22 🖤

57 8 0
                                    

"Dasar es! Emang bener, ya Meisya kasih sebutan salju!"

"Iqbal itu salju! Dingin tapi indah. Meisya suka!"

Itulah kalimat-kalimat yang pernah ia dengar dari mulut Meisya beberapa minggu lalu. Mengapa ia tidak menyadarinya sejak awal?

"Salju itu ... gue?"

"Sekarang lo tau gimana perasaan Meisya sama lo? Lo baru sadar sebesar apa cinta yang dia simpan dalam diamnya? Sekarang lo baru sadar?" Tidak ada jawaban. Pria itu masih mematung di tempatnya.

"Rasa cinta nggak sesepele itu, Bal." Raja tersenyum miring. "Lo pengecut, Boy. Nyatain rasa cinta bukan berarti mengajaknya ke jalan zina, setidaknya lo bisa bahagiain dia."

Iqbal mendongak kaget. "Gue ga bisa ngasih harepan ke dia, Bang! Belum tentu gue itu takdirnya, gue takut dia kecewa."

"Manusia membuka matanya itu untuk berharap. Dia juga sekarang lagi berharap ... berharap lo bales rasa cintanya. Pada dasarnya wanita itu keras kepala, mau lo ngelarang dia jatuh cinta, dia tetep cinta."

"Ungkapin rasa itu. Entah kenapa gue ngerasa kalian itu berjodoh? Bahkan almarhumah bunda lo adalah jalan kalian berdua, seharusnya lo sadar, Bal."

🥀

Sekuntum rindu tak lagi berarti
Bingkisan rasa pun tiada yang menanti
Rasa ini masih duduk di atas hati
Menantimu yang tak kunjung menepati

Jiwaku berbisik merdu ....
Aku harus mendapatkanmu
Salju ....

Gadis itu kembali menampakkan bulan sabit di bibirnya. Entah mengapa ia sangat bahagia hari ini? Sesosok bayangan kembali memenuhi pikirannya. "Iqbal ...," lirihnya. Teringat jelas saat pandangan mereka bertemu di kaca spion mobil Iqbal, gadis itu menutupi wajahnya sendiri dengan bantal.

"Meisya berharap semoga besok Meisya bisa lebih akrab sama Iqbal lagi. Amin!" Ia pun segera menaruh buku hariannya di atas nakas dan segera mempersiapkan dirinya untuk tidur.

🥀

Iqbal masih saja membaca lembaran-lembaran buku harian bersampul biru itu.

Bahkan jika mencintaimu adalah sebuah kesalahan
Aku masih teguh dalam pendirian

Mencintaimu itu layaknya memandang layang-layang yang tengah terbang dengan bebasnya
Tugasku hanya dua
Menunggu pemilikmu menurunkannya dan memberikannya padaku atau menunggumu putus dari benangnya dan aku akan mengejarnya

Mungkin menurutmu ini prinsip yang bodoh
Namun, itulah alasanku mencintaimu dalam do'a
Aku lebih memilih merayu pemilikmu daripada harus mengejar dengan tenaga dan hasil yang belum terjamin

"Kau menang, Aisyah. Kau berhasil merayu Tuhanku, kau itu bukan gadis biasa ... kau adalah gadis bodoh setengah bidadari yang mencintaiku." Pria itu pun tersenyum. "Dan aku adalah Salju dingin yang berhasil kau lelehkan."

🥀

"Tepuk tangan yang meriah untuk peserta juara pertama Olimpiade yang kita ikuti tahun ini!" ucap Pak Bambang selaku pembina upacara. Meisya hanya tersenyum dan menahan malu di depan sana, sedangkan Iqbal terlihat bosan dengan ekspresi datarnya.

Monster Salju dan Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang