18. Akan Kuajari Bagaimana Cara Sakit Hati

107 23 4
                                    

Beberapa menit usai bel istirahat sekolah berbunyi, Adyt masih belum merapikan buku-bukunya. Lelaki itu justru menatap Lisya dari kejauhan. Memang itu yang selalu ia lakukan. Berapa kali ia berada di dekat Lisya pun bisa dihitung dengan jari. Ia mengaku, ia pantas disebut pecundang.

"Perhatian! Untuk seluruh siswa SMA Kejora, harap berkumpul di lapangan." Suara itu sontak menyita seluruh perhatian warga SMA Kejora. Suara ini pun sudah tak asing lagi di telinga Lisya. Ini adalah suara milik Gean, meskipun Gean memakai toa alias megaphone, ia bisa menebak dengan jelas bahwa itu adalah Gean.

Lisya berusaha sekuat mungkin untuk menahan senyumannya. Sebab, kemungkinan besar, ini adalah kejutan yang dimaksud Gean kemarin. Dan kejutan itu adalah untuk dirinya. Ia harus pura-pura tidak tahu agar kejutan ini seolah berjalan dengan lancar.

"Ada apaan, tuh?" tanya Anya pada Lisya. Lisya menggedikkan bahu seakan tak tahu apa-apa.

"Yok, ke halaman. Siapa tau lagi bagi-bagi sembako," kekeh Anya. Tanpa izin, Anya menggandeng tangan Lisya keluar kelas. Satu persatu kelas mulai kosong, karena semua orang berada di halaman sekolah, sesuai yang diperintahkan Gean.

Bisikan-bisikan mulai terdengar. Dugaan tanpa dasar pun mencuat.

"Eh, itu Kak Gean, kan?"

"Bukan, itu calon ayah dari anak-anak gue."

"Halu lo!"

"Jangan-jangan, dia mau nembak cewek, kaya yang di wattpad-wattpad gitu. Liat aja, dia bawa bunga."

"Nembak cewek? Aneta? Atau ... Sisi?"

"Kayaknya gak mungkin Sisi. Mana mau Gean sama cewek kelakuan setan macam dia. Kalo Aneta, jelas mereka cocok. Sama-sama pinter, most wanted sekolah. Couple goals banget!"

"Hehh, ssstt. Jangan keras-keras, bisa-bisa lo dikick dari sekolah ini kalo Sisi denger."

"Sorry, gue lupa."

"Gean mau nembak cewek bisu itu?"

"Mungkin aja. Mereka, kan, udah deket dari lama."

"Lisya maksud lo? Bisa aja, sih. Tapi, gue pernah liat Lisya jalan sama Adyt. Kayaknya mereka pacaran."

"Serius lo?!"

"Iya. Gue juga liat Gean sama Anya."

"Lah? Gimana ceritanya?"

"Gue gak yakin juga, sih, soalnya gue cuma liat sekilas doang."

"Sebelumnya, makasih buat kalian yang udah mau kumpul di sini," ucap Gean yang berdiri di atas kursi, tepat di tengah-tengah halaman sembari membawa sebuket bunga. Sontak mereka semua terdiam dengan pandangan tertuju pada satu objek. Gean.

"Gue mau ngungkapin sesuatu, buat cewek yang udah nemenin gue selama ini, buat cewek yang bikin gue seneng terus, buat cewek paling perhatian, dan buat cewek istimewa yang berhasil bikin gue jatuh cinta." Gean turun dari kursi, kemudian berjalan menerobos kerumunan. Beberapa dari mereka membukakan jalan, karena tahu arah yang dituju oleh lelaki itu.

Sekarang, Gean berhenti tepat di depan Lisya. Jantung Lisya berdegup sangat kencang. Puluhan pasang mata sinis menatap ke arahnya. Lisya menggenggam tangannya sekuat mungkin, menepis rasa gugup yang menggumpal di dadanya.

Sementara dari kejauhan, Adyt menatap kejadian itu dengan hati yang remuk. Ia sudah tahu ini akan terjadi, harusnya ia tidak perlu sakit hati, tapi nyatanya ... terlalu sulit dicoba. Adyt patah hati, Adyt sakit hati. Namun, ia hanya bisa diam.

Cactus Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang