5. Petaka obat terlarang

2.3K 105 51
                                    

Baru selesai nugas, pengen aja double up🐻

• ••• •

Sepertinya Rindu kurang beruntung hari ini. Tepatnya sih, dia ketiban nasib sial.

Bangun mendadak, melihat jam sudah menunjuk pukul delapan lewat 35 menit, padahal ia memiliki jam mata kuliah Akuntansi tepat jam sembilan. Alhasil Rindu hanya mencuci muka dan menggosok giginya dengan terburu-buru. Tapi tetap saja usahanya menjadi sia-sia ketika sampai kampus, justru mendapat informasi bahwa ternyata kelas diundur karena dosen pengampu sedang ada urusan mendadak di luar kota.

"Kok Lo gak bilang gue sih Nad?" curahnya pada seseorang yang tengah melakukan panggilan telepon.

"Udah kali. Gue udah bom chat ke lo. Di grup kelas juga rame. Lo nya aja kali yang gak cek hape." tutur Nadine diseberang.

Kalau sudah begini, Rindu rasanya ingin makan orang!

Astaghfirullah...

Rindu menghembuskan napas panjang.

"Yaudah deh. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Jangan lupa mandi. Hihi." balas Nadine membuat wajah Rindu semakin murung. Diputuskannya sambungan telepon itu dan memasukkannya kedalam tote bag hitam dengan hiasan buah nanas kecil menempel miliknya itu.

Sekarang Rindu bingung mau kemana. Sebetulnya opsi pulang sudah yang paling benar. Apalagi dia juga mulai gerah karena kerusuhan paginya yang berantakan.

"Eh, ada Rindu. Halo Sayang. Kok sendirian?" Rindu melengos segera. Karena kedatangan makhluk yang tak lain berwujud Reza itu, ia melangkahkan kakinya kemana saja asal menjauh sejauh-jauhnya.

Dan seperti sudah-sudah, cowok itu mengikuti jejaknya.

"Sekarang tujuannya mau kemana?"

"Kalo mau gue anter yuk! Kebetulan kelas kakak udah selesai." Rindu mengerutkan wajah geli bercampur jijik mendengar panggilan Reza untuk dirinya sendiri. Rindu bergidik ngeri.

Reza membalik badan masih dengan tingkahnya mengikuti Rindu. Jelasnya cowok itu berjalan mundur.

"Siang-siang gini, enak banget nih minum yang seger seger." Rindu masih bungkam enggan menyahut. "Oiya, didepan midi depan biasanya ada yang jualan es cincau. Wah, pas banget." Reza menjeling kearah Rindu. Karena tak jua mendapat respon dari si gadis, Reza pun nekat menarik tangan gadis itu agar mengikutinya.

Sampai didekat penjual es cincau, Rindu menghempas tangan Reza kuat.

"Lepas! Lo tuh bener-bener ya." gemasnya yang sangat frustasi dengan kelakuan Reza.

"Es-nya dua pak." pesan Reza pada penjual tak mengindahkan kekesalan gadis disampingnya.

Reza mengambil duduk di kursi plastik yang disediakan. Kemudian menarik serta tangan Rindu yang masih setia berdiri dengan muka dongkolnya agar ikut duduk juga.

"Duduk. Kita makan es dulu ya. Nanti gue antar pulang." Rindu langsung menoleh kearah cowok itu cepat.

"Siapa bilang gue mau pulang? Kalo pun iya, gue gak akan mau dianterin sama cowok pemaksa kayak Lo."

"Emangnya kamu mau kemana?" lihat? Bahkan dari setiap unsur kata yang Rindu ucapkan, cowok itu hanya menyerap yang dianggapnya normal saja. Nilai IPK nya patut dipertanyakan.

Tak ingin semakin hilang kendali dan ngamuk-ngamuk sendiri, nanti dia juga yang disangka gila. Rindu memilih melengos sambil bersedekap abai.

Terserah Rezato mau ngomong apa.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang