🌈31🌈

22.2K 2.5K 32
                                    

"Kenapa kamu babak belur gini, Angkasa?"

Angkasa menatap Callista yang tengah panik. "Oh itu, tadi gue hampir aja diculik."Jawabnya dengan santai.

Callista menatap Angkasa kaget. Kenapa ia bisa sesantai itu kala nyawa nya hampir saja terancam?

"Kamu tau siapa yang berusaha buat culik kamu?"Tanya Callista, ia mendudukan dirinya disofa dan menepuk space di sebelahnya, mengisyaratkan Angkasa untuk duduk disebelahnya.

"Marco. Dia yang nyuruh anak buahnya buat culik gue."Jawab Angkasa sambil mendudukan dirinya disebelah Callista.

Ia mengangkat sebelah kakinya santai.

"Apa saya harus kasih tau Chris?"

Angkasa menggelengkan kepalanya. "Gak perlu, gue bisa atasin ini sendiri."

Callista menghela nafas. "Asa, kamu gak tau segimana bahayanya kalo kamu berurusan sama Marco. Dia jauh diatas Chris, bahkan dia memperlakukan saya dan ibu saya, seperti hewan."

Angkasa terkekeh remeh. "Bahkan kalian semua juga gak tau, seberapa bahayanya kalian berurusan sama gue."

.

.

.

Angkasa sekarang tengah fokus bermain game bersama Shannon. Terkadang ia mengerucutkan bibirnya kesal, terkadang ia tertawa terbahak bahak karena Shannon terus kalah darinya.

"Sesuai perjanjian, lo harus traktir gue selama sebulan!"Seru Angkasa. Chris menggelengkan kepalanya maklum melihat tingkah Angkasa dan Shannon.

"Sial, kalo kayak gini gue bakalan miskin! Chris! Pokoknya lo harus naikin gaji gue!"Shannon menodongkan ponselnya pada Chris.

Chris memutar bola matanya malas. "Kamu minta untuk dinaikan gaji tapi performa kamu saat bertugas belakangan ini selalu turun. Tidak menguntungkan."

Angkasa berhenti tertawa. "Haus banget. Kalian mau gue bikinin minum gak?"Tanya Angkasa.

Chris mengangguk. "Jika tidak merepotkan ya silahkan."

Shannon juga ikut menganggukan kepalanya.

Angkasa melangkahkan tungkainya menuju dapur.

Angkasa telah selesai membuat 3 gelas minuman. "Sialan, pake kebelet lagi."Angkasa sedikit berlari kearah kamar mandi.

Tanpa diketahui, Jinan masuk kearah dapur. Entah apa yang akan ia lakukan.

Angkasa sempat melihat Jinan yang keluar dari dapur.

.

.

.

Angkasa menyimpan 3 gelas itu dimeja. Mempersilahkan Chris dan Shannon untuk meminumnya.

Chris terdiam, ia mencium bau yang sedikit berbeda dari gelas minumannya.

"Kenapa Chris?"Tanya Shannon bingung.

"Bau nya sedikit berbeda."Ujarnya. Angkasa mengerutkan dahinya bingung. "Mana sini, biar gue bandingin sama punya gue."

Angkasa mengambil gelas Chris dan mulai mencium baunya. Benar apa yang dikatakan oleh Chris, baunya sedikit berbeda dari biasanya.

Padahal bahan untuk membuat ketiga minuman itu sama. Dan tidak ada bahan tambahan untuk minuman milik Chris.

"Gue rasa, ada yang aneh. Shannon, salah satu anak buahnya Chris bisa nge cek apa yang ada diminuman ini kan?"Tanya Angkasa pada Shannon.

Shannon mengangguk. "Biar gue panggil."

.

.

.

"Chris, ada racun di minuman lo."

Angkasa, Chris dan Shannon tergelak mendengar ucapan dari belah bibir Bryan.

"Kok bisa?"Tanya Angkasa bingung. Apa mungkin ia salah memasukan bahan bahan? Tapi jika memang salah, seharusnya itu juga berdampak pada miliknya dan milik Shannon.

Bryan menghela nafas. "Tipe racun nya gak main main Chris. Racun itu bahkan bisa ngebunuh lo dalam jangka waktu 10 menit."

Rahang Chris mengeras. "Cari tau siapa yang melakukan hal itu."Perintahnya. Bryan menganggukan kepalanya, tapi sebelum ia keluar dari mansion, suara Angkasa menginstrupsi pendengaran mereka.

"Tadi gue liat Jinan keluar dari dapur. Waktu itu gue baru aja selesai dari kamar mandi."Ujarnya.

Shannon membolakan matanya. "Gue tau, nuduh tanpa bukti itu gak boleh. Tapi gue rasa, Jinan bukan berusaha buat ngeracunin Chris, tapi ngeracunin Angkasa."

Chris mengerti apa yang dikatakan oleh Shannon. "Setelah apa yang dia coba lakukan pada Angkasa. Semua memang mengarah padanya."

Bryan menganggukan kepalanya. "Kalo memang dia terbukti ngelakuin itu, apa yang bakal lo lakuin Chris?"

Chris menyisir rambut hitamnya kebelakang. "Yang pasti, saya tidak akan tinggal diam."

"Bawa Jinan kemari, dan berikan dia pelajaran."

.

.

.

"Gue gak tau menahu soal itu!"Elak Jinan dengan berteriak kesetanan.

"Gue bener bener gak habis pikir sama kelakuan lo Ji. Lo masih berusaha buat nyelakain Angkasa demi Chris? Bener bener gila."Ujar Jenan sambil menatap Jinan tidak percaya.

"Gue sama sekali gak tau soal itu. Gue emang ke dapur, tapi buat ngambil minum! Gue emang liat 3 gelas berisi minuman itu, tapi gue sama sekali gak nyentuh itu!"Seru Jinan kesetanan.

Angkasa mendengus. "Dari pada lo ngeracunin atau nyelakain gue secara diem diem, mendingan lo serang secara langsung, gue jabanin."

Shannon menggelengkan kepalanya tak percaya. "Jinan, gue tau lo terobsesi sama Chris, tapi gak gini cara nya. Pikiran lo bener bener dangkal ya?"

Chris mengode anak buahnya untuk menyeret Jinan ke sebuah ruangan, yang entah digunakan untuk apa ruangan itu.

"Mungkin jika kamu bukan saudara dari sahabat saya, saya akan pastikan kalau kamu tidak akan melihat matahari terbit keesokan harinya."

TBC

Mafia meet an innocent boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang