"Kita pencar, gue sama Bang Zul ke utara, gue mau ke rumah Langit buat ngecek keberadaan dia sama ibunya, kalian bagi wilayah dan ada yang jaga di rumah gue. Gue yakin kalo malem ini kita belum bisa nemuin dia, dia bakal kembali ke rumah ayah. Biar bagaimanapun tujuan Yusuf itu buat hancurin hidup gue," ucap Iqbal kepada beberapa anak buahnya yang bersedia untuk membantu urusannya.
"Siap, Bos!" jawab mereka serempak, lalu semua orang segera menjalankan motornya, begitu pun dengan Zul yang mengendarai motor sport milik istrinya.
❄
"Assalamu'alaikum, Pak, permisi." Laki-laki setengah tua yang tengah berjaga di pos komplek itu seketika menegakkan tubuhnya setelah melihat kedatangan dua orang pria yang tidak ia kenali.
"Waalaikumsalam."
"Pak, mohon maaf sebelumnya, apakah saya boleh bertanya mengenai penghuni rumah ini?" tanya Iqbal sambil menunjuk ke arah rumah mewah yang berada di seberang jalan sana.
"Oh iya, silahkan. Jika saya bisa membantu, pasti akan saya bantu, Nak."
"Sebelumnya, apakah Bapak melihat penghuninya pulang, Pak? Kebetulan kami tengah menjalani tugas dari kepolisian." Pria itu seketika terperanjat kaget.
"Kepolisian?!" beonya. "Apakah mereka benar-benar melakukannya?" Iqbal dan Zul mengernyit, lalu saling pandang, melakukan apa? Pikir keduanya.
"Apakah mengenai pesta minuman keras malam itu?" Iqbal semakin dibuat bingung. "Iya, saya malam itu curiga jika di rumah ini ada acara pesta minuman keras, sebagai petugas keamanan, saya sangat mengerti hal itu. Namun, saya belum menemukan bukti yang kuat untuk melaporkannya, jadi saya bungkam hingga sekarang saya sampaikan kepada kalian."
"Mungkin dugaan bapak benar. Namun, kasus yang tengah saya bawa ini adalah kasus narkoba. Mohon jika Bapak mendapati mereka pulang, Bapak segera hubungi saya, ini kartu nama saya, Pak," ucap Zul sambil menyodorkan kartu nama miliknya.
"Baik, tapi ada satu hal lagi yang mengganggu pikiran saya. Bukannya saya suudzon. Namun, beberapa hari lalu saya mendengar Bu Cristi tengah bertelfonan dengan seseorang dan mereka membicarakan hal yang mencurigakan, saya curiga jika Bu Cristi itu melakukan jual beli barang ilegal. Jika Tuan-tuan adalah utusan dari kepolisian, mohon untuk menyelidiki hal ini juga."
Sungguh di luar dugaan, meskipun mereka tidak mendapatkan informasi mengenai keberadaan Yusuf dan ibunya dari satpam komplek itu. Namun, keduanya bersyukur karena mendapatkan informasi yang berharga seperti ini, Cristi pun dapat ikut serta masuk ke sel penjara, begitu pikir Iqbal.
❄
Setelah meninggalkan area perkomplekan elite itu, Zul dan Iqbal masih mencari keberadaan Yusuf hingga jam menunjukkan pukul 03.07 WIB, membuat Iqbal teringat dengan rutinitasnya.
Kedua motor sport itu pun berhenti di depan sebuah musala yang tak asing untuk Iqbal. "Bang, Iqbal tahajjud dulu, ya? Kebetulan ada musala yang sering Iqbal buat salat dhuha pas sekolah dulu, Iqbal seneng aja ibadah di sini. Iqbal tadi sempet tidur, kok sebentar." Pria itu masih bisa tersenyum. Zul pun mengangguk mengiakan.
Terlihat seorang pria tua memandangi pengendara motor sport itu dengan mata yang menyipit, berusaha menajamkan penglihatannya.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam, Iqbal?" Pemuda itu pun tersenyum mengiakan, ia pun segera menyalami tangan pria tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Salju dan Bidadari Surga
Spiritual❗BELUM DIREVISI❗ "Iqbal itu salju! Dingin tapi indah. Meisya suka!" Kalimat itu lagi, terngiang-ngiang di telinganya. "Meisya itu bidadari. Pemalu, tapi cantik luar dalem, berbeda dengan gadis lain. Iqbal cinta," gumamnya pelan, jawaban yang sama d...