10🖤

98 4 0
                                    

"Lo siap?"

"Apa?"

"Gue udah putusin semuanya. Kita udah pertimbangin. Semuanya setuju, kita percaya sama lo, Bal." Iqbal terlihat kebingungan. Apa? Tanggungjawab apa lagi yang harus ia pegang sekarang?

"Apa?"

"Gue serahin Elang sama lo." Nafasnya tercekat.

"Gue?!"

"Iya, gue mau nikah. Yakali gue ngurusin Elang mulu."

Pria itu berpikir. Ia harus mengemban tanggung jawab sebesar ini? Apa dirinya mampu? "Harus gue ya, Bang? Kenapa gak yang lain aja?"

"Gue percaya sama lo. Gak ada yang lain."

"Lo gak usah khawatir, Bal. Biasa aja. Lo masih punya Erna," ucap Irsyad membuat gadis itu mendongak.

"Gue mau lo buktiin kalo cewek gak selemah yang mereka kira." Gadis itu tersenyum.

"Kasih tau apa aja tugas mereka!" perintah Irsyad pada ke delapan inti gengnya.

"Iqbal, ikut gue!"

Dua pria tampan duduk di sebuah sofa di belakang basecamp Elang.

"Lo percaya diri aja. Gue juga dulu gapernah siap jadi leader Elang. Santai, gada persiapan apa-apa kok." Iqbal hanya berdehem menjawabi ucapan Irsyad.

"Eh, Bang. Lo tau gasi rumah yang ada di deket pertigaan depan?" Irsyad menautkan kedua alisnya.

"Itu loh ... yang deket gang sempit itu." Irsyad tersenyum licik.

"Kenapa?"

"Lo tau?"

"Gue nanya, kenapa?" tanya Irsyad berusaha mengelak.

"Tadi kan motor gue mogok di samping rumah itu. Kejadiannya sama, waktu kita mau subuhan di mesjid itu. Ada yang manggil gue, gue merinding dong sebagai manusia normal." Irsyad menahan tawanya agar tak pecah.

"Terus?"

"Ada satpam tiba-tiba dateng, bawain minum sama cemilan gitu, katanya dari Neng Aisyah."

"Neng Aisyah?" beo Irsyad.

"Katanya temen gue, padahal gue gak punya kenalan yang namanya Aisyah."

"Coba dipikir lagi. Pasti ada."

"Ada. Bocil, santri wati di di pondok."

"Mungkin," jawab Irsyad sambil memalingkan wajahnya karena menahan tawa.

"Dia orang Jatim, gak mungkin lah."

🥀

Malam terasa begitu sunyi
Coba kudendangkan melodi-melodi yang abadi
Mencurahkan isi hati dalam bingkaian sanubari

Sebuah rasa yang tak tau tepinya
Bahkan tidak ada yang ingin tau

Ada samudera seluas kasih sayang, mengantar jiwa pada indahnya  asmaraloka
Ada gunung setinggi harapan, mengunci hati dalam satu titik tak berdimensi
Samudera itulah percintaan
Gunung itulah risalah hati dalam balutan cinta yang belum pasti

Monster Salju dan Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang