Liora berjalan dengan kesal menuju kelasnya, semua yang ada di koridor dan semua yang dilewati pasti kena imbas amukan Macan Maung yang sedang menguasai tubuh Liora.
Seperti halnya pot bunga yang berjejer rapi di depan setiap kelas, padahal pot itu tetap diam dan tak bergerak dari tempat, tapi dengan tak berperasaan dan tanpa memikirkan denda yang akan dirinya bayar, Liora menendang semua pot yang ada di sana hingga hancur tak berbentuk, dan hingga lah tanah yang berada di dalam pot tersebut berserakan dan berceceran kemana-mana.
"Arrrrgghh..!"erang Liora merasa jengkel dengan semuanya.
Salsa dan Amira sendiri sedari tadi hanya menyaksikan tingkah Liora yang seperti kerasukan Medusa.
Keduanya terkadang saling memandang satu sama lain dan terkadang keduanya kompak meringis ketika melihat pot bunga yang hancur ditendang oleh Liora.
"Lima ratus ribu."gumam Amira pelan.
Salsa menoleh saat mendengar gumaman Amira yang menyebutkan nominal angka yang lumayan besar.
"Ngitung apaan lo?"Tanya Salsa pada Amira dengan mengangkat sebelah alisnya.
"Harga pot wkwkwk. "jawab Amira dan masih lanjut menghitung pot pot bunga yang ditendang oleh Liora.
Salsa tertawa renyah mendengar penuturan sahabat. "buset, apal amat sama harga pot."
"jelas apal dong, kan yang jual sodara gue." kemudian keduanya tertawa bersama dan terus melihat kelakuan Liora hingga mereka sampai dalam kelas.
Liora berjalan menuju kursinya, dengan gerakan cepat dirinya mengambil ranselnya dan kembali memutar tubuhnya menuju pintu kelas.
"Mau ke mana lo?"Tanya Salsa dengan melipat kedua tangannya di dada.
Tanpa menjawab pertanyaan Salsa, berjalan menuju Parkiran di mana motor matic pink yang diparkirkan.
Namun saat dirinya di koridor IPS kelas 10 dirinya berpapasan dengan Kaisar Yang sepertinya hendak menuju kelas mereka.
"Liora!"Panggil Kaisar dan terus mengejar Liora yang tak ingin berhenti berjalan.
sebenarnya Liora mendengar panggilan Kaisar, hanya saja dirinya malas menanggapi. Dia sedang mode merajuk.
Kaisar meraih tangan Liora dengan sedikit kasar, dan menyeret nya paksa memasuki ruang laboratorium, karena mereka sedang berada di samping ruangan tersebut.
"Apaan sih! Lepasin Gue, brengsek!"ucap Liora dengan tajam.
alih-alih melepas cengkraman tangannya, Kaisar justru merapatkan tubuhnya dengan Liora, dan membuat punggung Liora menabrak meja yang ada di sudut ruangan tersebut.
"Gue enggak suka, Lo diemin kayak gini!" Ucap Kaisar dengan mata yang menatap tajam manik Liora.
"Brengsek!"umpat Liora.
Kaisar tersenyum miring, dan mendekatkan wajahnya pada Liora. Bibirnya mengecup singkat bibir mungil Liora.
"Laki-laki brengsek ini ingin meminta maaf." Tatapan sayu yang begitu menenangkan, membuat Liora terbuai dan seakan melupakan amarahnya.
"Tolong ya, mata Lo jangan kayak gitu!" Tangan gadis itu menampar pipi Kaisar dengan pelan.
"Tapi suka kan?" Tanya Kaisar dengan nada menggoda.
"Gue heran deh sama Lo! Lo sebenernya suka sama gue atau Nabila?" Liora mendorong pelan dada Kaisar sampai membuat lelaki itu mundur beberapa langkah.
"Nabila." Liora memutar bola matanya malas.
"Gue mau kasih tawaran sama lo. Ini pertama dan terakhir, gue ga bakal tanya lagi."
"Mau tanya apa?" Tanya Kaisar sambir membenarkan tatanan rambutnya.
"Jadi pacar gue atau gue pergi?" Kaisar menatap sekilas ke arah Liora.
"Pergi." Jawab Kaisar dengan yakin.
Liora mendengus dan langsung menabrak bahu Kaisar dengan kasar,Liora keluar dengan perasaan jengkel berkali lipat.
Dengan panik Kaisar menyusul Liora dan mencegal tangan kanan gadis itu.
"CK! Gue mau pulang, minggir!"ucap Liora, namun dirinya tidak berpindah dari tempat sedikitpun.
"Sekali ini aja, Tolong jangan bolos!" Pinta Kaisar dengan mata Sendu.
"Mata Lo biasa aja gak? Gue capek suka terus sama Lo. Mending kalo Lo suka balik sama gue." Sungguh. Liora merasa sangat gemas.
"Kalo gue bilang, gue sayang sama Lo gimna?" Liora menggigit bibir bawahnya.
"Lo itu labil, Kai." Kaisar mengangkat sebelah alisnya. Kejadian ini bukan sekali dua kali terjadi, bahkan Liora juga berkali-kali mengatakan kalimat yang sama. Pada akhirnya mereka berdua tertawa dan Kaisar merangkul pundak Liora menggiring nya menuju kantin.
"Parah lu kai!" Kaisar mengacak rambut Liora dengan gemas. Dia sudah sangat nyaman di posisi ini, dimana dia dekat dengan sahabatnya dan bisa memperjuangan cinta nya.
"Ini namanya kenyamanan sayang." Jawab nya sambil terkekeh ringan.
"Terserah kau lah!" Kaisar semangkin kencang memeluk leher Liora dengan gemas.
*****
"Sok jual mahal tapi kalo doi Deket sama yang lain Lo kepanasan." Nabila tidak mendengarkan ucapan Sonia. Dia sangat terbakar melihat ke akrab pan Liora dan Kaisar.
"Gue cuma mau tau sedalem apa rasa cinta Kaisar ke gue." Sonia mendengus sebal.
"Alasean gak masuk akal. Udah jelas dia sayang banget sama Lo, bucin banget. Siapa sih yang gak tau kalo Kaisar itu selalu ngejar Nabila?" Nabila meringis membenarkan ucapan Sonia.
"Buruan gih, terima si Kaisar. Nanti keburu dia jenuh nungguin Lo yang belum juga kasih kepastian, eh malah pacaran sama Liora." Sebenernya Nabila juga sangat khawatir akan hal itu, namun dia tetap mempertahankan pendiriannya untuk mengukur waktu pacaran dengan Kaisar.
"Nanti deh gue pikirin." Setelah itu dia pergi enatah kemana, dengan sabar Sonia mengikuti kemana pun perginya Nabila.
TBC.
Selesai di revisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patrick Girls [TAMAT]
Humor[SEDANG DI REVISI] Saat di revisi Chapter masih Lengkap✓ Benar kata orang, tidak ada persahabatan yang mulus di antara dua sahabat laki-laki dan perempuan. Jika tidak keduanya, maka salah satu nya menyimpan perasaan. "Ya gimna ya, gue suka sama Lo...