Prolog

6.6K 166 11
                                    

Ada peribahasa, malu bertanya sesat dijalan. Tapi sejujurnya itu kurang tepat dengan apa yang dirasakan Rindu. Tepatnya gadis itu hanya malas untuk menghampiri segerombolan pria yang sedang duduk sambil mengobrol. Beberapa dari mereka tengah menikmati makanan atau minuman di bangku taman dekat gedung fakultas.

Tapi daripada kesasar lalu berakhir tidak tahu arah, iapun memaksakan dirinya mendekati sekumpulan itu.

"Permisi..." semua mata tertuju padanya. Tak terkecuali Reza yang sedang minum melalui pipet dengan kedua tangan memegang ponsel sontak menengadah untuk melihat orang yang menginterupsi itu. Dan ketika matanya bertemu pandang dengan sosok tersebut, Reza begitu saja tersedak ice coffee yang diminumnya. Dan itu juga terjadi pada beberapa cowok lainnya.

Ukh!

Semua menatap Rindu terperangah. Gadis itu mengeryit samar namun tak kunjung melanjutkan niatnya, menunggu cowok yang posisi duduknya tepat didepan menetralkan batuk.

"A-ada apa ya?" ujar Reza setelah berhasil menetralkan raut terkejut, meski dengan terbata.

"Sebelumnya maaf mengganggu. Saya cuma mau tanya, ruang pendaftaran dimana ya?" tanya gadis itu. Reza yang sudah tenang cepat merespon.

"Maba?" Gadis itu mengangguk. "Lo lurus aja dari sini, nanti dibelokan kedua ada tangga lo naik aja. Ruangan nya di sayap sebelah kiri. Nanti juga ada tulisannya." jelas Reza. Rindu menganggukkan kepalanya mengerti.

"Terima kasih. Sekali lagi maaf udah ngagetin." tutur Rindu meskipun ia tak tahu kenapa para cowok itu sampai segitunya melihat dirinya. Emang Rindu hantu apa?

Reza mengangguk seadanya mewakili teman-temannya. Rindu pun berbalik pergi menuju tempat yang ditunjukkan Reza.

Saat itulah Reza mengeluarkan umpatan yang tertahan di kerongkongannya sedari tadi.

"Shit!"

"Ini gue yang halu atau gimana? Kenapa star film yang sering gue lihat ada disini?" ujar Aiden.

"Tapi dia pake hijab men." Nestor menimpali.

"Tapi mukanya mirip. Sama persis malah. Anjir, gue lihat dia aja tadi ampe deg-degan."

"Kira-kira, ukurannya sama gak ya?" timpal Nestor memperjelas otak-otak ngeres mereka.

•••

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang