🌈O2🌈

107K 11K 1.5K
                                    

"Kenapa lo? Gue curiga."

Chris menatap seorang pria dihadapannya tajam. "Dari pada lo ngurusin gue, mending ngurusin barang yang gue mau."

Jenan menghela nafas. "Lo kira semudah itu? Yang lo mau itu barang haram cuy, ngambil atau beli barang haram gak semudah lo beli permen lima ratusan diwarung!"Kesal Jenan, bisa bisanya dia mau kerja sama Chris yang notabene nya sahabatnya dari kecil.

Tatapan Chris pada Jenan semakin tajam. "Apa gunanya gue ngegaji kalian gede, tapi kalian gak bisa ngedapetin apa yang gue mau?"

Jenan menghela nafas. Merasa lelah menghadapi boss mafia didepannya itu.

"Gak bosen apa berantem mulu? Pls deh, ini nih mafia yang terkenal kejam itu? Masa gini doang diributin sih?"Shannon menatap keduanya kesal.

Shannon itu sekertaris Chris, selain sekertaris Shannon itu mantan pacarnya Chris, tapi udah move on kok.

"Untuk sekarang jangan bahas tentang dunia gelap kalian bisa? Kerjaan banyak coy."Decak Shannon.

"Sumpah kuping gue panas dengerin ocehan kalian. Chris, hari ini lo punya banyak jadwal rapat, kesampingin dulu soal itu bisa?"Tanya Shannon sambil menatap Chris lelah.

Chris mengangguk.

"Dengerin tuh mantan lo."Jenan mengubah ekspresi wajahnya seperti mengejek Chris.

"Diem atau gue pecat?"Ancam Chris dengan wajah tanpa ekspresinya dan cara bicaranya yang selalu sama.

"Halah bazeng."

.

.

.

"Asaaa~ mau pulang bareng gak?"

Asa mengangguk semangat. "Mauuuu!"

Dion tersenyum, sahabatnya ini kenapa gemes banget sih? Dia itu kayak anak tk.

"Bus nya bentar lagi sampe. Kita tunggu dihalte depan."Dion menggandeng Asa kearah halte bis.

"Asa, kenapa gak naik mobil pribadi aja?"Tanya Dion.

Asa mengerutkan keningnya, tanda kalo dia lagi berpikir. "Emangnya asa gak boleh naik bus? Kan bagus dion, mengurangi polusi udara."

Dion mengangguk. "Iya juga sih, Asa mah bisa aja jawabnya."Dion terkekeh.

Asa ikut terkekeh, gak sadar kalo ada orang didepannya.

DUK!

"Aduh!"

Kok kayak déja vu ya? Tapi bedanya sekarang Asa lagi ngelus ngelus dahinya yang kepentok sama dada entah siapa itu.

"Loh Asa?"

Dion membolakan matanya, dan menatap pria itu tajam. "Kok tau nama temen gue?"Tanya nya.

"Urusannya sama kamu apa?"Dingin Chris.

"Gue temennya."Jawab Dion gak kalah dingin.

"Loh? Kamu orang yang waktu itu kan?"Tanya Asa sambil menunjuk Chris dengan jari lentik dan kecilnya itu.

Chris mengangguk, sementara Jenan yang berdiri disebelahnya, mengerutkan kening tanda ia tak paham kondisi saat ini.

"Asa? Kamu kenal sama om om ini?"Tanya Dion tak percaya.

"Asa tau, tapi asa gak tau namanya, dion."Jawab Asa sambil menggaruk lehernya canggung.

"Saya Chris."Celetuk Chris tanpa diminta.

"Mukanya mencurigakan tau sa, kayaknya dia orang jahat."Celetuk Dion sambil menelisik wajah tampan Chris.

Asa menepuk perut Dion. "Gak boleh gitu, Dion. Gak sopan."

Asa tersenyum kearah dua orang dewasa itu. "Karena tadi Om Chris udah memperkenalkan diri, sekarang giliran asa!"

"Aku Angkasa Eleno Bramantama, sering dipanggil Asa. Nah ini Dion, sahabat asa."Angkasa ngenalin dirinya exited banget.

Chris sama Jenan aja sampe membatu pas liat Angkasa.

.

.

.

"Cari tau informasi tentang Angkasa Eleno Bramantama."Titahnya pada Jenan.

Jenan menghela nafas. "Jadi bocah itu yang bikin lo sehari semalem gak bisa tidur?"

Chris berdehem sebagai jawaban.

"Pedofil lo anjir."Celetuk Jenan sambil menatap Chris dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Chris menatap Jenan bingung.

"Lo gak bisa liat?

. . . Dia masih SMP, bodoh!"

TBC

Mafia meet an innocent boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang