24. Reza Salah, Rindu?

875 100 18
                                    

Pukul 1 dini hari, Reza baru tiba di rumah. Sesaat ia mematikan mesin motor, seketika suasana malam begitu terasa hening. Membuka helm, iapun turun dari motor melangkah ke arah pintu utama rumahnya. Langkahnya berjejak pasti membuka daun pintu tersebut dan masuk begitu saja naik ke lantai 2 dimana kamarnya berada.

Dengan hati-hati cowok itu menekan hendle lalu mendorongnya perlahan. Ruangan itu ternyata gelap gulita. Reza dapat bernapas lega karena ternyata ketakutannya akan dipergoki Rindu tidak terjadi. Reza berbalik dan menutup pintu kembali. Sayangnya ketika dia berbalik, lampu tiba-tiba menyala.

Jantung Reza langsung berdebar kencang ketika memberanikan diri membalik badan. Senyum paksanya ia buat sesaat bersitatap dengan Rindu.

"Aku pikir kamu udah tidur." ujarnya tercengir garing. Namun tidak serta merta dibalas Rindu sama sekali. Cewek itu mendekat, berdiri dalam jarak dekat dengan Reza.

"Kenapa baru pulang?" lempar Rindu membikin Reza menelan salivanya susah payah.

"Nestor tadi yang lama Ay. Kita semua nungguin dia." ketika Reza berbicara, Rindu mencium sesuatu yang tajam.

"Kamu mabuk?" Reza langsung waspada.

"E-nggak Ay. Aku gak mabuk."

"Mabuk." tukas Rindu yang tidak mengindahkan Reza. Jelas-jelas napasnya saja bau alkohol, tapi pria itu masih saja mengelak.

Rindu berbalik dan berniat meninggalkan Reza untuk tidur saja. Lebih berfaedah. Sedang Reza ditempatnya panik.

"Rin, iya deh ngaku. Aku emang minum tadi. Tapi gak sampe kobam kok Yang. Buktinya aku masih bisa bawa motor dengan aman dan selamat sampai rumah." tutur Reza yang tidak dipedulikan Rindu. Wanita itu sudah menarik selimut dan menidurkan diri di ranjang king size itu.

Reza mendekat ke sisi ranjang dimana Rindu berbaring. Namun ketika ia tepat di samping Rindu, wanita itu memutar posisinya jadi memunggungi Reza.

"Ay... Jangan marah dong. Maaf deh." Rindu menatap lurus ke tembok.

"Dikasih tau bilangnya iya. Giliran ketahuan bilangnya gak sampe mabuk. Mau nunggu ada apa-apa dulu biar tau bahayanya baru sadar?" cetus Rindu sebal.

"Iya, iya maaf. Aku khilaf." ujarnya menyesal. Tapi Rindu sudah terlanjur malas. Wanita itu memilih memejamkan matanya. Tahu Reza begitu tidak akan Rindu khawatir sampai menahan kantuk hingga dini hari begini.

Sedang Reza yang diabaikan mengesah panjang. Iapun langsung mengambil handuk untuk mandi dan tidak lupa menggosok giginya serta berkumur yang banyak sampai bau minuman hilang. Ketika debum pintu pelan yang ditutup terdengar, Rindu membuka matanya dan menjeling ke arah bilik tersebut sambil mengembuskan napas pelan.

Jujur ia kecewa karena Reza tidak mendengarkan permintaannya soal alkohol. Padahal ia mengatakan larangan itu sebelum cowok itu pergi main bersama teman-temannya. Tapi ternyata, suaranya sama sekali tidak didengar.

Jadi jangan salahkan Rindu bila saat ini ia akan mendiami Reza. Ia akan memberi pelajaran agar cowok itu tidak lagi mengulang kesalahan yang sama.

Rindu paling benci alkohol. Karena kalau sudah mabuk, orang pasti akan lupa diri dan banyak masalah-masalah bahkan berujung tindakan berbahaya yang bisa dilakukan tanpa sadar.

Dan ia tidak mau Reza berakhir demikian.

•••

Cuit-cuitan burung di pagi hari menghantarkan kesejukan udara yang minim polusi sebelum beranjak semakin tinggi maka banyak mesin yang akan menodai.

Rindu terbangun dari lelapnya dan segera menyibak selimut untuk kemudian ia beranjak mandi. Ia ada kelas pagi ini.

Setelah sudah rapih dengan atasan putih dan baggy pants broken white, Rindu melengkapinya dengan pashmina hitam untuk tampilannya hari ini.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang