27. Winner*

1.7K 101 5
                                    

Rindu tidak tahu lagi harus menanggapi Reza itu bagaimana. Ia masih tidak mengerti jalan pikir laki-laki amat cerdas yang tak lain suaminya tersebut.

Sepanjang perjalanan Rindu sama sekali tidak bersuara bahkan sekadar membalas pertanyaan-pertanyaan remeh alias basa-basi dari Reza. Pokoknya Rindu malas. Terlalu malas meladeni cowok satu itu.

"Ay, ngomong atuh. Cicing wae ti tadi." tanya Reza sesaat mereka sampai di kamar dan Rindu masih terus bungkam.

Dan Rindu akhirnya mau juga melihat kearahnya. Meski begitu, gadis itu tidak langsung mengeluarkan suara ataupun menatap lembut. Yang Rindu berikan justru jenis tatapan dingin menyorot.

"Aku tuh pusing tau gak?"

"Soal taruhan itu?"

"Ya menurut kamu?" Rindu membalas cepat, kesal masih juga dipertanyakan.

"Kan aku udah minta maaf tadi. Masa masih marah sih, Ay?" Reza mendekat dan menggenggam kedua tangan Rindu. Lantas saja genggaman itu ditepis oleh empunya.

"Aku gak bisa tenang kalo belum ketemu cara biar kamu gak kalah." dibilang begitu, Reza langsung cemberut tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia tahu ini salahnya.

Lagian, kenapa dia bodoh banget ya menerima tantangan yang jelas-jelas dia tidak punya keahlian di ranah situ? Ya, begitulah efeknya ego. Bikin manusia bodoh karena tidak memikirkan kedepannya seperti apa. Bahkan untuk sekedar memikirkan keahlian yang dimiliki pun tidak ada. Pokoknya asal terlihat jago saja. Padahal aslinya nol besar.

"Nanti aku bakal diajarin Nestor kok, Ay. Aku juga gak mau kalo sampe kita pisah cuma gara-gara pertandingan konyol itu."

Sudah tahu konyol, kenapa diterima coba? Kiranya, begitulah kalimat yang mewakilkan lirikan mata Rindu pada Reza. Hanya saja ia sudah terlalu malas bertuah. Biarkan saja malam ini cukup sampai disini. Dia lelah.

Reza hanya bisa menghela napas lemas ketika Rindu melipir begitu saja ke dalam kamar mandi. Yang untuk kesekian kali dirinya diabaikan.

Rindu selesai mandi, gantian giliran Reza. Lelaki itu hanya butuh sekitar 10 menit untuk membersihkan diri dan keluar dari bilik kamar mandi dengan atasan putih polos dan celana pendek agar tidur menjadi lebih nyaman.

Di atas ranjang, Rindu berbaring dengan posisi miring, memunggunginya.

Reza mendekat perlahan dan ikut membaringkan diri di atas bidang kasur yang empuk.

Tangan kirinya ia lingkarkan pada pinggang Rindu penuh harap.

"Sayang," panggilnya lembut dan pelan. Tapi Rindu tidak merespon. Reza tidak habis akal. Kini serangannya menggunakan hidung dan bibir yang sesekali mencium tengkuk dan leher Rindu yang terbuka. Terlebih wangi istrinya itu begitu manis. Reza makin candu kalau begini.

"Ck," Rindu menahan tangan Reza yang sudah turun hendak menyelinap dibalik dress tidur yang ia kenakan dalam selimut. "Aku mau tidur."

"Iya bareng Sayangku. Kan aku juga mau tidur." bisik Reza dengan cengiran andalannya.

"Tangan kamu Reza.." ujar Rindu gemas sekali.

"Gemes, Ay." Rindu memutar bola matanya jengah. Karena kemudian Rindu tidak lagi bersuara, Reza bukannya menyudahi bercandanya di tengah malam, ini malah semakin menjadi. Tangan nakalnya itu sudah bergerilya ke bagian-bagian yang membuat Rindu tidak bisa diam karena kegelian.

Alhasil Rindu berbalik dan menahan kedua tangan nakal suaminya itu.

"Latihannya mulai besok kan?" tanya Rindu masih persoalan balapan itu. Reza mengangguk mengiyakan. "Dimana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang