14. See u

345 84 161
                                    

Sesampainya di lantai dua, Hyunsuk melihat Haruto sudah tertidur pulas di tempatnya, meringkuk bersama selimut yang menutupi setengah dari wajahnya. kesebelas temannya itu sudah menata tempatnya masing-masing untuk di tidurinya nanti, beralaskan futon yang hangat.

Dengan langkah yang begitu berat Hyunsuk menghampiri kamarnya. Sebelah tangannya terangkat meraih knop pintu. Namun ia urungkan kembali saat tak sengaja telinganya menangkap suara kebisingan dari luar.

Hyunsuk beralih menuju sumber suara tersebut, berakhir kini duduk di kursi balkon sambil mengamati kegiatan teman-temannya dari atas, Ia melihat Heejin tertawa lepas di bawah sana.

Entah di sengaja atau tidak, namun Hyunsuk mengulas setengah senyum di bibirnya.

Hyunsuk melihat dengan jelas wajah Heejin tertawa dengan puas. Untuk beberapa saat ia menikmati wajah itu, memandanginya lebih lama.

Apakah ini dikarenakan pertama kali baginya melihat tawa itu, sampai ia pun enggan mengalihkan pandangan ke arah lain. Sudut bibirnya terus terangkat.

Tidak masalah, Hyunsuk tak berniat menghentikan senyuman itu, ia merasa hatinya ikut menghangat. Senyuman Heejin .... kenapa Hyunsuk ingin selalu menatapnya.

Tapi sekejap wajahnya berubah menajam, tubuhnya yang gagah bergerak menegak, saat melihat pria di sebelahnya mengusak surai panjang milik sang gadis.

"Park Jihoon ...."

****

Keesokan harinya (minggu 07:00kst)

Hyunsuk and Friends sedang bersiap-siap. Pagi ini mereka akan pulang, semalam Hyunsuk begadang menelefon satu-persatu keluarga dari teman-temannya itu, sekedar memberitahu agar mereka tak perlu khawatir akan putra-putranya yang tak pulang.

Tidak terlalu merepotkan atau membutuhkan percakapan panjang, orang tua dari teman-temannya ini tidak tergolong sulit dihadapinya.

Mereka tak menanyakan hal-hal lebih, mungkin karena sudah terbiasa saja, atau... mereka adalah anak yang tak berguna, jadi para orang tuanya itu tak terlalu memikirkan.

Senantiasa lebih setia menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

Benar. Teman-temannya ini hanya beban keluarga, biang rusuh, tak tahu diri, hanya bisa menghabiskan uang saja. Bisa jadi jika mereka di culik pun, keluarganya tak akan ada yang mau berusaha mengambil darah dagingnya kembali.

Sudah di biarkan saja terculik, lumayan satu beban keluarga berkurang.

Akhirnya mereka akan pulang pagi ini, karena ini hari minggu jadi hanya ada satu Bus yang akan melewati desa, itupun pagi-pagi sekali.

Masih bersiap-siap, sementara busnya sebentar lagi tiba, Hyunsuk menyelak agar semuanya bergerak cepat. "Hei, ayo cepatlah...! Lihat Asahi sudah menunggu kalian sedari tadi." Hyunsuk mengarahkan dagunya menunjuk Asahi yang sudah rapi.

Pemuda pucat itu tengah duduk diam sembari menggendong tasnya di pundak.

Jaehyuk sepertinya perlu diberi obat penenang, ia terus berlalu lalang sambil mengoceh mencari ikat pinggangnya yang entah di mana ia letakkan.

Junkyu yang baru saja bangun dan masih mengumpulkan nyawanya itu tiba-tiba berteriak, kencang sekali, "Ya Mashiho, yang benar jalanmu!!" Kakinya tak sengaja terinjak.

"Hyunsuk, aku pinjam kaus kakimu, cuacanya sangat dingin."

"Hyunsuk, apa kau punya sarung tangan?"

"Bolehkan aku membawa selimut ini?"

"Bantal ini bagus juga."

Haruto baru saja kaluar dari kamar mandi, disusul Junghwan yang melesat masuk.

My Day || Hyunsuk x Heejin [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang