29🖤

52 7 2
                                    

Beberapa minggu setelah itu, Erna tak sengaja melihat buku harian milik Meisya yang masih Iqbal simpan di dalam tasnya.

Seperti biasa, Erna kini tengah menemani pria itu untuk makan siang di restoran tempat ia bekerja. "Iqbal," panggilnya. Pria itu mendongak.

"Em, aku boleh nggak minjem buku hariannya Meisya itu? A-aku nggak maksa, kok, aku tau itu privasi, kalo kamu ga ngebolehin ga pa-pa, kok."

Iqbal tersenyum. "Boleh, kok." Pria itu segera mengambil buku itu dari dalam tasnya yang tergeletak di atas meja.

Gadis itu segera meraihnya dan membaca setiap halaman di sana. Setelah sekian lama, ia sampai pada halal terakhir. Ia tahu persis, itu adalah tulisan tangan Iqbal.

Tatapannya berubah. Mengapa Iqbal begitu mencintai Meisya? Ia sadar, cinta yang Iqbal berikan padanya tidak sebesar cinta yang diberikan Iqbal pada Meisya.

Layaknya rasa cemburu seorang istri nabi, yakni Siti Aisyah kepada Siti Khadijah karena Rasulullah sering menceritakan kebaikan hatinya. Putri Abu Bakar itu merasakan rasa cemburu yang lebih besar terhadap Khadijah jika dibandingkan dengan istri-istri Nabi Muhammad yang lainnya walaupun Aisyah belum pernah melihat wanita itu.

🥀

Erna merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya akhir-akhir ini tanpa tahu penyebabnya. Perasaan resah, khawatir, dan ketakutan seakan bercampur aduk. Kini, gadis itu tengah memandang ke luar jendela asrama setelah melaksanakan kewajibannya, yakni menghafalkan hadist-hadist nabi.

Tin!

Sebuah pesan dari nomor tak dikenal mengagetkannya, Erna segera mengecek ponselnya yang berada di atas meja.

Assalamu'alaikum, Erna. Apa kabar?
Ini Meisya!
Maaf, ya Meisya nggak pernah ngasih kabar ke Indonesia
Di sana semuanya baik-baik aja, 'kan?

Layaknya disambar petir, Erna tertegun membacanya, ia menjatuhkan ponselnya begitu saja. Apakah ia tengah bermimpi? Meisya? Dia masih hidup? Gadis itu segera meraih ponselnya kembali.

Lo nggak bohong, 'kan?
Ini siapa?!
Meisya dikabarkan udah meninggal satu tahun lalu
Ini siapa?!

Erna terus saja mengirimkan pesan-pesan itu karena ia belum percaya dengan kabar ini.

Beberapa detik kemudian, panggilan video dari nomor yang sama tersambung ke handphone-nya, Erna segera menjawabnya.

Tampak seorang gadis tengah tersenyum lebar di depan kamera dan menyapanya. "Meisya?" lirihnya.

"Iya, ini Meisya. Erna apa kabar?" Erna menutup mulutnya sendiri, tidak menyangka.

"MasyaAllah, Meisya! Ini beneran lo? Subhanallah, Allhahu Akbar!"

Di seberang sana, Meisya merasa ada yang janggal. "Erna ... kamu kok---"

"Iya, gue memeluk Islam." Gadis itu tersenyum, sedangkan Meisya terlihat terkejut sekaligus terharu.

"MasyaAllah."

"Lo kenapa baru ngasih kabar sekarang? Lo udah bikin kita semua khawatir, bahkan ada kabar yang bilang lo udah meninggal, Sya!" Meisya nampak begitu sedih mendengarnya.

"Maafin Meisya, tapi ...."

Ia segera menceritakan kejadian satu setengah tahun yang lalu, yakni tentang kecelakaan yang mereka alami ketika baru sampai di Singapura. Mobil yang dikendarai Meisya, Zul, dan Shinta tiba-tiba saja kehilangan kendali karena supirnya yang mengantuk. Alhasil, mereka mengalami kecelakaan tunggal, tidak ada korban jiwa. Namun, keempatnya mengalami luka-luka ringan dan semua barang-barang yang mereka bawa tidak terselamatkan termasuk ponsel dan buku catatan.

Monster Salju dan Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang