk menyantapnya. 

"Le, makanan tuh buat dimakan, bukan buat dimainin!" tegur Yuqi.

"Kenyang."

"Kenyang makan angin maksud lo? Perut lo tuh sejenis sama perut gue, mana ada kenyang tapi belum makan apa-apa sejak pagi?" Yuqi menggeser mangkuk sotonya yang isinya sudah ludes sedari tadi. "Kali ini apa? Masih soal baju sewa, atau lagi berantem sama Junghwan atau Yedam?"

Aku mengusap wajahku frustasi, tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Yuqi. Aku bertengkar dengan Junghwan, tapi aku sendiri tidak mengerti alasan pastinya. "Qi, emangnya salah ya kalau gue nggak kasih tahu masalah-masalah gue ke Junghwan atau Yedam?"

"Oh, jadi soal ini. Tumben banget diangkat jadi masalah? Biasanya diem-diem aja tuh?"

"Qi!"

"Kalau lo tanya ke gue, jawabannya, iya lo salah."

"Tapi, gue cuma nggak mau ngerepotin aja, Qi. Antara gue sama Junghwan, gue anak tertua. Udah seharusnya gue yang jadi tameng dan pelindung. Mana bisa gue biarin Junghwan ikut mikirin masalah yang gue perbuat? Kalau Yedam, meskipun dia itu pacar gue, tetep aja dia juga nggak perlu sampai ikut nanggung masalah gue, kan?" curahku panjang lebar.

"Kalau gitu, lo hidup aja sendiri."

"Hah?! Kok gitu?"

"Ya gimana? Lo maunya nyelesain apa-apa sendiri. Artinya apa lagi kalau bukan lo nggak butuh orang lain?"

"Bukan gitu ..."

"Iya. Gue ngerti kok sama maksud lo yang selalu nggak mau ngerepotin orang lain. Tapi gue nggak setuju kalau lo nerapin itu ke semua hal." Yuqi meneguk habis es jeruk pesanannya, baru kemudian melanjutkan, "sikap lo yang kayak gitu, Le, bikin orang berpikir kalau lo tuh nggak butuh mereka. Lama-lama, mereka juga bakal berpikir kalau, ah, guenya aja nggak dibutuhin, ngapain masih stay disini. Kalau udah gitu, ya mereka bakal pergi lah."

"Astaga, Qi!"

"Gue serius loh, Le."

"Terus, kenapa lo nggak pergi?"

"Karena gue tahu lo masih butuh orang lain dikehidupan lo. Yah intinya, coba lo lebih terbuka lagi. Bukan cuma ke Junghwan, Yedam juga."

Setelah mengatakannya, Yuqi beranjak dari duduknya dan mengajakku untuk kembali ke kelas.

Aku berjalan mengekori Yuqi sambil terus mencerna semua ucapan-ucapan bijak Yuqi. Tidak menyadari jika Yuqi berhenti, membuatku menubruk punggungnya. "Eh, jangan berhenti tiba-tiba dong, bangke!" runtukku.

Karena tak kunjung mendapat balasan dari Yuqi, aku menyejajarkan posisiku dengannya kemudian menjentikkan jariku tepat didepan wajah Yuqi. "Woy, Qi!"

"Le."

"Apa?"

"Kenapa nama lo ada di papan skors?"

SKORSING

So Helen - 12 IPS 1
Tiga hari skorsing. Kepada yang bersangkutan, diharap menghubungi wakil kesiswaan untuk mengambil surat panggilan orangtua.

B O Y F I E
Bang Yedam

Aku mendorong pintu kaca ruang wakil kepala sekolah asal-asalan. Dengan sebuah amplop putih berisi surat panggilan orang tua di tangan kananku, aku keluar dari ruangan seperti jasad tanpa ruh.

boyfie •bang yedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang