✎ Season O2 'Chap O6✎

16.7K 1.9K 79
                                    

Angkasa mencoba mengatur nafasnya supaya ia tidak panik. Ya coba kalian bayangkan saja.

Disaat genting seperti ini, tiba tiba ada bom yang menempel dipunggung kalian. Apa kalian bisa bernafas dengan tenang?

Angkasa menjadi semakin mengerti sekarang. Ini yang membuat anak buah Chris menjadi panik, dan tidak bisa berpikir jernih.

Membuat Sam ataupun Jenan mudah untuk melumpuhkan mereka.

Bom yang Sam tempelkan ditubuh korban, membuat si korban panik, dan mencoba untuk melepaskan bom itu dari tubuhnya.

Disaat si korban tidak fokus, Jenan, Sam ataupun Adit dapat dengan cepat melumpuhkan korban.

Kurang lebih itulah yang Angkasa pikirkan sekarang.

"Kita liat, siapa yang bakal menang sekarang."

.

.

.

Angkasa mulai berlari menerjang Jenan. Memukul dan menendangnya dengan brutal.

Seakan ia tidak mengindahkan benda yang ada dipunggungnya sekarang, yang sedari tadi tidak berhenti menghitung mundur.

Setelah berhasil membuat Jenan jatuh terduduk, Angkasa berlari mengambil senapan yang sempat dibuang oleh Jenan.

Jika seperti ini, apa itu berarti kemenangan didepan mata?

Sam yang awalnya hanya diam dan menonton, sekarang berjalan kearah Angkasa yang tengah menodongkan senjatanya.

"Gue gak nyangka lo bakal bertahan sampe sejauh ini."Sam menyunggingkan senyum miringnya.

"Tapi, waktu yang tersisa cuma 1 menit lagi. Dan lo pasti tau kan apa yang bakal terjadi selanjutnya?"Tanya Sam.

Angkasa melepaskan baju yang melekat ditubuhnya. Kemudian menarik bom itu agar lepas dari bajunya.

Tapi Angkasa menyadari suatu hal. Bom itu terlihat agak berbeda dari yang Angkasa tahu.

Angkasa sepertinya mengetahui sesuatu soal bom itu. Angkasa tersenyum menang dalam hati.

00.20

00.19

00.18

00.17

00.16

00.15

00.14

waktu terus berjalan, dan Angkasa masih diam dan tidak melakukan apapun.

00.10

00.09

00.08

00.07

00.06

00.05

00.04

00.03

Angkasa membanting bom itu ke lantai dan menginjaknya sampai hancur tak terbentuk.

Sam juga ikut tersenyum melihat itu.

"Jadi, gue yang menang?"Tanya Angkasa angkuh.

Sam mengangguk. "Yeah, lo menang. Dan selamat bergabung di tim terkuat black wolf."

Tunggu, apa yang sebenarnya terjadi?

.

.

.

Saat Angkasa melihat bom itu, bom itu terlihat aneh dan tidak seperti biasanya. Bom itu terlihat seperti mainan.

"Gue gak nyangka, lo bisa tau kalo itu bom boongan."Sam terkekeh.

Angkasa mendengus geli. "Kalo lo nempelin bom beneran di badan gue. Gak cuma gue yang bakal mati gara gara bom itu. Tapi kalian juga."

Angkasa menyibak rambutnya kebelakang. "Bom itu cuma sekedar buat bikin si korban panik, dan gak fokus sama keadaan yang lagi dia hadapin. Itu memudahkan kalian, buat melumpuhkan korban dalam waktu yang cukup singkat."

"Gue bener kan?"Tanya Angkasa angkuh.

Sam mengangguk. "Sayangnya, lo bener."

"Kalo gitu, lo harus mempersiapkan diri lo sekarang. Karena situasi dilapangan sana, bakal lebih sulit dan genting dibanding pas lo ngelawan gue, Adit sama Jenan."

"Gue juga takut, kalo lo berurusan sama seseorang yang bahkan, gue atau pun anggota yang lain, gak mau ketemu sama dia."

"Karena, menurut informan black wolf, dia bakal nyerang kelompok kita dalam waktu yang gak kita tau."

"Sebentar lagi."

Dia?

.

.

.

"Lo cukup tangguh juga buat ngelawan mereka bertiga."

Sekarang Angkasa tengah diobati oleh Reano. Selain pandai membuat racun, ternyata Reano juga pandai mengobati orang lain.

"Mungkin itu cuma hari keberuntungan gue."Jawab Angkasa.

Reano terkekeh. "Gak mungkin kalo cuma sekedar hari keberuntungan. Ngelawan mereka tuh harus punya skill yang memumpuni, dan bisa diliat, lo berhasil menang lawan mereka."

"Bukan cuma skill di fisik, tapi juga otak. Percuma badan gede, jago berantem, tapi gak punya otak buat mikir."Lanjut Reano.

Angkasa menganggukan kepalanya. "Makasih udah ngobatin luka gue."

Reano menganggukan kepalanya. "Santai aja. Lagi pula, kita udah jadi rekan satu tim. Saling bantu itu hal yang penting, Angkasa."

"Kita bisa jadi temen sekarang."

.

.

.

Angkasa natap Chris bertanya - tanya. "Mau apa nyuruh gue nemuin lo?"

Chris menatap Angkasa datar. "Saya punya satu misi untuk kamu."Ucap Chris to the point.

"Apa?"Tanya Angkasa.

"Kamu dan beberapa tim lainnya, akan menyerang sebuah gedung. Dan tugas kamu, adalah membawa target untuk dibawa kehadapan saya."

Angkasa berdecih dalam hati. Itu terdengar sangat mudah.

"Jangan meremehkan setiap misi yang saya berikan."

"Karena kalian akan melakukannya pada siang hari."

.

.

.

"Kita akan mempersiapkan penyerangan ke sebuah gedung. Gedung yang dipenuhi oleh serangga pengganggu."

Chris sedang memberikan intruksi pada anak buahnya. Hanya sebuah intruksi, tidak semua rencana yang ia rencanakan.

Karena anak buahnya tidak perlu tau apa yang ia akan lakukan pada target itu.

"Habisi semua yang ada digedung, kecuali target kita."

Chris menunjuk Angkasa angkuh. "Dan saya menyuruh kamu, untuk membawa target secara hidup hidup ke markas."

Angkasa berdecih, tangannya meremat senapan yang ia pegang. "Lo numbalin gue buat bawa target gak berharga itu? Ditengah tengah suasana gedung yang ramai? Lo pengen gue celaka?"

Chris terkekeh sarkas.

"Justru itu yang saya mau."

TBC
jangan lupa tinggalin jejak

Mafia meet an innocent boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang