10. Boncengan

1.3K 116 115
                                    

Awalnya jam mata kuliah Rindu dan Reza bentrok. Rindu mendapat jam siang, sedang Reza di pagi hari. Jadilah Rindu meminta Reza untuk tidak menjemputnya besok. Toh, males banget kalau hanya duduk-duduk, lantang-lantung di kampus. Nggak ada kerjaan.

Tapi ketika dia bangun, di grup kelasnya ramai disertai pemberitahuan bahwa ada perubahan jam. Yang ternyata dimajukan menjadi jam 08.00 pagi.

Karena sudah terlanjur, Rindu pun enggan memberitahu Reza. Biarlah. Sekali-kali dia pergi tanpa cowok itu.

Rindu berdiri di depan gerbang rumahnya menunggu Nadine. Rencananya dia nebeng pada temannya itu, karena kebetulan Nadine sudah dibelikan motor matic oleh orang tuanya.

Beep! beep! beep!

Bunyi klakson sebuah motor Scoopy berwarna silver itu mendekat dan berhenti didepan Rindu.

"Assalamualaikum ukhti." salam Nadine dengan senyum lebarnya. Gadis itu terlihat sangat senang.

"Waalaikumsalam." jawab Rindu.

"Kata Lo, gue cocok gak bawa motor?" tanyanya penuh harap. Sebetulnya Rindu agak bingung mau menjawab apa. Dia tidak biasa memuji orang lain. Akhirnya iapun menaik turunkan kepalanya pelan.

"Cocok." singkat. Padat. Dan senyum tipis yang Nadine pun memaklumi. Punya teman kayak Rindu itu memang harus banyak-banyak sabar. Untung dia tidak gampang bawa perasaan. Kalau dia tipe yang baper-baperan, bisa kilat pertemanannya dengan Rindu Ayu.

"Ya udah yok, naik. Kita berangkat." ucapnya yang langsung dipatuhi Rindu. Gadis berhijab hitam dengan atasan kemeja kotak-kotak itu naik ke boncengan dan Scoopy pun melaju meninggalkan halaman rumahnya.

Hampir dekat dengan pintu masuk kampus, tiba-tiba Nadine menghentikan motornya.

"Bentar ya Rin. Hape gue geter mulu dari tadi. Takut urgent dari orang rumah." jelasnya yang dibalas anggukan saja oleh Rindu yang anteng duduk membonceng.

Selagi Nadine mengecek ponselnya, Rindu mengedarkan matanya ke depan. Dimana sesekali lalu lalang motor mahasiswa yang melewati gerbang menjadi suguhannya. Dan dari situlah tanpa sengaja Rindu melihat Reza membonceng seorang perempuan yang asing dimatanya. Seketika wajahnya menjadi datar. Sebelumnya memang tidak ada ekspresi. Tapi yang ini level datarnya naik satu tingkat berhubungan dengan mood nya yang menjadi buruk.

"Sori ya, Rin. Agak lama." maaf Nadine kemudian menyalakan mesin motornya lagi tanpa menunggu balasan dari Rindu.

Bagus. Rindupun sedang tidak ingin mengeluarkan suara. Dalam diamnya Rindu mengutuk Reza karena telah membuat sesuatu di dadanya memanas tak menyenangkan.

•••

Ketika berjalan ke kantin, Rindu yang pergi sendiri untuk membeli air minum tak sengaja bertabrakan dengan seseorang.

"Sori." ucap Rindu langsung.

"Oiya gak papa. Gue juga salah kok." perempuan yang menabrak itu turut meminta maaf. Sesaat melihat sosok itu, Rindu terpaku. "Gue duluan ya." pamit cewek bersurai panjang itu berlalu. Rindu menjelingkan matanya kesamping tanpa niat repot-repot balik badan untuk melihat lebih lama cewek yang sama dengan yang  dibonceng Reza itu.

Dada rindu lagi-lagi diserang rasa sesak. Menarik napas samar, Rindu melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya waktu yang dinantikan pun tiba. Dosen mengakhiri jam mengajarnya, dan mahasiswa bergerak keluar kelas dengan menyampirkan tas masing-masing.

Ting!

Pesan masuk. Rindu membuka ponselnya.

Reza

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang