36. Don't go Anywhere

271 70 245
                                    

Entah sudah sejauh dan membutuhkan waktu berapa lama tapi Heejin berhasil sampai di tempat tujuan. Heejin menemukan rumah yang dia cari, tepat berada di ujung jalan.

Mata Heejin berbinar, ia terus berlari seakan ingin menjangkaunya. Masih harus melanjutkan beberapa langkah tiba-tiba kakinya merasakan kebas dan begitu berat.

Heejin benar-benar memaksakan diri, dilangkahnya yang terakhir ia terisak. Saking kehilangan harapannya Heejin mengira akan ambruk di jalan dan melewatkan kesempatan menghentikan Hyunsuk pergi.

Bersyukurlah Tuhan masih berpihak, karena Heejin adalah wanita yang kuat.

Tangannya yang bergetar itu sekarang dapat menggapainya. Yang pertama kali Heejin lihat adalah sebuah rumah besar yang berkilau. Bibirnya tersenyum mengingat tempat ini kembali.

Tidak ada yang berubah kecuali gerbang yang terbuka lebar menampakkan kemegahan dari rumah itu. Sekarang, ada satu penjaga yang menghampiri Heejin.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya hati-hati.

Heejin tak mendongak, masih sibuk dengan pernapasannya yang memburu, tangannya bertumpuan pada lutut.

"Ahjussi .... !?" Perkataannya terputus, gadis itu tak bisa mengatur napasnya dengan baik. "Hyunsuk ... Hyunsuk .... !!"

Orang yang diduga Satpam itu tampaknya sedikit mengerti yang dimaksud. "Benar, ini rumah Tn. Muda Hyunsuk. Tapi sekarang seluruh keluarga sedang pergi."

Saat itu juga kepala Heejin menengadah, "Apa mereka sudah berangkat ke London?"

"Kalau itu saya kurang tahu."

Tubuh Heejin seketika goyah, bahkan kedua tangannya melemah, berpegangan pada pintu gerbang pun tak lagi mampu menahannya untuk terus berdiri. Gadis itu langsung terduduk lemas.

Sekarang usahanya sia-sia. Hyunsuk telah pergi bersama hukuman yang seharusnya tak ia dapat. Seharusnya Heejin lebih cepat, seharusnya Heejin tak mengiyakan perkataan Changbin, dan seharusnya Heejin mengelak semua tuduhan yang dilayangkan pada Hyunsuk saat itu.

Karena pada dasarnya semua tak ada yang benar.

Heejin kembali membuat kesalahan.

Sedang terisak menyalahkan diri-sendiri, saat itu juga muncul sosok lain di belakang satpam. Wanita paruh baya dengan handuk kecil mengalung di leher, dan salah satu tangannya membawa kemoceng.

Seorang pembantu rumah tangga. Dia tak sengaja lewat dan melihat satpamnya berbicara dengan seorang gadis, dibiarkan duduk di luar sambil menangis tersedu-sedu. "Apa ada masalah? Nona masuklah kenapa duduk di sini? Ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya bertubi-tubi.

"Dia menanyakan Tn. Muda, tapi tiba-tiba menangis saat mengetahui sedang pergi," jelasnya yang membuat Heejin semakin menangis.

Keduanya sempat kebingungan, namun sang bibi langsung mengulas senyum, membawa bahu Heejin agar menghadapnya. "Ah ... Nona temannya Hyunsuk? Ayo masuk dulu, wajahmu pucat sekali."

Heejin menggeleng, matanya menyisakan embunan air. "Bibi, katakan padaku jika Hyunsuk ada di rumah!" Masih dalam keadaan bersimpuh Heejin menarik-narik daster yang digunakan pembantu itu.

"Tn Muda Hyunsuk, baru saja berangkat ke bandara," jawabnya penuh penyesalan.

"Apa!! Tapi ayahku bilang ... besok."

"Rencananya seperti itu, saya juga tidak tahu kenapa mendadak berubah." Mendengar hal itu rasanya jiwa Heejin melesat pergi.

"Masih ada waktu untuk menemuinya. Mereka baru saja pergi, tak akan langsung berangkat, pergilah ke sana!" Secercah harapan dapat ia rasakan dan Heejin akan menggunakan waktu ini dengan baik.

My Day || Hyunsuk x Heejin [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang