15. Kalo kamu capek, bilang ya.

1.5K 97 51
                                    

Acara syukuran ulang tahun yang ke enam dari gadis cantik bernama Viviancsy Putri mengundang tak hanya orang terdekat dan teman. Disana tampak pula banyak anak-anak yatim piatu dari panti asuhan yang diundang langsung oleh keluarga.

Vicsy yang dasarnya pemalu tidak pernah jauh-jauh memeluk orang tuanya dan juga Gemintang sang kakak.

Pertama-tama dilangsungkan acara berdoa bersama. Ditengah-tengah pusat acara, dimana Vino, Beby dan Gemintang berdiri dengan nasi tumpeng dan kue ulang tahun tiga tingkat bertema pink pastel putih itu mencoba membujuk gadis kecil mereka untuk mau berdiri tegak untuk persiapan memotong kue.

"Potong kuenya, potong kuenya, potong kuenya sekarang juga. Sekarang juga, sekarang juga." dengan tingkah malu-malunya Vicsy meniup lilin yang mengundang tepuk tangan dari seluruh undangan yang hadir.

"Selamat ulang tahun Vicsy. Ya ampun, kamu cantik banget pakai gaun itu Sayang." puji Sandra yang kini sudah menghampiri keluarga pemilik hajat.

"Terimakasih Tante." balas Vicsy merona.

"Bi, sabilah kita." Gildan bersuara. Beby selaku teman semasa putih abunya itu mengerutkan kening tak paham.

"Apanya?"

"Besan. Biarpun Izal pendiem kalem gitu, gue jamin untuk hal lain mah dia oke punya. Gen gue gak bisa bohong." jelasnya yang membuat tidak hanya Sandra sang istri malu. Namun Reza bahkan Izal sendiri ingin menghilang saja rasanya dari sana.

Punya bapak satu gini amat ya.

Sandra tersenyum kikuk kearah pasangan didepannya.

"Maaf ya Beb, Pak Vino." tuturnya pelan. Hal itu justru membuat wanita bergaun putih yang terlihat tetap menawan meski diusianya yang tak lagi muda itu tertawa pelan.

"Gak papa San. Aku udah hapal luar dalem suami kamu mah. Santai aja Reza, Izal. Papi kalian ini lebih parah waktu jaman sekolah dulu. Makanya paling sering dibully di tongkrongan. Tapi parah juga sih Dan, kebawa sampai tua." Beby bergeleng miris.

Dan Sandra pun tidak terlalu bagaimana-bagaimana dengan Beby. Karena sejarah pertemanan wanita itu dengan suaminya memang terbilang sangat akrab dulu. Mereka bahkan punya julukan untuk pertemanan empat laki-laki dengan perempuan Beby sendiri. G4B1. Dan dia sudah tahu banyak cerita tentang mereka entah dari Beby maupun Gildan.

Tetapi Vino, suami Beby. Sandra sungkan sekali melihat pria itu yang hanya diam saja. Di wajahnya bahkan tidak terlihat senyum sama sekali.

Sudahlah. Sandra keluar saja dari pembahasan ini.

"Oiya Beb, kenalin ini Rindu. Tunangan Reza."

"Oh, ini yang namanya Rindu? Pantes ya Reza pengen cepet-cepet. Pinter kamu Bang." Rindu menyalimi Beby yang tersenyum ramah kearahnya. "Maaf ya, Tante gak bisa dateng waktu kalian tunangan. Soalnya Tante dadakan banget dihubungin. Terus bentrok juga sama acara keluarga Tante." ujarnya menghaturkan maaf yang ditujukan pada Rindu dan Reza.

"Gak papa Tan. Minta doanya aja semoga bisa sampai pelaminan." pinta Reza. Yang lain tersenyum dan para orang tua mengamini.

"Amin. Ayo pada makan yuk! Rindu jangan sungkan-sungkan ya. Makan yang banyak." tawar Beby mempersilahkan.

Reza yang berada disamping Rindu merangkul pinggang sempit kekasihnya untuk ia bimbing ke prasmanan yang tersedia. Bukannya posesif atau apa. Hanya, jujur saja Reza sedikit mulai terganggu akan pandangan Gemintang yang sedari tadi terus menerus memperhatikan gerak gerik tunangannya itu.

Omong-omong, acara ini lumayan besar juga untuk ukuran ulang tahun anak kecil. Tak heran sih. Keluarga Gemintang memang termasuk orang yang sangat berkecukupan. Bahkan kata Papi Gildan, mereka itu sudah masuk kategori sultan. Makanya orang tua satu itu ingin sekali menggaet salah satu anak mereka untuk dipasangkan dengan anaknya. Ya, karena kedua anaknya laki-laki, otomatis peluangnya hanya ada pada Vicsy.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang