4. Surat Misterius untuk si Gadis Kaktus

181 36 7
                                    

Pagi-pagi, waktunya para pelajar berangkat sekolah. Sephia sudah siap dengan seragamnya, duduk di depan teras sambil memandangi lalu lalang kendaraan bermotor dari balik gerbang. Ia berkali-kali membuka ponsel, melihat jam yang tertera di sana. Ia khawatir Gean tidak datang lagi untuk menjemputnya pagi ini. Pasalnya, Gean tak pernah berangkat seterlambat ini.

Ada 2 kemungkinan. Gean sudah berangkat, atau Gean tidak masuk hari ini. Tapi jika tidak masuk, Gean pasti memberi tahunya. Jadi, lelaki itu meninggalkannya?

"Lo ditinggal sama Gean." Lisya langsung menoleh saat sebuah suara berat tiba-tiba mengagetkannya.

Lisya menatap Raja dengan intens. Raja menatap Lisya dengan dahi berkerut heran. Sepertinya Raja akan pergi ke kampus, terlihat dari tas yang menggantung di punggung lelaki itu.

"Kenapa?" tanya Raja yang ditatap tak nyaman. Lisya menggeleng.

"Maksud gue, kenapa lo masih nunggu? Jelas-jelas Gean udah berangkat tadi pagi," ucap Raja mengimbuhi. "Mungkin dia udah sadar, lo cuma parasit di hidupnya."

Lisya menundukkan kepala, kemudian bangkit dari tempat duduknya. Ia menatap Raja dengan penuh harap.

Raja paham, adiknya itu minta tumpangan. Namun, benci tetaplah benci. Raja tak sekalipun memiliki niat untuk berangkat semobil dengan Lisya. Itu sama saja menjatuhkan Katanya sendiri.

"Dih." Raja memutar bola matanya malas. Lelaki itu lantas menuju garasi untuk mengambil mobilnya.

Lisya memilih untuk menunggu lelaki itu di gerbang saja. Saat Raja mengambil mobil, Lisya berjalan ke gerbang. Sungguh, Lisya berharap Raja mau mengantarnya. Lisya tak ingin naik kendaraan umum.

Setelah beberapa menit, mobil super mahal berwarna merah mengkilat sudah berada keluar dari kandangnya. Perlu diketahui, bahwa Raja punya 5 mobil yang memiliki merek dan warna berbeda, namun tentu dengan harga yang fantastis.

Lisya melambaikan tangannya, berharap Raja berhenti dan mengizinkannya naik. Namun, nyatanya tidak. Usai gerbang dibuka, mobil merah Raja melaju keluar dari pekarangan rumah tanpa berhenti sedetik pun untuk memberi tumpangan pada Lisya.

Lisya menghela napas. Ia harus berangkat dengan sopir, padahal ia ingin sekali merasakan berangkat sekolah bersama dengan kakak satu-satunya itu. Tak apalah. Lain kali mungkin bisa.

***

Lisya menapakkan kaki di tanah setelah turun dari mobil. Ditatapnya sekeliling, ternyata ia menjadi pusat perhatian orang-orang. Tak menggubris, ia berjalan santai menuju kelasnya.

Sepanjang koridor, Lisya sama sekali tak melihat Gean. Apa lelaki itu belum berangkat? Jujur, ia jadi khawatir. Tak apa jika Gean tidak menjemputnya pagi ini, ia hanya berharap Gean mengabarinya dan mengatakan bahwa lelaki itu baik-baik saja. Bukan menghilang seperti ini.

Sesampainya di kelas, Lisya menduduki kursinya. Ia membuka novel yang ia beli bersama Gean kemarin. Bau novel baru seketika tercium, dan makin kentara saat Lisya membukanya.

Beberapa menit kemudian, Lisya menolehkan kepalanya ke jam dinding yang tergantung di dinding kelas. 5 menit lagi, bel masuk akan berbunyi. Lisya pun menutup buku novelnya rapat-rapat, lalu memasukkannya ke dalam laci.

Tiba-tiba, ia merasa tangannya menyentuh sesuatu. Teksturnya seperti sebuah kertas. Tapi, Lisya ingat selalu membersihkan lacinya sebelum pulang. Tanpa berpikir panjang, Lisya langsung menarik kertas misterius yang ada di dalam lacinya.

Ternyata itu adalah kertas berwarna hijau muda. Kertas itu terlipat dengan rapi di dalam laci mejanya. Lisya berniat membuka kertas itu. Namun, suara kecil milik Anya tiba-tiba mengagetkannya.

Cactus Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang