4. Jaminan Rindu

1.6K 102 3
                                    

Malam minggunya dimana nih?

• • •

Sepulangnya ke rumah, Rindu bergegas merebahkan dirinya ke atas bidang kasur yang empuk. Benaknya saat ini sedang penuh oleh banyak pertanyaan.

Bagaimana caranya agar terbebas dari Reza. Bagaimana caranya membuat cowok itu jauh-jauh darinya. Dan bagaimana caranya supaya ia bisa hidup normal tanpa gangguan Reza.

Melihat mukanya saja Rindu bawaannya ingin selalu menjambak jambul cowok itu. Dia juga tidak mau sebegini nya membenci seseorang. Apalagi katanya jangan terlalu membenci. Kalau nanti malah jadi cinta, gimana?

Iiiiih. Kalau bisa jangan sampai. Rindu tidak mau berakhir dengan cowok modelan Reza yang mesumnya luar dalam. Jika di tempat umum saja tidak malu-malu, apa lagi kalau di tempat sepi?

Kalau sampai ia jatuh cinta pada Reza, Rindu akan memotong rambut panjang kesayangannya.

Tidak mungkin kan? Jelas. Mana rela juga ia memotong rambut yang sudah ia rawat penuh kasih dan cinta ini demi Reza?

Kalau pun nanti--amit-amit--dia mulai ada rasa, ia akan menghapusnya segera demi melindungi rambut kesayangannya.

Ini jaminan Rindu.

***

Meski awalnya sulit sekali terbiasa akan kehadiran Reza yang mengganggu, pada akhirnya pembiasaan itu hadir. Rindu yang perlahan mulai terbiasa dan Reza yang terus menempeli gadis itu kemana-mana.

Bahkan meja acap kali ia ke kafetaria saja selalu dipenuhi Reza dan teman-temannya. Rindu sendiri selalu bersama Nadine. Temannya yang sama ketika di masa Ospek. Cewek itu masih saja terlihat malu-malu ketika duduk bersama cowok-cowok itu.

Padahal Rindu sudah sering meminta gadis itu nongkrong bersama. Sebenarnya Nadine sering menolak ketika dia ajak ke kantin bersama. Katanya dia bawa bekal lah. Tidak lapar lah. Dan blablabla. Padahal Rindu sangat tahu gadis itu hanya grogi. Tapi mau bagaimana lagi? Masalahnya Rindu membutuhkan Nadine disampingnya. Ia mana mau duduk sendirian dikelilingi senior-senior itu?

"Tor, lo kenal Pak Tarno gak?" tanya Reza tiba-tiba pada Nestor. Cowok itu menatap temanya aneh.

"Napa emang kalo gue kenal?"

"Gue mau disulap jadi es krim aja." balas Reza sembari menatap Rindu penuh minat yang saat itu juga berhenti menjilati es krim vanilanya.

Entah disengaja atau tidak, es krim itu jatuh dan Rindu tanpa ekspresi menginjaknya dengan tumit flat shoes nya menggunakan tekanan yang sangat kuat.

Sontak saja hal itu membuat Nestor, Unus, Aiden, Wiga, Gugun dan Raksa terbahak. Bahagia sekali melihat incaran Reza secara tidak langsung menolak telak teman mereka itu.

"Hai!" sapa seorang cewek yang kini berdiri disamping Reza. "Reza kamu apa kabar?" cewek itu dengan sok akrab mencium pipi cowok yang duduk diseberang Rindu kanan lalu kiri.

Secara naluri pandangan Rindu turun mendeteksi pakaian cewek itu. Atasan kemeja nude yang dibiarkan terbuka memperlihatkan tank top putih yang menonjolkan belahan payudaranya. Kakinya dibalut skinny jeans dengan sempurna memberikan kesan pada bokongnya yang besar itu. Model model kesukaan cowok-cowok dimeja ini mah.

Rindu memperhatikan cowok-cowok satu persatu, dan berakhir pada Reza yang ia perhatikan sampai akhir.

"Baik." jawab Reza meneguk salivanya kasar. Mana didepannya Rindu melihatnya lagi.

Ini tidak ada yang mau membantunya keluar dari situasi wokwok--eh, maksudnya awkward?

"Bentar Za, bulu mata kamu jatuh." cewek itu merunduk lagi dengan sebelah tangan melingkar di leher Reza dan satunya mengambil sesuatu dibawah mata cowok itu. Entah itu benar atau hanya alibi. Entahlah.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang