17. Patah Hati

1K 122 11
                                    

Akhirnya syuting melelahkan itu selesai juga. Tepat pukul delapan malam, teman-teman kelompok Sanin pulang dan Reza bisa bernapas lega.

"Oke. Sesuai janji gue, sekarang Lo gue traktir makan!"

"Gue sih gak enak hati banget kalo traktir ke orang yang udah berjasa banget buat gue cuma nasi goreng doang." ucap Reza dengan maksud menyindir.

Sanin tertawa ngakak.

"Iya-iya. Tenang bro. Kita makan di restoran meuwah. Nanti bebas deh, Lo mau pesen apa aja."

"Bener ya Lo?"

"Bener. Udah buruan keluarin motornya." Reza mengeluarkan motor dari posisi parkir dan menyalakan mesin motor Ducati Panigale merah miliknya. Segera saja Sanin naik dengan bertumpu pada pundak cowok itu dan motor pun melesat pergi.

Memasuki salah satu restoran, keduanya mengambil duduk dan salah seorang pelayan langsung menghampiri meja mereka. Reza segera saja menyebutkan pesannya yang dicatat oleh pelayan perempuan itu. Kemudian Sanin juga memilih menu dari daftar yang ada.

"Mohon ditunggu ya kak." pamitnya lalu pergi menyiapkan pesanan.

Reza merogoh ponsel dan melihat-lihat sosial media untuk membunuh rasa bosan sambil menunggu makanan datang.

"Za, Reza." panggil Sanin tergesa.

"Hm?" sahutnya tanpa menengadah untuk melihat lawan bicara.

"Orang yang disana kok, kaya gue kenal ya? Itu cewek Lo bukan sih?" membawa kata-kata sakral itu tak pelak Reza lantas saja berdengak turut mencari tahu.

"Mana?"

"Itu tuh, yang pake kerudung nude. Yang duduk sama cowok hoodie coklat." mata Reza terus mencari dan ternyata benar. Disebelah kiri lumayan jauh dari tempatnya ada Rindu dan... Gemintang.

Raut muka Reza berubah datar. Jujur, ia lelah sekali hari ini. Baru saja hendak mengisi energinya yang lumayan terkuras, malah dihadapkan dengan pemandangan seperti ini.

Tanpa berkata apa-apa, Reza bangkit. Menangkap sinyal buruk, Sanin mencoba mengejar cowok yang terlihat mengepalkan kedua tangannya itu.

"Za, Za. Tunggu dulu woy. Reza!" tepat seruan diakhir, satu bogeman mentah telak mengenai wajah Gemintang.

Bugh!

Seketika sekeliling menjadi ramai oleh teriakan dan gerakan orang yang merasa terkejut dan takut.

"Anjing! Ngapain Lo jalan sama cewek gue?!"

Bugh!

Bugh!

Gemintang yang menjadi sasaran mencoba menangkis dan menenangkan Reza untuk berhenti.

"Lo salah paham, Za." bukannya berhenti, tendangan pada perutnya justru yang Gemintang dapat.

Dada Reza tampak naik turun menunjukkan seberapa emosinya cowok itu sekarang. Wajah tengil dan ramahnya benar-benar hilang. Yang terlihat kini hanya tatapan mata menusuk tajam dengan wajah hingga ke leher yang memerah karena marah.

"Salah paham bangsat! Lo pikir gue gak tau Lo ngelihatin cewek gue gimana?!" ketika Reza maju siap dengan tinjunya lagi, secara tak terduga Rindu berdiri menghalang didepan Gemintang. Keduanya saling adu tatap dengan gemuruh napas Reza yang tak beraturan.

Rindu sempat tertegun dengan iris mata Reza yang tergambar kekecewaan mendalam disana. Apa yang dia lihat ini adalah sesuatu yang baru. Asing. Seorang Rezafianto, senior yang sejak awal mengganggunya tidak pernah menatapnya dengan jenis tatapan seperti itu.

Dan entah mengapa Rindu merasa tidak nyaman dengan apapun yang Reza pikirkan sekarang.

Menurunkan tangannya, Reza melengoskan wajah. Tak lagi melihat ke arah Rindu.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang