1. Pelecehan

4.7K 154 5
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ya...😇
Happy Reading 🎉

•••

HARI Senin Ospek hari pertama dimulai. Seluruh mahasiswa baru berkumpul membentuk barisan rapih di lapangan yang makin berlalu tiap jamnya semakin meninggi pula mentarinya.

Rindu sesekali mengibaskan tangannya didepan wajah berharap mendapat sedikit kesegaran dari angin yang mungkin dapat diberikan dari gerakan sekilasnya itu.

Semua peserta dengan seragam putih hitam itu, wajahnya sudah tampak bervariasi. Ada yang mengerutkan wajah, mata menyipit, kaki pendek sebelah, dan banyak lagi gerakan-gerakan tambahan yang sebetulnya melanggar peraturan baris berbaris. Tetapi siapa juga yang tahan terpapar sinar matahari dengan amanat panjang lebar yang dilakukan dosen didepan. Satu jam diawal mungkin mereka masih bisa fokus menyimak. Tapi kalau sudah lebih, semuanya bagai dengungan yang meresahkan. Benar-benar ingin cepat berlalu.

Alhamdulillah... Lima belas menit kemudian apelpun selesai. Dilanjutkan agenda yang sudah ditentukan Badan Eksekutif Mahasiswa.

Di hari pertama ini lebih didominasi pada perkenalan lingkungan kampus. Dengan tugas kecil--berupa catatan--yang sekiranya penting para Maba itu membuntuti kemanapun kakak bimbingan masing-masing.

Hingga menginjak pukul dua belas siang, mereka dapat bernapas lega karena diberi waktu istirahat dan isoma. Karena kebetulan Rindu sedang berhalangan, iapun langsung bergegas ke kafetaria untuk melegakan kerongkongannya yang kering.

Ah... Desahnya begitu nikmat kala cairan dingin itu membasahi kerongkongannya.

"Lo dilihatin tuh sama kating-kating cowok itu." ujar cewek didepannya yang baru Rindu kenal karena sekelompok dengannya itu. Belum sempat Rindu merespon apapun, temannya itu malah semakin menjadi ketika mendapat sinyal gerombolan itu mendekati meja mereka. "Mereka kayaknya jalan kesini deh, Rin." dan yeah, memang benar. Kini dari jarak yang sangat dekat indra penciumannya begitu saja diberi wangian Citrus yang cukup strong ketika terhirup pertama kali.

"Boleh gabung?" tanya salah satu cowok itu. Rindu sebenarnya malas sekali meladeni. Tapi mengingat mereka adalah senior, karena diapun tak mau membuat masalah, mau tak mau Rindu menaikan pandangan untuk melihat wajah-wajah itu. Hanya sekilas. Karena dia enggan membuang waktu.

"Terserah." jawabnya hanya untuk sopan santun. Niatnya begitu. Tapi nyatanya yang keluar dari mulutnya justru jauh dari kata sopan. Ya sudahlah.

Setelah ucapan persetujuan keluar, ketiga cowok itu menarik kursi untuk duduk. Reza mendekatkan kursi dengan posisi menghadap Rindu, dimana tangan kanannya bertengger dipunggung kursi yang duduki gadis itu, sedang tangan kirinya ia letakkan diatas meja.

Dari cara duduknya saja sudah membuat Rindu sebal hingga wajah murungnya tidak ia tahan-tahan lagi.

"Dek, kamu punya kembaran gak sih? Atau kakak mungkin adik yang umurnya beda tipis sama kamu?" tanpa melihat senior didepannya, Rindu terus fokus dengan gelas minumannya.

"Gak."

Sejenak mereka kembali diam. Reza dengan kedua temannya saling memberi isyarat melalui mata sebelum ia kembali pada adik tingkatnya.

"Oiya, ngomong-ngomong nama kamu siapa?" demi Tuhan, Rindu sudah muak. Dadanya merasa pegah karena memupuk kesabaran yang terus diuji. Namun sekali lagi dia tidak ingin ribet. Lebih baik berikan apa yang cowok itu mau selagi tidak melewati batas yang merugikan apalagi kurang ajar.

"Rindu."

"Ooh Rindu. Kata lain dari ngangenin dong ya?" goda Reza yang hanya direspon kedua temannya. Beda lagi dengan empunya nama. Wajahnya semakin datar. "By the way, gue Reza."

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang