B O Y F I E
Bang Yedam"Junghwan, gue berangkat duluan. Jangan lupa sarapan, jangan bolos juga," ucapku dari luar kamar Junghwan. Biasanya kami akan berangkat bersama, tapi untuk keadaan dimana Junghwan sedang mogok berbicara, sepertinya tidak akan memungkinkan kami untuk pergi ke sekolah bersama.
Hari ini aku juga berangkat lebih pagi, agar Junghwan bisa leluasa bersiap-siap dan dia tidak terlambat. Ya, begitulah saat aku dan Junghwan sedang bertengkar. Kalau sekiranya aku yang menyebabkan pertengkarannya, aku yang mengalah. Berlaku juga untuk kebalikannya.
"Haruto? Mau berangkat bareng Junghwan, ya? Dia belum siap-siap tuh, lo tunggu di dalam aja." Aku yang begitu keluar melihat Haruto sudah duduk menunggu di kursi teras, langsung memintanya agar menunggu di dalam.
"Yuk."
"Yuk? Kok yuk?
"Iya, lo berangkat sama gue aja."
"Lah, bukannya lo mau samper Junghwan?"
"Samper Kakaknya Junghwan," balas Haruto sembari menyodorkan helm bogo yang bisa kutebak itu milik adik perempuannya.
"Nggak-nggak, gue bisa berangkat sendiri, kok."
"Oh ya? Bukannya ban motor lo bocor?"
"Nggak tuh."
"Junghwan sendiri yang bilang, kemarin dia bocorin ban motor lo pakai paku." Haruto menunjukkan bukti chattingnya dengan Junghwan.
"Ah, sialan."
Berakhirlah aku yang menerima tebengan dari Haruto. Sebenarnya aku tidak enak kalau harus menebeng Haruto. Apalagi mengingat Haruto yang sangat terkenal dikalangan para siswi di sekolahku. Kalau sampai ada salah satu penggemarnya melihatku dibonceng Haruto, aku akan menjadi sasaran empuk gosip sekolah.
Tapi aku tidak bisa menolak rejeki tumpangan gratis.
"Junghwan sayang banget ya sama lo, Kak," celetuk Haruto ditengah perjalanan.
"Sengaja jeblosin ban motor waktu tahu gue gabakal berangkat bareng dia pagi ini, lo bilang itu sayang?" gerutuku. "Udah gak waras emang si Junghwan."
Haruto terkekeh. Dia berkata, "Iya, karena itu gue disuruh jemput lo. Dia nggak mau lo berangkat sendirian, makannya dia sengaja ngelakuin itu supaya lo mau ga mau terima tebengan gue hari ini."
Aku terdiam, kehabisan kata-kata. "A-ahahaha, masa sih?'
"Iya, serius," balas haruto. "Omong-omong, disaat keadaan lo lagi kayak gini, kemana Bang Yedam yang katanya pacar lo itu, Kak?"
B O Y F I E
Bang Yedam"Aman kan tadi sama lo?"
"Aman."
Jeongwoo celingukan heran melihat Junghwan dan Haruto berbicara sesuatu yang tidak dia ketahui. "Lo pada ngomong apa sih, anjing? Aman-aman apanya? Bandar narkobes lo pada?"
"Bacot," umpat Junghwan dan Haruto serempak.
"Ahelah, cape gue punya temen gaada yang waras."
"Teman itu cerminan diri," timpal Haruto. "Kalau teman lo ga waras, lo lebih."
"Eh sialan ya lo, bocah shinchan!"
Junghwan hanya tertawa mendengar pertengkaran kecil didepannya. Ciri khas Jeongwoo dan Haruto memang seperti itu. Justru aneh kalau mereka tidak bertengkar barang sekali saja dalam sehari.
"Junghwan!" panggil seseorang. Dia adalah Jang Wonyoung. Sudah menjadi rahasia umum kalau dewi di angkatannya itu menyukai Junghwan. Meski dari Wonyoung sendiri belum pernah mengatakan suka, sikap yang gadis itu tunjukkan setiap ada di dekat Junghwan sangat menjelaskan perasaannya.
"Kemarin gue ke minimart, terus nggak sengaja lihat pringles rasa rumput laut bikin keinget lo. Jadi gue beliin, nih." Wonyoung meletakkan snack kentang itu pada meja Junghwan. "Yaudah, gue cabut dulu ya."
"Wonyoung."
"E-eh?"
"Makasih, ya."
"I-iya. Sama-sama."
"Icikiwir, kyaaa Junghwan!" goda Jeongwoo menirukan suara anak perempuan yang sedang tegila-gila dengan sesuatu. "Pringlesnya buat gue y- "
"Gak," sela Junghwan. "Ini sengaja dibeliin buat gue, jadi gue yang harus makan."
"Yatuhan, berikan aku pacar yang manis seperti Junghwan."
"Sinting, lo!"
"Ngomongin soal pacar, lo nggak mau nembak Wonyoung, Hwan?" tanya Haruto.
"Nggak tahu ah, gue belum mau mikir yang kayak gituan."
"Belum mau mikir atau lo prioritasin Kak Helen?" Haruto menambahkan, "Gue sebenarnya penasaran, lo itu menganggap Kak Helen sebagai apa sih? Lo sayang dia beneran cuma sebagai saudara, kan?"
Junghwan diam, tak lantas menjawab pertanyaan bertubi-tubi dari Haruto. Sejujurnya, Junghwan memang butuh menilik lagi hatinya. Apakah benar dia menyayangi Helen hanya sebatas saudara kandung seperti harapan Haruto, atau dia menyayangi Helen lebih dari itu.
"Kak Helen udah punya Bang Yedam," ujar Junghwan.
"Terus? Apa hubungannya sama pertanyaan gue?"
"Lo lagi kenapa sih, To? Kenapa tiba-tiba bahas Kakak gue?"
"Gue cuma tanya tuh. Memangnya, sebegitu susahnya jawab pertanyaan gue?"
"Itu urusan pribadi yang lo nggak perlu tahu jawabannya."
"Gue mau tahu."
Junghwan tertawa sumbang, sebelum berbisik pada Haruto, "To, gue tahu lo suka Kak Helen. Karena itu, gue minta lo berhenti sekarang juga."
"Dan justru karena lo yang minta, gue gaakan pernah berhenti."
B O Y F I E
Bang Yedam
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfie •bang yedam
FanficThere is no way for me to 'unlove' him. -Helen Started 18 September 2020