25🖤

66 7 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ini saya, Zulkifli dan istri saya, Shinta. Sebelumnya kami mohon maaf karena tidak memberikan kabar kepada kalian semua selama ini.

Kami ingin menyampaikan kabar buruk ini karena tidak ingin membuat kalian bertanya-tanya. Adik saya, Meisya telah berpulang ke pangkuan Allah tiga hari lalu. Kami memohon doa untuk Meisya dan keluarga kami supaya diberi ketabahan.

Dan kami memutuskan untuk menetap di Singapura. Kami berharap kalian semua, sahabat-sahabat kami, sahabat-sahabat dari Meisya untuk melupakan kami dan keluarga. Anggap saja bahwa kita semua tidak pernah saling temu. Ini memang menyakitkan. Namun, kami tidak ingin pulang ke Indonesia dan menambah rasa kehilangan kalian semua.

Sekali lagi kami ucapkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pesan panjang dari nomor yang tidak dikenal itu mengagetkan Iqbal. Bahkan lututnya sudah tidak mampu untuk berdiri. "Aisyah ... lo bener-bener pergi ninggalin gue?" Mata pria itu nampak berkaca-kaca, ponsel yang ia genggam terjatuh begitu saja.

"Maafin gue, Sya. Gue belom sempet bahagiain lo." Terbayang tatapan teduh dari gadis itu. Saat pertama kali mereka bertemu di bandara, Iqbal memboncengnya, memaksanya makan dan meminum obat, tatapan keduanya yang tak sengaja bertemu. Semuanya seakan berputar kembali, seperti beribu-ribu pisau yang menusuknya secara bersamaan.

"Setelah apa yang lo perjuangin, Sya? Lo menang, dan lo mau ninggalin ini semua gitu aja?"

Pria itu menghela napas. "Setidaknya lo udah nggak menderita lagi karena gue atau penyakit yang lo derita. Tunggu gue, Sya."

🥀

Kabar kematian Meisya tentu tidak berhenti di sana. Zera, Reza, dan Airin menerima pesan itu di waktu yang bersamaan saat mereka tengah bersantai di kafe milik Raja.

Setelah membaca pesan itu, Zera meletakkan ponselnya begitu saja. Tatapannya kosong. "Ini bohong, 'kan, Za?" Tidak ada jawaban dari saudara kembarnya.

"Ini bohong, 'kan, Za?!" tanyanya sekali lagi dengan nada yang meninggi, detik selanjutnya gadis itu menangis.

"Reza ... jawab pertanyaan gue ...!" rengeknya dalam pelukan Reza yang sama-sama merasa tidak percaya dengan kabar menyedihkan itu.

Airin pun datang dengan ekspresi yang sama, ia segera duduk di samping Zera, seperti tak kuat menopang tubuhnya lagi.

"Airin!" Kedua gadis itu pun saling berpelukan. "Meisya, Ai ... Meisya! Ini pasti nggak bener."

🥀

Kabar kematian Meisya tersebar dengan cepat di geng Elang setelah Irsyad dan Fatimah menerima pesan itu. Semua orang yang menerima pesan itu berusaha menghubungi nomor yang diakui milik Zul itu. Namun, tidak ada tanggapan sedikit pun karena nomornya yang sudah tidak aktif. Mereka berpikir bahwa Zul benar-benar ingin melupakan Indonesia, mengapa pria itu tidak memikirkan bagaimana kesedihan hati orang-orang yang ditinggalkan Meisya?

"Iqbal," ucap Fatimah tiba-tiba. Semua orang menatapnya dengan sendu, Fatimah memang tengah berada di markas besar Elang saat ini.

"Cepetan telfon Iqbal!" titah Irsyad kepada Oky, pria itu pun menurut dan langsung menghubungi sahabatnya. Tidak ada respon, nomor Iqbal tidak aktif, mungkin ia mematikan daya ponselnya.

Monster Salju dan Bidadari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang