8🖤

67 3 0
                                    

"Ayah sudah cukup lelah memarahi kamu, Iqbal!"

"Aku pun sudah lelah selalu mendengar ucapan ayah."

"Apa maumu?"

"Kasih sayang ayah," batinnya, ia tak ingin membicarakan hal itu. Biarkan ayah menyadarinya sendiri.

"Iqbal ingin ke pesantren lain saja. Sudah cukup Iqbal membuat ayah lelah."

"Pilihan yang baik, di mana?"

"Bunda?" Ia kembali berfikir, bagaimana dengan bunda? Siapa yang akan menjaga wanita yang teramat ia sayangi itu?

"Aku akan pulang setiap hari, Bunda. Bunda tidak akan sendirian." Ia memeluk sang bunda.

"Tak apa, fokus saja pada belajarmu."

"Aku tidak akan fokus tanpa bunda." Wanita berwajah pucat itu tersenyum. Sungguh beruntung ia memiliki putra sebaik Iqbal, pikirnya.

🥀

Seorang pria bersama kekasihnya tengah berjalan menyusuri lorong sekolah. Semua mata tertuju pada pria dingin itu. Tentu saja, ia memakai jaket bergambar seekor burung elang di sisi punggungnya. Siapa yang tidak mengenal dirinya? Raja Eyrodome Fenrir, satu-satunya pewaris tahta keluarga Fenrir.

"Kenapa kamu pake jaketnya sih?"

Ia berhenti berjalan, berjongkok di hadapan gadisnya. "Kenapa sayang? Kau cemburu?" Ingat! Hanya dengan gadisnya ia berlaku sehangat itu.

"Iya," cicit gadis Cina itu.

"Mau aku gendong?"

"Ini sekolah, Kak."

"Memangnya kenapa?"

"Tidak tau ah." Gadis itu melenggang pergi, meninggalkan prianya.

"Dasar gadis kecil." Ia tertawa, lalu mengejar gadisnya.

Ya, Raja adalah pria dua puluh empat tahun yang memiliki seorang kekasih bernama Airin yang baru menginjak umur enam belas tahun. Jika bicara mengenai umur, tentu wajah tampan Raja akan berbohong, ia lebih cocok menjadi anak SMA.

"Selamat pagi, Anak-anak!"

"Pagi, Bu."

"Pagi ini kita kedatangan murid baru."

"Silahkan." Pria itu hanya mengangguk.

"Perkenalkan saya Airin Aitne, semoga dapat berkawan baik."

"Jangan senyum, kamu cantik." Airin menatap kekasihnya.

"Aku gamau berbagi, senyummu hanya milikku." Gadis keturunan Cina itu mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Jangan gitu! Kamu lucu." Airin hanya pasrah, posesif sekali pria dingin ini.

"Mata gue katarak apa gimana sih?" bisik Iqbal pada Erna yang duduk di bangku paling belakang.

"Lah, mana gue tau, mata-mata lo, nanya gue."

"Itu Bang Raja 'kan? Dia punya kosa kata sebanyak itu?"

"Nah, kalo soal itu gue juga ragu mata gue sehat atau enggak."

Monster Salju dan Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang