27. Hati Itu Rumit, Butuh Waktu untuk Memahami Isinya

101 20 2
                                    

Bel masuk berbunyi nyaring di seluruh penjuru sekolah. Lisya berjalan menuju kelas. Gadis itu kembali dari kantin sesudah membeli sebotol minuman dingin.

Meski bel berbunyi, Lisya masih berjalan dengan santai. Tak ada rasa panik di wajah itu. Datar tanpa ekspresi. Harusnya memang seperti itu sejak dulu, tak perlu repot-repot membuang senyum hanya untuk manusia bermuka dua.

"Lisya!"

Lisya berhenti di tempat, kemudian memutar kepalanya untuk melihat siapa orang yang memanggilnya. Setelahnya, ia kembali berjalan usai mengetahui orang itu adalah Adyt.

Adyt yang tadinya bersandar di tembok seraya memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana, kini beralih mengejar sosok gadis yang kini berjalan dengan angkuh.

Adyt mencekal tangan Lisya. Tak sampai satu detik, Lisya sudah menyentaknya. Gadis itu berjalan lebih cepat, menjauh dari Adyt.

Adyt menghela napas. Lelaki itu sedikit berlari mengejar Lisya. Ia berjalan di samping gadis itu.

"Sya! Gue minta maaf," ucap Adyt, namun sama sekali tak ada respon dari Lisya.

"Dengerin penjelasan gue dulu." Sayangnya, Lisya tak lagi percaya pada ucapan lelaki itu.

"Lo belum denger penjelasan gue, Sya! Ini gak kaya yang lo pikirin."

Lisya seakan tuli. Ucapan-ucapan itu hanya terdengar seperti angin yang berlalu. Asal Adyt tahu, Lisya juga menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Ia yang menaruh harapan pada sosok orang baru seperti Adyt.

Setelah sampai di depan kelas, Lisya berbelok masuk. Adyt hanya bisa mendesah kasar di luar. Lelaki itu menolehkan kepala saat merasa seseorang memperhatikannya.

Benar saja. Di depan kelas sebelah, Gean menatap dirinya. Dan, mata mereka berdua beradu tajam, sebelum akhirnya guru kelas datang, memutus kontak mata antara Gean dan Adyt.

***

Nyatanya, menjauh dari orang seperti Adyt bukan hal yang mudah. Meskipun Adyt adalah orang seorang pembohong yang buruk di matanya, tetapi tetap saja, Adyt adalah yang terindah.

Arghhh, kenapa lo kasih luka ke gue? Gue sayang sama lo, bangsat! batin Lisya sembari menatap kertas yang berceceran di depannya. Frustrasi.

Ya, ia masih menyimpan surat yang diberi Adyt tahun kemarin. Surat berwarna hijau dan pink yang sekarang tampak usang. Ia pikir, ia sudah membuangnya. Tapi, ia belum melakukannya sama sekali.

Lisya meremas kertas-kertas itu menjadi satu, lalu melemparnya ke tempat sampah yang berada di sudut ruangan. Kertas itu terjatuh di lantai sebelum masuk ke dalam tempat sampah. Gadis itu mendesah, lalu berbaring di tempat tidur begitu saja, mengabaikan gumpalan sampah yang ada di lantai.

Drrtt

Ponsel Lisya bergetar di atas kasur. Tangannya meraba sekitar sampai ia menemukan benda yang ia cari. Ia pikir itu notifikasi dari Adyt, rupanya dari Gean.

Gean
Aku pengen ketemu
Aku mau ngomong sesuatu
Jangan ngehindar

gue ga bisa

Kenapa?
Aku ada salah?

engga
cuma lg males keluar

Ayolah
Makan? Nonton? Beli novel?
Gue turutin semua
Asal kita ketemu
Ada yang pengen aku omongin

ngomongnya di sini aja

Aku rasa ini bukan hal yang pantes
buat dibicarain lewat chat

Cactus Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang