🌈O7🌈

65.9K 7.2K 278
                                    

"Good morninggg, ndaaaaa~"

Kirana menatap anak bungsunya itu gemas. Menikmati kegemasan Angkasa itu udah rutinitas sehari hari mereka yang tinggal dirumah yang sama dengan Angkasa.

Terlebih hari ini itu hari sabtu. Angkasa selalu ada dirumah.

"Good morning too, sayaangg~"Kirana memeluk Angkasa sambil mengecup pelipisnya.

Setelah selesai menyapa sang bunda, Angkasa berjalan seperti anak tk, yang jalan sambil sedikit loncat gitu.

"Good morninggg, Bi Diaaaan~"Sapa Angkasa pada ART yang sudah berkerja dengan keluarganya semenjak dia masih dalam kandungan.

"Selamat pagi juga, Asa."Jawab Bi Dian sambil tersenyum gemas.

Rutinitas pagi Angkasa itu nyapa semua orang yang ada dirumahnya. Mulai dari Papa, Bunda, Kakak, ART, Bodyguard, Satpam, semua dia sapa.

.

.

.

"Papa hari ini ada jadwal rapat. Mungkin nanti sore baru pulang."

"Hari ini Aska mau main. Paling pulangnya malem. Boleh kan, bun?"Tanya Askara.

Kirana mengangguk. "Jangan kemaleman ya, Kak."

"Asa? Asa sendiri dong dirumah?"Tanya Asa sambil menatap yang lebih tua, apalagi bibir mungil berwarna peach itu sedikit mengerucut.

"Kan ada Bi Dian yang nemenin Asa? Bunda kan ke restorannya cuma sebentar."Kirana mengusap kepala Angkasa sayang.

"Asa mau main keluar boleh?"Tanya Angkasa berharap.

"Gak boleh."Jawab Askara, Kirana, dan Askara barengan.

Bibir Angkasa semakin mengerucut. Kenapa orang tua dan kakaknya itu protektif sekali.

.

.

.

Kepribadian Angkasa emang ceria, gemesin, sama polos.

Selain itu, Angkasa itu baik. Dan menganggap semua orang itu baik.

Sekarang Angkasa lagi asik nonton serial kartun kesukaannya. Ditemenin sama ketiga kucingnya yang gak kalah ngegemesin.

"Kalo Asa minta Dion kesini, Dion mau gak ya?"Tanya Angkasa entah pada siapa.

"Eh jangan deh. Nanti Dion keganggu, gimana kalo Dion lagi main sama temennya? Gimana kalo Dion lagi quality time sama keluarganya?"

Angkasa sibuk memakan cemilan dan matanya tidak lepas dari televisi.

"Maaf Dek Asa, ada tamu didepan. Dia ingin bertemu dengan Adek."

Angkasa menatap bingung penjaga rumahnya itu. Dia kan gak ngekontak siapapun.

Angkasa mengangguk dan berjalan keluar rumah sambil terus mengunyah makanan yang baru saja ia makan.

"Chris?"

Chris beralih menatap Angkasa. "Halo Asa."

Mata bulat Angkasa terbelalak. "Chris kenapa luka gini? Ayo masuk! Asa mau ngobatin Chris!"

.

.

.

Chris tertawa dalam hati melihat Angkasa yang terlihat panik.

Tanpa sadar Chris tersenyum tipis. Dan siapa sangka Angkasa melihat senyuman itu?

"Chris! Chris lagi luka! Kenapa Chris senyum?"Tanya Angkasa kesal. Memangnya ujung bibir Chris tidak sakit? Padahal jelas disana ada luka.

"Kamu lucu ketika sedang panik."Celetuk Chris datar.

Terlampau kesal, Angkasa menekan kapas itu tepat pada luka diwajah Chris. Membuat Chris sedikit meringis.

Setelah beberapa menit mengobati luka Chris, ini waktunya Angkasa bertanya.

"Chris kenapa luka luka kayak gini?"

Chris menatap Angkasa dengan tatapan sedikit lembut. "Memangnya kamu harus tau?'

"Iya juga ya. . ."

Ingin tau bagaimana ekspresi wajah Angkasa saat mengatakan itu?

(。・ω・。)

kurang lebih seperti itu.

"Tapi Chris, Chris jangan berantem lagi ya?"

Chris mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Kenapa saya harus mengikuti apa yang kamu minta?"

"Ish. . . ( ̄へ ̄)"

"Asa khawatir tau!"

TBC

Mafia meet an innocent boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang