35🖤

72 7 0
                                    

Pukul 01.35 WIB. Terlihat seorang mata-mata utusan Elang tengah mengintai markas besar Geng Semesta dari dalam mobil bercat hitam miliknya. Pria itu adalah Bintang, sudah hampir tiga jam mobil itu terparkir di pinggir jalan tanpa disadari oleh orang-orang sekitar, membuatnya tenang.

Tak lama dari itu, terlihat sebuah mobil mewah berwarna silver yang mulai parkir di depan bangunan itu, membuat Bintang merasa curiga. Pria itu pun segera meraih jaket, topi, dan juga maskernya.

Setelah memastikan sang pengendara turun dari mobilnya dengan barang yang ia bawa, mata-mata Elang itu segera keluar dari mobilnya dan mengendap-endap untuk mencapai sisi dari bangunan yang tengah ia intai selama hampir satu minggu ini.

Akhirnya datang juga, pikir Bintang setelah tahu jika seseorang yang ia ikuti itu adalah seorang kurir pengantar paket yang berisi ganja, tembakau sintetis, serta beberapa jenis narkoba yang lain.

Pria itu tersenyum miring, akhirnya kerja kerasnya tidak sia-sia, begitu pikirnya.

Tanpa pikir panjang, Bintang segera memotret proses transaksi yang dilakukan oleh Langit dengan sang pengantar paket. Namun, sialnya Bintang lupa mematikan lampu pada potret kameranya, membuat orang-orang itu tersadar dan berteriak. Pria berpakaian serba hitam itu segera berlari  sangat cepat menuju mobilnya.

Semua anggota Semesta pergi untuk mengejar mobil itu, takut-takut jika pria itu adalah petugas dari kepolisian, bisa gawat jika memang iya, begitu pikir mereka.

"Aman?" tanya Iqbal kepada Alfa. Kedua orang itu memang ikut serta dalam pengintaian Bintang, takut-takut jika utusannya itu ketahuan, dan benar saja hal itu terjadi.

"Aman," jawab Alfa sambil mengacungkan jari jempolnya.

"Ceroboh banget si Bintang."

"Tolongin, kek! Telfon pasukan yang lain buat alang-alangin jalannya Semesta, bisa mati si Bintang," ucap Alfa masih memandangi jalan yang dilewati oleh Bintang beberapa saat lalu, khawatir dengan keadaan teman barunya itu.

Tanpa pikir panjang Iqbal pun segera menghubungi Oky untuk meminta bantuan.

Setelah beberapa saat, Iqbal pun mengangguk kepada Alfa dan keduanya langsung berjalan masuk ke bangunan yang sudah kosong itu.

"Sial, paketnya dibawa," ucap Alfa yang tidak menemukan satu pun bungkus ganja ataupun narkotika yang lainnya.

"Gue yakin masih ada bukti di sini." Iqbal dengan seluruh keyakinannya terus menyisihkan barang-barang di sekitarnya. Di dalam pikirannya hanya satu, Meisya, jika ia berhasil maka cintanya akan selamat. Musuhnya sekarang bukan lagi Langit, melainkan waktu, ia harus segera menuntaskan ini, begitu pikirnya.

Alfa menatap pria itu dengan senyum tipis, apakah rasa cinta sekuat itu? Begitu pikirnya. "Gue pasti bantuin lo sampek akhir, Bal," gumamnya sangat pelan.

"Ketemu." Iqbal segera memakai sarung tangannya dan mengambil kemasan plastik yang berisi barang haram itu.

"Apa ini cukup buat jadi laporan?" tanya Iqbal memastikan.

"Gue rasa udah cukup, ini bukti konkret, tapi gue belom pernah buat laporan ke kantor polisi sih. Lo kalo mau balik ke markas ga papa, gue mau cari barang yang lain. Gue tadi udah nemuin kemasan paket sama buble wrap yang perkiraan gue itu bungkus paket ganja ini."

"Nggak, gue tetep di sini." Keduanya pun tersenyum.

🥀

Tin!
Tin!

"Arghh! Truk sialan!" umpat Langit kala laju motornya terhenti di perempatan jalan setelah sebuah truk besar melintas di depannya.

Monster Salju dan Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang