16. Reza Yang Teraniaya

1K 94 3
                                    

"Ayolah Za, masa Lo gak mau bantuin kita?"

"Aduh, gimana ya Nin. Gue udah janji nganterin cewek gue balik."

"Tolong lah Za, gue sama temen-temen gue bener-bener gak tau lagi minta tolong sama siapa kalo Lo gak mau. Lo tau Bu Juju gimana kan?"

"Dia kan gak ngajar di Teknik dodol."

"Ck. Maksud gue Lo sering lihat orangnya kan?" Reza mengangguk.

"Tau bentukannya doang gua."

"Nah, dia dilihat doang creepy kan? Asal Lo tau Za, dia ngajar lebih horor dari auranya. Dan itu satu padu sama tugas-tugas yang dia kasih. Ini kalo gue gak bikin tugasnya, bisa mampus kelompok gue Za." curhat gadis berambut hitam panjang itu. Rengekan gadis itu semakin membuat Reza pusing. Pusing dia kalau cewek sudah pasang wajah melas begini. Gak ditolongin, kasian. Tapi kalau ditolongin, waktunya dengan Rindu terbuang. Manaan hampir dua Minggu baru hari ini dia punya kesempatan pulang bareng lagi dengan pujaan hatinya itu. Eh, taunya... Ah!

Gegana abang handsome.

"Za," Tegur Sanin lagi masih memasang wajah penuh harap.

"Ck. Ya udah iya-iya gue bantuin."

"Yes! Makasih Reza. Lo emang cowok terkeren, terganteng seantero kampus ini deh." Sanin menunjukkan dua jempolnya senang.

"Eh, ada maunya aja tuh mulut manis banget. Ciri-ciri orang yang gak boleh jadi calon legislatif ya kaya Lo gini nih. Pinter ngejilat."

"Biarin. Yang penting Lo mau gue jilat." gadis itu memeletkan lidahnya, meledek.

"Gue cipok juga Lo."

"Silahkan aja kalo dibolehin sama Wiga." tantangnya berani.

"Ya udah kenapa gak minta tolong ke cowok Lo aja sih. Kenapa jadi rungsingin gua lu?"

"Ayang gue sibuk Za. Dia ada acara kumpul keluarga."

"Dikibulin mau aja lu jadi cewek. Aw! Anjir. Napa jewer-jewer sih?" Reza spontan mengusap kupingnya yang menjadi bulan-bulanan Sanin.

"Jangan jadi cowok julid ya lu. Lo pikir bagus adu domba adu domba gitu?! Heran gue kenapa banyak aja cewek yang demen modelan cowok kaya lo." Sanin bergidik jijik.

"Bisa-bisanya orang minta tolong malah nganiaya gini. Mau ditolongin gak nih!" sungut Reza. Seketika Sanin langsung merubah wajah masamnya menjadi semanis gula.

"Aduh sakit ya? Maaf ya Za. Gue gak sengaja suer. Kayaknya tadi banyak setan lewat deh. Sorry ya. Buat tugas gue, jadikan bantuinnya?" dasar penjilat ulung. "Oh iya Za, kata Wiga Lo punya kamera kan ya?" bau-baunya nggak enak nih.

"Hm."

"Sekalian minjem, boleh ya?" beneran setan kayaknya ini mah.

•••

"Buset Za. Lo macarin cewek gak tanggung-tanggung. Maba pula." komentar Sanin ketika Reza membawanya ke depan kelas Rindu. Ruangan masih tampak tertutup. Mungkin sebentar lagi kelas Rindu bubar.

"Bawel banget sih. Napa emang? Cewek gua mah cakep. Kalo takut kalah saing mending Lo mundur."

"Ogah. Siapa juga yang mau sama situ?"

Niatnya, Reza membawa Sanin ke sana untuk berbicara langsung pada Rindu. Alasan mengapa Reza tidak bisa mengantarkannya pulang, dan agar kekasihnya tidak salah paham nantinya. Takutnya, tiba-tiba dia kepergok atau ada yang memfotonya secara tidak sengaja di jalan kan nggak lucu. Jadi Reza mengantisipasinya diawal saja. Lebih aman dan tidak menimbulkan masalah.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang