✎ Season O2 'Chap O4✎

17.8K 1.9K 71
                                    

"Shannon?"

Shannon tersenyum. "Welcome, Angkasa. Mulai sekarang, kamu akan bergabung dengan salah satu tim terkuat yang Chris miliki."

Angkasa berjalan kearah Shannon dan yang lainnya. Diruangan ini, Angkasa bisa melihat beberapa orang yang ia kenali.

Shannon, Jenan dan Adit. Untuk 2 orang lainnya, Angkasa tidak tau.

"Dia Sam."Shannon menunjuk pria yang berambut blonde dan sedikit panjang.

"Dan dia Reano."Tunjuk Shannon pada pria dengan rambut hitam pekatnya.

Shannon menatap Angkasa. "Saya juga anggota dari tim ini. Tugas saya adalah hacker dan informan. Tapi jika situasi darurat, saya bisa turun langsung." kelapangan."

"Mereka punya kelebihan masing masing. Terutama dalam menggunakan senjata. Sam, dia bisa ngerakit bom. Sedangkan Reano, dia bisa ngeracik racun yang bisa ngebunuh manusia dalam 1 menit. Jenan, dia punya kemampuan yang sangat baik dalam menggunakan senjata, terutama revolver dan sejenisnya. Adit, kemampuan dia untuk bertarung secara langsung sangat baik. Dia juga bisa meretas sistem kelompok lain hanya dengan waktu yang sangat singkat. Tentu mereka juga punya kemampuan yang mungkin akan kamu ketahui nanti."

Shannon menatap Angkasa. "Jadi, disini saya diberikan tugas untuk memberikan kamu test."

"Dan mungkin, test ini juga bisa membahayakan nyawa kamu."

.

.

.

"Test untuk masuk kedalam tim terkuat ini tentu tidak mudah. Banyak dari mereka yang tidak berhasil dan malah terbunuh."

Shannon mengajak Angkasa untuk berjalan jalan disekitar markas milik Chris. Lebih tepatnya, tempat khusus untuk menyimpan senjata dan peralatan berbahaya lainnya.

"Saya sebenarnya tidak mau kamu masuk kedalam kehidupan yang seperti ini. Tapi ternyata kamu sendiri yang mengumpankan diri kamu untuk masuk kedalam kehidupan yang Chris geluti."

Angkasa menghela nafas. "Ini takdir gue."

Shannon menatap Angkasa. "Kamu menyebut itu sebagai takdir?"

Angkasa menganggukan kepalanya. "Disaat gue dikasih kesempatan buat menjauh dari kalian, entah kenapa ada aja sesuatu yang bikin gue gak bisa ngelakuin hal itu."

"Disaat seharusnya Papa ngejauhin gue dari Chris, karena Chris udah gagal jagain gue, dia malah ngasih Chris kesempatan kedua."

"Entah kenapa, Tuhan selalu bawa gue ketemu sama kalian. Jadi, dari pada nolak, yaudah, gue jalanin aja."

"Lagi pula, gue udah terlanjur basah, jadi gak ada salahnya buat nyebur sekalian."Jelas Angkasa.

.

.

.

"Apa Chris bener bener se-menyeramkan itu?"Tanya Angkasa.

Shannon menganggukan kepalanya.
"Ya setidaknya, cukup membuat kamu merasa kalau ajal mu akan segera datang."Jawab Shannon santai.

"Tapi saya pikir, Chris tidak akan benar benar memperlihatkan bagaimana ia yang sebenarnya dihadapan kamu."

Angkasa menatap Shannon bingung. "Kenapa?"

Shannon menepuk - nepuk bahu Angkasa. "Karena kamu adalah seseorang yang spesial bagi Chris. Kamu punya tempat yang spesial dihati Chris."

Angkasa berdecih remeh. "Berhenti bercanda, itu gak lucu."

Shannon terkekeh. "Terserah kamu mau menganggap itu sebagai guyonan atau hal serius. Tapi itu benar adanya. Sikap dia yang seperti ini, itu karena dia masih merasa bersalah pada kamu."

Shannon menunjuk - nunjuk dada Angkasa. "Tapi jauh dilubuk hatinya, dia sebenarnya masih sayang sama kamu. Hanya, ia merasa tidak pantas untuk hal itu."

"Chris masih banyak menyimpan rahasia. Terutama, alasan kenapa ia menyakiti kamu dulu. Apa kamu tidak merasa aneh? Chris berubah dalam sekejap, padahal satu hari sebelum ia membuang kamu, ia masih terlihat sangat menyayangi kamu bukan?"Jelas Shannon.

Angkasa mengangguk kecil. "Hal itu masih belum bisa dimengerti. Semuanya tiba tiba terjadi. Chris yang buang gue, gue yang pergi dari mansion, dan dateng lagi ke mansion dengan keadaan yang jauh berbeda dari sebelumnya."

Shannon diam, ia berhenti berjalan dan menghadapkan tubuhnya kearah Angkasa. Menatap Angkasa tepat dimatanya. "Kamu harus inget, apa yang Chris lakukan itu ada alasannya. Dan Chris tidak main main soal itu."

"Terutama soal kamu. Perlakuan Chris dulu, itu pasti ada alasannya. Saya tahu apa alasan Chris, tapi saya tidak punya hak untuk membeberkan semua itu pada kamu."Jelas Shannon.

"Terutama saat Chris meminta kamu atau mungkin, memerintah kan kamu menjadi anak buahnya. Ia punya alasan untuk itu."

"Yang harus kamu tau, kalau alasan itu pasti ada sisi baiknya. Meskipun, perlakuan yang Chris berikan itu salah."

.

.

.

Sekarang Angkasa dan Shannon ada disuatu ruangan yang Angkasa tidak tau ruangan apa ini.

Saat Angkasa mengedarkan pandangannya, Angkasa sempat melihat beberapa bercak darah yang kelihatannya masih baru.

"Ini ruang yang digunakan Chris untuk mengeksekusi korbannya. Entah itu musuhnya, orang yang berkhianat, atau pun, para jalang yang sudah tidak dibutuhkan oleh Chris."Jelas Shannon.

Angkasa tersenyum. "Jadi, kapan Jinan mau dibawa kesini?"

"Eh?"Shannon menatap Angkasa kaget. Tapi setelah mengerti apa yang Angkasa ucapkan, Shannon tersenyum simpul.

"Jinan tidak akan pernah dibawa kesini. Karena ia saudara dari Jenan. Jenan orang yang berharga bagi Chris. Ia teman, partner, dan juga bisa jadi saudara dikala Chris membutuhkannya. Chris tidak mungkin membunuh Jinan, meskipun Jinan melakukan hal yang sangat merugikannya."

"Tempat ini juga sering dipakai untuk menguji anak buah Chris yang pantas untuk bergabung dengan tim terkuat. Tapi sayang, mereka semua mati terbunuh karena tidak mempunyai kemampuan yang memumpuni."

Angkasa diam, ia memilih untuk mendengar apa yang Shannon jelaskan.

"Apa yang harus gue lakuin disini?"Tanya Angkasa pada akhirnya.

Shannon tersenyum manis. "Kamu akan bertarung disini."

















"Melawan Jenan, Adit dan Sam."

TBC
nulisnya ngebut. Gak sempet revisi, mohon dimaklumi kalo ada typo atau kata kata yang kurang nyambung.

Mafia meet an innocent boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang