11. Kelemahan

1.4K 112 6
                                    

Selamat sahur untuk yang menjalankan puasa😇

•••

Esoknya, Reza terus merengek pada Rindu supaya gadis itu membuka blokiran kontaknya.

"Yang, maaf kenapa sih? Becanda doang aku tuh." Rindu terus berjalan seolah-olah tidak ada Reza disampingnya. Berpindah ke depan gadis berwajah juwita itu, keberadaan Reza tetap tak dianggap. Terpaksa Reza berjalan mundur.

"Buka atuh, Rin."

"Rin," Reza berdecak. Bahkan sampai mereka tiba di kafetaria, Rindu tak meladeninya dan langsung memesan minuman.

Istirahat sebentar, Reza memilih diam dengan pikiran frustasi. Otaknya tengah berputar mencari cara apalagi yang sekiranya bisa ia pakai agar gadis yang duduk didepannya itu mau membuka blokiran WhatsApp nya. Ya kali tunangan tapi nggak bisa chatting-an sama teleponan? Apa mau dikata?

Belum beres urusannya dengan ngambeknya Rindu, manusia-manusia yang tidak ia harapkan kehadirannya malah muncul secara berbarengan.

Nestor, Unus, Aiden, Wiga, Gugun dan Raksa. Kedatangan enam temannya itu menambah murung wajah Reza yang sudah masam.

Cowok-cowok itu mengambil duduk di bangku-bangku kosong yang tersedia di meja Reza dan Rindu.

"Temen lo mana Rin?" tanya Aiden.

"Nadine?" timpalnya memastikan. Aiden mengangguk. "Dia sakit. Gak masuk."

"Sakit apa?" dilempari pertanyaan lagi membuat Rindu yang tadi enggan menoleh, kini mau repot menjeling ke arah cowok berbibir mungil itu. Cukup lama Rindu memerangkap Aiden dengan tatapan tak terbacanya yang bagi orang lain itu amat membuat salah tingkah. Begitulah yang menyerang Aiden Bastiran.

Efek tatapan ceweknya Reza benar-benar dahsyat.

"Asam lambungnya kambuh. Lupa makan." Rindu memberitahu lanjut. Membuat Aiden yang sempat dibuat kikuk hanya membuat vokal 'O' tanpa suara. Tak lagi menyuarakan keingintahuanya.

"Ade ape nih? Tumben Lo nanya-nanya. Suka Lo sama Nadine?" Nestor ikut-ikutan nimbrung.

"Keknya sih. Doi kelihatan khawatir gitu." sambung Unus menyindir.

"Ekhem. Bentar lagi juga nyamperin. Jenguk doi ke rumahnya. Eaa!" Gugun menyambar.

Begitulah. Salah memang Aiden tanya-tanya disaat ada mulut-mulut toa itu. Sayangnya penyesalan datang belakangan. Yang bisa dia lakukan adalah diam.

"Bacot." eh, yang ini kelepasan.

"Berisik banget sih, Lo pada. Ngapain lagi pada kesini? Emangnya gak ada meja kosong lainnya apa? Lo semua ganggu waktu gua sama cewek gua tau gak?! Dasar jones semua lu! Makanya nyari cewek. Jangan link bokep mulu yang dicari!" suara ketus Reza mengambil alih.

Lagian siapa coba yang nggak kesal kalau usahanya sedang membujuk Rindu malah diinterupsi oleh kedatangan para kecebong.

"Elahh Za. Rindunya aja santai. Lu ngegas mulu." Raksa menyela.

"Iya nih. Ati-ati lu cepet tua. Ambekan maneh mah." Nestor menimpali.

"Diem lu!" tekannya pada teman-temannya itu. Lalu tatapannya berubah melas ke arah Rindu sambil meraih tangan gadis itu diatas meja untuk ia genggam. "Yang. Udah atuh ih, marahnya. Buka ya? Atau mau tukeran hape, hm?" Rindu yang sudah jengah dituntut terus menerus dengan permintaan yang sama, menghela napasnya pelan.

Menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Reza, Rindu akhirnya mengabulkan permintaan cowok itu.

"Udah." Katanya menunjukkan layar ponselnya pada Reza. Lantas saja wajah yang sedari tadi murung itu melengkung, membentuk senyuman lebar.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang