6. Diam-Diam Lalu Tarik

2.1K 108 53
                                    

Karena kelakuan tak berotak Robi, alhasil Reza yang harus menanggung akibatnya. Hari ini sudah sekian kalinya ia membujuk, memelas bahkan meminta maaf dengan sangat pada Rindu. Naasnya gadis itu semakin cuek padanya.

"Jangan gini dong. Kan bukan salah gue Rin. Sumpah deh demi apapun, gue sama sekali gak tau apa-apa soal obat laknat itu."

"Please ya maafin. Gak enak tau diginiin sama kamu."

Rindu tetap fokus berjalan seolah-olah tidak ada Reza yang mengikuti disebelahnya itu.

Tak ada pilihan lain, Reza merampas tote bag Rindu yang ternyata berhasil mendapat perhatian si gadis.

Rindu menatap Reza dingin.

"Balikin."

"Maafin dulu." balas Reza masih mencoba. Sayangnya Rindu malah melengos melangkah begitu saja.

Bagai kejadian yang terus berulang diantara kedua insan itu, Reza mencegat tangan Rindu dan Rindu yang berusaha melepaskan. Saking kesalnya, Rindu menendang bagian diantara kaki Reza membuat cowok yang notabennya seniornya itu kalah telak karena kehilangan fokus didera rasa sakit yang luar biasa.

Kemudian gadis itu berlalu pergi meninggalkan Reza dengan terlebih dulu mengambil kembali tas miliknya.

Tidak lama sekepergian Rindu Nestor, Aiden, Gugun dan Raksa menghampiri Reza yang masih setia memegangi bagian masa depannya dengan raut meringis.

Gugun merangkul akrab temannya itu.

"Dahsyat banget ya bro. Sampe lama banget dielusnya." cetusnya lalu tertawa ngakak bersamaan dengan ketiga cowok lainnya. Reza menatap teman-temannya yang tidak berperiketemanan itu kesal.

"Lagipula lebih baik Lo mundur aja udah. Cewek kaya Rindu itu, mainnya bukan haram haram-an pacaran. Paling-paling bapernya kalo ada yang ngajak ta'aruf, terus nikah deh. Apa lagi modelan kaya lo Za. Jauh dari standar dia."

"Yap setuju. Tampang lu aja mupeng mulu kalo ngelihat yang montok-montok." Nestor menyambung wejangan dadakan Raksa.

Sedang Reza yang terus disudutkan mencebikkan bibirnya malas. Lirikkannya jatuh pada Aiden yang belum bersuara. Dari tadi hanya cengengesan.

"Nggak mau ikut ngomong lo?" sarkasnya yang dibalas kekehan Aiden.

"Selow kali Za." terdiam sejenak, tiba-tiba sebuah ide menyala bagai lampu di kepala Reza. Senyum miringnya langsung terbit saat itu juga.

"Gue tau caranya." gumamnya yang membuat keempat cowok disana saling melihat dan lalu membuat gerakan kompak mengangkat bahu.

***

Ada yang aneh.

Rindu merasakan beberapa hari belakangan ini hidupnya seperti lebih tenang dan damai. Tapi tak menampik, ada sedikit kekosongan yang menyelip.

Dan yang ia maksud bukan lain ialah seniornya Rezato. Cowok itu membuat sebuah rekor dengan tidak mengganggu Rindu selama genap satu pekan. Hebat. Tapi dalam satu waktu juga menimbulkan banyak tanya dibenak Rindu.

Apa dia sakit? Kalo memang sakit, kira-kira sakit apa yang tidak masuk selama itu? Eh, sebenarnya Rindu juga tidak tahu pasti sih, Reza absen mengganggunya karena tidak masuk kuliah atau bagaimana. Bertanya pun sudah keburu malas digodain sama teman-teman Reza. Jadilah dia tidak tahu apa-apa.

Hm, atau jangan-jangan cowok itu sudah lelah mengejar Rindu? Kalau alasannya begitu, lemah sekali dia. Baru segitu saja sudah mundur. Nggak gentle. Tapi kalo memang benar, kok Rindu sebal ya?

Arghh! Sudahlah. Bodo amat dengan cowok nyebelin itu! Lagipula, bukankah ini yang Rindu inginkan?

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Baru saja Rindu mempertanyakan tidak adanya kabar Reza, kini ia melihat sosok itu sedang duduk di taman dekat selasar kampus bersama teman-temannya. Kumpulan cowok itu nampak sedang membicarakan sesuatu yang menarik hingga dari tempatnya berdiri Rindu dapat mendengar tawa mereka.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang