Chris menatap berkas yang diberikan oleh Jenan. Dia tersenyum puas dalam hati, Jenan emang sangat bisa diandalkan.
Chris membaca satu persatu informasi yang Jenan kumpulkan. Iya, informasi tentang Angkasa.
Dan Chris baru tau kalo Angkasa ini anak dari rekan bisnisnya, itu sangat memudahkan dia untuk memiliki Angkasa.
"Chris. Lo jangan macem - macem."Intrupsi Jenan, Angkasa itu masih kecil, dan gak seharusnya Chris coba deketin Angkasa.
Jenan menghela nafas. "Chris. Asa itu masih kecil, lo gak seharusnya deketin dia. Lo mau bawa dia masuk ke dunia gelap ini? Jangan gila lo."
Chris duduk dikursi kebanggaannya dengan angkuh. "Seorang Chris Denandro Arxander, akan mendapatkan apapun yang dia mau."
.
.
.
Angkasa Eleno Bramantama. Bocah yang masih duduk dibangku kelas 9 SMP ini polos banget.
Angkasa atau yang biasa dipanggil Asa ini umurnya baru 15 tahun. Termasuk jajaran murid pintar.
Sebenernya Angkasa gak mengakui kalo dia itu gemesin, malah dia nyangkal hal itu.
Katanya dia itu ganteng, soalnya dia cowok.
Dan Angkasa itu sebenernya ganteng loh, wajahnya itu kayak pangeran dinegeri dongeng, apalagi dia itu tinggi. Kekurangannya sih, cuma dia terlalu polos, tapi, apa itu bisa disebut dengan kekurangan?
"Kakak jangan ganggu Asa ya! Asa mau belajar tau, kalo kakak ganggu Asa terus, nanti Asa gak fokus!"Celotehnya.
Askara tentu gak diem aja, dia nyubitin pipi adeknya, ditarik tarik sampe merah. Dikira itu yupi apa gimana. . .
"Pipi Asa sakit."Lirih Angkasa sambil mengusap kedua pipinya yang memerah, bibirnya mengerucut.
Askara langsung memeluk tubuh Angkasa, dia merasa bersalah. "Maafin kakak ya, mau kakak kompres pipi nya?"Askara mengusap ngusap pipi Angkasa.
"Gapapa, nanti juga sembuh. Tapi . . ."
"Tapi apa?"Tanya Askara, dia tau kalo adeknya pengen sesuatu sebagai bentuk permohonan maaf.
"Asa mau es krim, boleh ya?"Asa nunjukin puppy eyes nya ke Askara, ya Askara mana tahan, gemesin gitu.
Askara mengangguk sambil tersenyum. "Asa mau es krim apa? Mau es krim paddle pop warna warni atau es krim minion rasa pisang sama vannila?"Tanya Askara.
"Dua duanya boleh?"Tanya Angkasa sambil menatap Askara dengan tatapan polosnya.
Kamera mana kamera? Askara gak kuat menahan semua kegemasan ini.
"Boleh dong. Tapi jangan bilang ke bunda kalo beli eskrim nya dua, oke?"
Angkasa mengangguk semangat.
.
.
.
"Es krim doang? Gak mau beli yang lain?"Tanya Askara sambil mengambil sebuah keranjang belanjaan.
Angkasa mengerutkan keningnya, udah jadi kebiasaan kalo dia lagi mikir. "Emangnya boleh? Asa kan mintanya cuma es krim doang?"
"Kalo Asa mau beli sesuatu, bilang aja. Kalo ada uangnya, kakak juga bolehin kok."Jawab Askara sambil memasukan minuman bersoda kedalam keranjang.
Meskipun mereka dari keluarga berada, tapi mereka itu hemat banget. Soalnya gak baik kalo wasting money terus terusan.
"Asa mau minuman pororo boleh?"Tanya Angkasa, emang udah kebiasaan dia tuh, apa apa izin dulu.
"Boleh."Jawab Askara.
Mata Angkasa langsung berbinar. "Sama rumput laut juga, boleh?"Tanya nya lagi.
"Boleh Asa, Asa ambil aja apa yang Asa mau. Tapi inget, jangan. . ."
"Berlebihan!!"Angkasa semangat banget jawabnya.
.
.
.
"Pororo rasa blueberry, udah. Rumput laut rasa original, udah. Hm, kayaknya udah aja deh. Kata Kak Aska kan gak boleh berlebihan. . ."Gumamnya sambil menatap makanan yang dia bawa.
"Hai Asa."
Angkasa berbalik dan mendapati seseorang yang baru saja memasuki kehidupannya.
"Loh? Chris?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia meet an innocent boy
FanfictionSeorang Mafia, atau mungkin Kriminal, yang bertemu dengan seorang remaja polos secara tidak sengaja. Dan seketika, kehidupan mereka berubah. tapi apakah kisah mereka akan berjalan mulus? Lokal, visualisasi bisa seliar mungkin Was in #1 bl, #1 uke, a...