26. Tantangan Erigo

952 74 5
                                    

Kelima lelaki dengan style trendi jaket kulit yang melengkapi penampilan mereka malam ini berdiri berjajar dengan raut tegang akibat sosok perempuan dengan pashmina hitam yang berdiri disamping Reza.

"Eh, ada Rindu. Tumben malam-malam keluar." Nestor menyengir basa-basi busuk. Rindu yang disapa begitu hanya menatap cowok itu dingin. Senyum paksa Nestor langsung surut berganti dengan tegukan salivanya sendiri yang berat.

Nestor menarik Reza mendekat.

"Lo ngapain bawa bini Lo segala sih?" Nestor berbicara dengan suara berbisik.

"Bukan gua yang ngajak. Dianya maksa ngikut."

"Kan Lo bisa nolak bego."

"Gak bisa. Gue gak dibolehin keluar kalo dia gak ikut." Reza melirik-lirik ke arah Rindu yang tampak tengah memperhatikan sekeliling.

"Aelah babi. Sosis lu." ujar Nestor membikin alis tebal Reza hampir menyatu.

"Apaan?"

"Suami takut istri." Reza mendorong bagian belakang kepala Nestor.

"Itu Susis tolol."

Mau tidak mau, suka tidak suka mereka pun menerima saja malam ini ada kehadiran Rindu diantara mereka. Biarpun tidak bebas karena seperti diawasi oleh wanita tersebut, para cowok itu mencoba rileks.

"Kalian kemarin malam pesta dimana?" celetukan Rindu tiba-tiba bagai petir yang menyambar di kedamaian. Nestor dan yang lain secara insting menoleh pada Reza meminta pertanggungjawaban agar cowok itu mewakilkan.

"Di--"

"Aku nanya ke temen-temen kamu." potong Rindu menyela.

"Di club' ***, Rin." Unus menjawab.

"Rutin mabuk-mabukan gitu?" lempar cewek itu lagi membuat semua laki-laki disana memutar otak.

"Itu Rin, Si Aiden yang traktir kita. Ya kita mah dikasih gratisan susah nolak dong." Nestor beralibi. Aiden yang namanya dijadikan tumbal sontak saja melotot tidak terima.

"Gue mulu anjing. Bohong Rin, gue terpaksa bayarin karena suami Lo sama Nestor yang kasih bill nya ke gue." Aiden membela dirinya. Yang mana membuat dua orang yang ia sebut namanya mendapat lirikan tajam Rindu. Saat mata mereka bersitatap dengan manik hitam Rindu, mereka langsung memalingkan muka menghindar.

Nestor dan Reza ternyata tersangkanya.

Lalu area jalanan malam ini mulai dipenuhi deruman kendaraan roda dua maupun roda empat yang mana mengidentifikasi balapan akan segera dimulai.

Wiga yang malam ini ikut dengan menggunakan mobil sport milik Aiden sudah bersiap, tapi keluar lagi dari dalam mobil dengan gelisah di wajahnya.

"Barusan gue dapet telpon dari Gugun. Katanya dia gak bisa dateng. Bundanya lahiran."

"Lho, terus ini gimana? Apa mau diganti aja? Tapi siapa yang bisa?" Kata Unus sama bingungnya. Hingga ketika pandangannya yang diikuti Raksa dan Wiga mengarah pada Nestor, laki-laki itu langsung merasa tidak enak.

"Apa-apaan nih? Ngapain Lo pada ngelihatin gue gitu? Gue gak doyan batang busuk Lo pada ya." Nestor menolak bahkan sebelum ditunjuk.

"Lo aja yang gantiin Gugun."

"Iya Tor. Biar sekali-kali hidup lu ada gunanya." Wiga dan Raksa kompak menyuruh Nestor.

"Engga-engga. Gue gak bisa." Nestor seperti tertekan sekali akan permintaan teman-temannya ini. Sejujurnya, Nestor mau saja menggantikan Gugun untuk balapan. Tapi dia punya janji dengan orang tuanya untuk tidak melakukan masalah apapun. Karena kalau tidak, akan ada akibat yang diberikan padanya.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang