eleven

296 38 4
                                        

B O Y F I E
Bang Yedam

Aku mengeluarkan kaos olahragaku dari dalam tas. Kemudian menoleh pada teman semejaku, Soojin. "Ganti sekarang, yuk? Habis itu ke kantin bentar, gue lapar nih."

"Lo belum sarapan?"

"Belum. Tadi udah bungkus bekal buat gue sama Junghwan, tapi punya gue malah ketinggalan," ringisku.

"Yaudah oke."

Kami pun akhirnya pergi ke toilet untuk berganti pakaian. Sebenarnya kalau mau sih, aku tidak perlu berganti pakaian olahraga karena guru kami sedang rapat besar sejak jam pertama tadi, dan sudah pasti jam olahraga kami juga kosong. Tapi, anak-anak di kelasku sepakat menggunakan jam kosong itu untuk latihan mempersiapkan penampilan di kegiatan ulang tahun sekolah besok. Jadi, sekalian saja berganti dengan kaos yang lebih nyaman dipakai.

Kelas kami akan menampilkan modern dance. Tentu saja, karena kami memiliki kartu AS klub dance. Ada Soojin, Shuhua, Minnie, Miyeon, dan si nenek lampir, Soyeon. Rencananya, hanya mereka ber-empat yang tampil. Sedangkan sisanya menyiapkan properti dan memikirkan konsep busana atau kostum. Aku mendapat bagian untuk berkecimpung dengan dunia busana, dan aku tidak mempermasalahakannya sama sekali karena aku sangat suka dengan tugasku.

Sepertinya, semesta sedang berpihak padaku.

"Wow, lo enak-enakan makan di kantin sementara yang lainnya sibuk berpikir?" cetus Soyeon yang kebetulan melihatku sedang menikmati bakso hangat dengan Soojin. "Nggak kompeten," tambahnya.

"Bentar, ya. Laper nih gue."

Soyeon tertawa sumbang. "Coba pikir, gimana kalau besok waktu daftar kerja, direktur di perusahaan yang lo lamar nggak acc portofolio lo cuma karena dia mau makan di suatu tempat sama temannya?"

Ah, sial. Memang benar ya kalau kata adalah doa. Seharusnya aku tidak pernah menyebut Soyeon dengan sebutan nenek lampir. Lihat, sekarang dia bertingkah seperti nenek lampir sungguhan.

"Lo udah selesai makan, Jin? Kalau gitu kita balik sekarang," kataku. Hari ini suasana hatiku sedang baik. Makannya aku tidak ingin berurusan dengan Soyeon. 

"Loh, Le, tapi pesanan lo aja baru datang. Lo makan dulu, gih."

"Nggak ah. Mendadak kenyang, lihat gumpalan bakwan di depan."

"Lo ngatain gue gumpalan bakwan?!" seru Soyeon.

"Lo gabisa lihat, yang tersaji di piring depan gue bukannya bakwan? Atau saat ini lo sedang merasa menjadi gumpalan bakwan? Hahaha, kocak," kekehku. "Lagian, Yeon, gue nggak akan lamar kerja di perusahaan. Kenapa? Karena gue yang bakal punya perusahaannya."

Aku tersenyum miring, kemudian menarik tangan Soojin dan meninggalkan Soyeon disana. "Dasar nenek lampir gila," gumamku.

B O Y F I E
Bang Yedam

Ruang klub dance yang saat ini sedang menjadi basecamp kelasku benar-benar sangat besar. Ukurannya hampir setara dengan ukuran kelas. Sedangkan ruangan english club, bisa dikatakan setengah dari ruang klub dance ini. Wajar saja, dance kan membutuhkan banyak ruang untuk bergerak dan mengatur formasi kelompok. Sedangkan klub ku, hanya perlu duduk dan berpikir. 

Omong-omong, Yedam dulu juga masuk dalam klub dance bersama dengan Kak Hyunsuk dan teman-temannya yang lain. Aku tidak terlalu ingat siapa-siapa saja yang dekat dengan Yedam sewaktu dia masih menjadi siswa disini. Ah, aku ingat satu selain Kak Hyunsuk. Namanya, Mashiho. Karena tubuhnya yang mungil, aku pernah menyangka kalau Kak Mashiho adalah teman satu angkatanku. Makannya, setiap berpas-pasan dengannya, aku tidak pernah memanggilnya dengan embel-embel kak. Padahal Kak Mashiho dua tahun lebih tua dariku.

boyfie •bang yedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang