7. Jadi Maunya Gimana Sayang?

2.4K 112 52
                                    

Rindu memalingkan muka, enggan melihat kearah dimana Reza duduk tepat di bangku teras yang hanya dibatasi meja kayu.

"Tetep disitu kalo enggak gue bakal teriak." sergah Rindu kala menangkap sinyal Reza hendak bangkit dari duduknya.

Reza mengangguk. "Oke." Rindu melirik-lirik Reza dengan juteknya.

"Lagian Lo ngapain sih kesini? Pake acara ngelamar segala. Lo kalo becanda jangan keterlaluan deh Za. Kalo udah bawa orang tua begini gak lucu tau gak!" sembur Rindu meluapkan apa yang sedari tadi menyergap dadanya.

"Yang becanda siapa sih? Gue serius. Kalo gue gak beneran, ngapain juga gue sampai bawa bokap nyokap gue."

"Tapi kenapa tiba-tiba? Lo dateng bahkan tanpa bicarain ini dulu sama gue. Lagipula, bukannya lo udah bosen sama gue."

"Bosen? Siapa yang bilang gue bosen?" Rindu memandang bimbang sekaligus sebal pada ketidaktahuan yang entah dibuat-buat atau memang cowok itu lupa.

"Nggak penting. Udah gak jaman nguntit dia. Itu yang Lo bilang kemarin kalo lo lupa." ungkit Rindu dengan dongkol. Mendengar itu tak pelak membuat tawa Reza tumpah. Rindu semakin keki karenanya.

Dasar ngebelin!

Setelah sudah berhasil mengurai tawa, Reza mencoba menatap kembali gadis pujaannya itu intens.

"Emang udah gak jaman. Makanya gue dateng ke sini buat lamar dek Rindu langsung." Rindu memalingkan wajah lagi ke kiri takut-takut pipinya yang memanas nantinya akan membuatnya malu jika tertangkap oleh cowok itu.

Sial! Kenapa juga harus blushing.

"Nih, gue kasih tau ya. Kalo kata orang dulu itu, pamali nolak laki-laki yang datang melamar. Nanti jodohnya jadi susah loh. Emang kamu mau jadi perawan tua?" kembali Rindu menyorot Reza tajam. "Atau gini aja. Kak Reza kasih Rindu waktu sampai Minggu depan buat kasih jawaban. Tapi, selama itu pula yang antar jemput Rindu ke kampus harus kakak ya. Gimana?"

"Kok jadi Lo yang ngatur."

"Yaaa, gak papa sih kalo gak mau. Tapi," Reza tiba-tiba bangkit dan merunduk mengurung Rindu dengan kedua tangan mencengkeram tangan kursi yang diduduki gadis itu. Rindu refleks memundurkan tubuhnya dan meletakkan kedua tangan didadanya. "Gue bakal bilang ke orang tua kita, kalo kita udah pernah ngapa-ngapain. Setelah itu, kak Reza jamin Mama Winda pasti bakal langsung nikahin putri cantiknya ini."

"Dasar licik!" rutuk Rindu. Bisa-bisanya cowok itu berpikiran sampai ke sana.

"Biarin. Kalo itu bisa buat kamu mau, kenapa enggak?" tuturnya tenang mengangkat alis tebalnya.

Rindu diam dengan pikiran berkecamuk.

"Gimana Sayang?" desak Reza menuntut jawaban. "Apa mau kita mulai disini aja pertunjukannya?" iris hazel itu sudah berpindah berfokus pada bibir ranum Rindu.

Rindu yang dipandangi dengan tidak sopan itu mendorong kuat Reza sekuat tenaganya. Namun ternyata kekuatan Reza lebih besar dari usahanya itu.

"Awas Reza!" Rindu memekik merinding ketika Reza masih berusaha mengincar bibirnya. "Oke, oke! Minggu depan gue bakal kasih jawabannya." setelah ucapan itu Reza berhenti dari aksinya dan menarik diri dengan masih mengukung Rindu.

"Gitu dong. Makin cantik deh." Rindu mengusap cepat pipinya sesaat Reza mencubitnya disana. Setelahnya cowok itu bangkit berdiri dan Rindu pergi masuk rumah terlebih dulu dengan menghentakkan kakinya tanda kesal.

Dosa apa dia sampai berurusan dengan cowok seperti Rezato.

***
Seperti ucapan Reza kemarin, pagi ini dia datang menjemput Rindu meskipun ia sendiri baru memiliki kelas di jam dua siang nanti.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang