8. Ikutan Demo

1.5K 105 113
                                    

Semuanya terjadi begitu saja. Rindu menerima, dan besoknya ia dan Reza sudah resmi bertunangan.

Bukan tanpa sebab Rindu mengiyakan ajakan Reza. Terlebih karena takut jodohnya jauh apabila menolak Reza seperti yang laki-laki itu katakan tempo hari. Keputusannya tidak lain dan tidak bukan karena keyakinan dari hasilnya menunaikan shalat istikharah sebanyak lima kali. Sebanyak ia meminta petunjuk, sebanyak itu pula keputusannya semakin mantap.

Sejak ia berdoa, beberapa kali ia selalu memimpikan Reza. Bahkan di kesehariannya, hatinya seolah condong ingin bertemu Reza. Ritme jantung yang menggila ketika melihat cowok itu. Serta rasa cemburu yang ia sadari sudah melibatkan dirinya terlalu jauh.

Satu lagi. Dan tolong jangan pernah beritahukan ini pada manusia itu. Tepat setelah pertunangan, malamnya Rindu tidak bisa tidur karena terus memikirkan Reza. Ia bahkan harus melihat foto cowok itu lewat Instagram-nya agar bisa tidur lelap.

Argh!!! Rindu rasanya belum ikhlas. Kenapa dia harus merasakan itu semua?

Mengeluh saja Rindu bingung harus pada siapa. Apa ini takdirnya? Apa Reza itu jodohnya?

Masih banyak yang Rindu ingin tanyakan. Tapi tentu saja itu menjadi rahasia hidup manusia yang tak akan pernah diketahui kecuali sudah terjadi.

Satu yang dapat Rindu lakukan saat ini. Yaitu menjalaninya. Apapun akhirnya nanti, itulah ketetapan yang sudah seharusnya ada.

***

Dalam fase mengejar Rindu saja, Reza sudah seperti semut pada gula. Apalagi ketika sudah resmi bertunangan? Semakin menjadi saja cowok itu.

Sepanjang kelas Rindu menuju kantin saja tangannya tak mau lepas menggandeng gadis itu. Rindu hanya memutar bola matanya, terlalu malas dengan sikap berlebihan Reza yang sulit dihilangkan itu.

"Lihatin Sayang." Reza mengangkat tangan Rindu disejajarkan dengan miliknya didepan teman-teman cowok itu yang sempat menatap sejoli itu penasaran.

"Ciyaaa couple-an. Dapet hadiah ciki lo?" Nestor yang pertama kali merespon dengan nada cibiran. Reza yang tadinya sudah tersenyum cerah seketika luntur saat itu juga. Makhluk satu itu memang paling bisa merusak suasana.

"Si goblok. Itu namanya cincin tunangan tolol." ujar Gugun sambil memukul kepala Nestor.

"Tapi beneran kalian udah tunangan?" tanya Raksa memastikan. Reza mengangkat dagunya pongah.

"Rindu kok mau Rin, sama Reza? Gak takut dicabulin?" cetus Aiden membuat yang lain tertawa kecuali Rindu dan Reza tentunya.

"Iya Rin. Kepalanya Reza itu isinya bokep semua." sambung Unus.

"Atau mau gue anter ke Ustad Rin. Takutnya Lo dipelet sama Reza." Wiga ikut menambahkan yang semakin membuat tawa keenam cowok itu menjadi. Paling menghibur memang meledek orang didepan orangnya langsung. Terlebih itu kawan sendiri. Asal jangan yang baperan saja.

"Bangsat Lo semua. Kalo iri bilang!" seru Reza kemudian mengambil duduk dengan Rindu disebelahnya. Dikesempatan itu, Reza mendekatkan punggung tangan Rindu yang bertautan dengan miliknya untuk ia kecup didepan enam temannya di meja itu. Sengaja. Mau pamer.

Dan rencananya berhasil. Mereka semua yang tadinya menertawakan Reza langsung memalingkan muka malas, berdengus juga ada yang berekspresi seperti mual. Rasain! Memangnya enak ditampar keromantisan? Haha.

Beberapa menit setelahnya mereka sibuk menyantap pesanan masing-masing. Reza yang tak bosan bertingkah meminta Rindu menyuapinya sedang dia sendiri bermain game di ponselnya.

"Jadi kan buat demo besok?" Wiga memulai sesaat selesai makan.

"Jadilah. Tapi yakin langsung ke lokasi? Kenapa gak kumpul dulu di depan kampus?"

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang