20. Para Julid

2.4K 97 2
                                    

Kelopak mata yang dipayungi bulu mata lentik itu mula-mula bergerak-gerak kecil dengan perlahan terbuka membiaskan cahaya matahari yang mengintip dari balik jendela.

Rindu menoleh ke sebelah kanannya dimana pemandangan Reza yang masih terlelap damai. Melihat lelaki itu membuatnya teringat kejadian semalam.

Kini dirinya sudah bukan gadis lagi. Rindu tidak menyesal. Dusta sekali kalau dia bilang ia biasa saja. Nyatanya sama dengan Reza, Rindu pun menikmati malam pengantin mereka.

Hei, Rindu masih normal ya. Biarpun jutek, judes, dan galak seperti sebutan yang diberikan teman-teman suaminya padanya, tetap saja Rindu akan terlena juga kalau dipuja oleh orang yang disukainya.

"Za," panggilnya sambil menepuk pelan pundak Reza. "Bangun, ih."

"Bentar Ay, masih ngantuk."

"Mau pulang. Aku laper." Reza dengan mata masih terpejam, mengerutkan dalam dahinya sambil tangan menggaruk sisi kiri kepalanya. Terlihat sekali cowok itu masih sangat mengantuk.

"Mau makan?" tanyanya dengan mata menyipit, belum sepenuhnya sadar. Rindu mengangguk. Tidak bohong. Perutnya sudah keroncongan.

Reza menggeser tubuhnya merengkuh Rindu yang bergerak menolak.

"Reza!"

"Bentar Sayang, mau peluk." sebetulnya tak masalah bila Reza ingin memeluknya karena sekarang mereka sudah sah menjadi suami istri. Tapi yang menjadi masalah disini adalah, Rindu masih polos tanpa satu kain pun yang melekat ditubuhnya dibalik selimut. Dan Rindu belum terbiasa dengan ini semua.

"Risi Za. Aku belum mandi."

"Gak papa. Kamu wangi kok. Empuk lagi. Aw!" Rindu mencubit kecil perut lelaki itu. Bukannya menyesal, Reza malah terkekeh kecil masih dengan tangannya yang semakin erat memeluk Rindu.

"Jangan kdrt Sayang." suara berat Reza memberi napas hangat menyentuh leher Rindu.

"Ya bangun duluu. Akunya laper Reza." Rindu hampir merengek.

"Ututu. Kasian. Istri Reza yang cantik ini kelaperan ya? Capek, gara-gara semalem iya?" Rindu menatap suaminya itu datar. "Ya udah kita mandi ya. Baru turun beli makan." Rindu melotot terkejut ketika tau-tau tubuhnya melayang digendong Reza.

"Reza turunin gak?"

"Biar cepet mandinya berdua Sayang. Sekalian pra-sarapan pagi nikmat dulu." Rindu menatap terperangah. Jelas ia tidak mau. Yang semalam saja masih terasa aneh di bagian privatnya sampai sekarang.

Rindu memberontak minta diturunkan. Namun hal itu tak membuat Reza mengurungkan niatnya. Cowok itu bahkan dengan enteng membawanya masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu putih itu.

"Iya sayang iya. Sabar ya. Pasti gak kalah enak dari yang semalam. Aku jamin."

Rindu mau gila rasanya. Heran. Kenapa pula dia harus punya suami mesum minta ampun!

Sudah diturunkan kedalam bathtub, sepertinya Rindu sudah tidak bisa kemana-mana lagi.

Saat baru sadar Reza didepannya telanjang bulat, Rindu memalingkan mukanya secepat mungkin.

Bisa-bisanya cowok itu hilir mudik didepannya dengan kondisi begitu. Walaupun sudah sah, tetap saja itu masih tabu untuk Rindu.

Reza nampak telaten memutar kran mengatur suhu dan mencelupkan bath bomb kedalam air hingga menghasilkan banyak busa yang menutupi tubuh Rindu. Sudah beres, lelaki itu mengikuti jejak Rindu, bergabung kedalam bathtub.

"Masih sakit gak?" sekujur tubuh Rindu merinding mendapat bisikan Reza yang mengambil duduk dibelakangnya. Tangan cowok itu sudah melancarkan aksinya di kedua aset milik sang istri.

Rindu RezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang