✎ Season O2 'Chap O2✎

19.4K 2K 168
                                    

"Jenan?"

Angkasa natap Jenan bingung.

Jenan tersenyum tipis. Kemudian menaruh nampan berisi sepiring makanan dan segelas air putih dinakas.

"Kaki lo udah gak sakit?"Tanya Jenan sambil menunjuk kaki Angkasa yang dibalut perban.

Angkasa menggelengkan kepalanya. "Udah gak terlalu sakit kok."

Jenan menepuk - nepuk kepala Angkasa. "Bagus kalo gitu. Itu makanannya jangan lupa dimakan ya. Gue keluar dulu."

Angkasa mengambil nampan itu. Dan memakan makanan yang tersedia disana.

"Angkasa."

Angkasa natap seseorang yang baru saja masuk kedalam kamar Chris.

Itu kakaknya.

"Kenapa lo ngelakuin itu?"Tanya Askara. Tatapan matanya pada Angkasa terlihat sekali kalau ia sangat kecewa.

Angkasa menghela nafas. "Alasannya ada di pemilik tempat ini, dan juga adek dari pacar lo."

Askara menghela nafas kasar. "Tapi gak gini juga Sa! Lo udah ngelakuin hal yang ditentang sama orang tua kita! Lo gak sadar hal itu?"

"Terus gue harus gimana? Semuanya udah terjadi. Gue gak bisa balik ke masa lalu. Kalo pun gue bisa, gue bakal balik ke masa gue gak ketemu sama orang orang yang ada di mansion ini."Jelas Angkasa lelah.

"Tapi dulu gue gak kayak lo Sa! Gak sampe segininya!"

Angkasa berdecih. "Jangan samain gue sama lo. Kita jelas beda. Kita emang PERNAH sayang sama orang yang sama. Tapi waktu, sama sikon nya beda."

BUG!

Askara memukul pipi Angkasa keras. Kemudian mencengkram baju area leher Angkasa erat. "Sadar bego! Lo gak mikirin konsekuensi dari hal yang lo lakuin?!"

Ini pertama kalinya Askara berani untuk memukul adiknya sendiri.

Angkasa mendorong Askara keras sampai Askara terpentok dinding. "Kalo lo nyuruh gue sadar, sekarang? Lo telat bangsat."

Askara menetralkan nafasnya yang sempat memburu. "Lo gak mikirin bunda? Papa? Mereka gak mengharapkan anak bungsunya yang mereka sayang sepenuh hati, yang mereka jaga sampe rela ngorbanin nyawa mereka sendiri, itu jadi kayak gini."

Angkasa berdiri dari duduknya. Berjalan perlahan mendekati Askara, mencoba menghalau rasa sakit yang mendera kakinya. "Kak. Dari kecil, gue selalu dimanja, selalu disayang. Kalian ngasih gue banyak kebahagiaan. Dan ketika, lo dapet kebahagiaan selain dari orang terdekat lo, dan tiba tiba, ada orang yang mencoba untuk ngerenggut kebahagiaan lo, apa lo bakal diem aja?"

Angkasa tertawa sarkas. "Semua orang gak mau kebahagiaannya direnggut. Kalo salah satu dari mereka ngelakuin hal yang sama kayak gue, itu wajar."

"Tapi gue tau, kalo jalan yang gue ambil itu salah. Gue telat menyadari hal itu. Dan sekarang? Gue harus gimana? Yang gue tau, gue cuma perlu ngikutin alurnya. Gue gak tau takdir mau bawa gue kemana. Meskipun takdir bawa gue jauh, menjauh dari lo, papa, bunda, gue terima."Jelas Angkasa.

"Mereka udah tau."

Askara natap Angkasa tajam. "Mereka udah tau hal yang udah lo lakuin."

"Mereka ngerasa gagal ngedidik lo, sampe bikin lo jadi pendendam, nyelakain orang, bahkan sampe ngerencanain suatu pembunuhan."

Angkasa terdiam. Entah kenapa dada terasa sangat sakit.

Askara mendorong bahu Angkasa berulang kali menggunakan telunjuknya. "Mereka kecewa sama lo Sa."

"Dan lo juga harus tau, kalo gue juga sama kecewanya kayak mereka."

Askara berjalan kearah pintu kamar. Kemudian ia berhenti sebentar. "Papa bilang. Jangan pernah berani buat pulang kerumah. Kehidupan lo sekarang, Papa sama Bunda udah gak punya kewajiban buat ikut campur atau ngurusin lo."

"Kehidupan lo sekarang. Lo sendiri yang nentuin. Gue harap, lo gak salah lagi buat ngambil keputusan."

Setelah kepergian Askara. Angkasa menatap Chris yang sedari tadi bersandar di pintu.

"Kamu sudah dibuang oleh orang tua kamu sendiri. Jadi menurut saya, tidak kamu tidak punya alasan untuk menolak ajakan saya."

Chris berjalan kearah Angkasa dengan sombong.

"Kamu harus menjadi anak buah saya,

atau mungkin, juga menjadi jalang pribadi saya."

dan ya, hari ini adalah awal untuk kehidupan Angkasa yang baru. Menjadi Angkasa yang jauh berbeda dari sebelumnya.

Dan mulai mengakrabkan kembali dengan dunia yang Chris geluti.

Kehidupan yang Chris jalani memang sangat berbahaya dan seharusnya tidak diketahui sama sekali oleh Angkasa.

Karena bisa saja, ada kejadian dimana Angkasa tidak bisa melihat matahari terbit keesokan harinya.

Bisa saja hal itu membuat Angkasa meninggalkan semuanya. Keluarganya, orang terdekatnya, dan orang yang ia sayangi.

Jika seperti ini, siapa yang patut untuk disalahkan?

TBC

Jangan lupa tinggalin jejak, oh iya, ceritanya ngebosenin gak sih?

Mafia meet an innocent boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang