Iqbal segera berlari, begitu pun dengan Raja, lalu diikuti ke tiga sahabatnya.
"Jangan sok-sokan belain temen lo ini, gue tau lo gak mampu. Mendingan lo pergi, gue gak ada urusan sama lo." Airin enggan untuk mundur.
"Cewek kegatelan gini lo belain terus." Dengan sangat tidak sopan Jessi menarik kerudung milik Meisya ke belakang.
"Siapa yang kegatelan?" tanya Iqbal datar. Entah sejak kapan ia sudah berada di belakang ke tiga gadis berpakaian minim itu.
Mereka terdiam, tentu saja mereka takut dengan seorang Darellio Iqbal Ziqram. "Siapa yang kegatelan?!" Nada bicaranya mulai meninggi. Ia paling tidak suka jika pertanyaan yang ia lontarkan tidak segera dijawab.
Jessica berpikir bahwa Iqbal membenci Reza, maka Iqbal tidak akan peduli akan hal itu.
"Dia!" Jessi menarik kembali kerudung milik Meisya ke belakang. Gadis itu menangis.
Entah mengapa Iqbal begitu murka melihat gadis itu tersiksa. "Lepasin dia!"
"Iqbal, ini bukan urusan kamu bukan? Kamu benci sama Reza 'kan?"
"Lepasin sahabat aku ...." Airin ikut menangis, sekeras inikah kehidupan luar? Apa yang telah ia lewatkan selama ini? Airin memang tak pernah bersekolah, ia bersekolah di rumah karena sempat menderita penyakit pada otaknya.
Raja memeluk gadisnya penuh rasa khawatir. "Siapa lo berani-beraninya bikin cewek gue nangis?" tanya Raja datar. Jessi dan ke dua temannya ketakutan.
"Lepasin Meisya!" ucap Iqbal dingin, membuat Jessi semakin ketakutan dan langsung melepas cekalannya.
Meisya tersenyum, Iqbal menolongnya? Apakah Iqbal mencintai dirinya?
Meisya mengelap bagian bawah hidungnya, terlihat cairan berwarna merah pada jarinya. Pandangannya mengabur, semuanya terlihat hitam. "Meisya!" Hanya teriakan Iqbal yang mempu ia dengar, lalu semuanya menghilang.
Meisya ambruk dalam pelukan Iqbal. "Meisya ... hei! Bangun."
"Bawa ke UKS, biar aku telfon Kak Zul." Iqbal segera menggendong Meisya menuju UKS.
"Urusin dia!" Perintah Iqbal pada Gavin, Oky dan Erna. Jujur saja, Erna merasa cemburu saat ini. Benarkah ada cinta dalam hati Iqbal untuk gadis berhijab itu? Seharusnya ia tak cemburu, karena memang ia lebih mencintai Tuhannya dari pada Iqbal.
"Heh!" Erna tersadar setelah Oky menepuk punggungnya.
"Apa, sih lo?!"
"Nih, urusin! Gue mau sarapan. Yok, Vin!" Oky hampir meninggalkan sepupunya itu.
"Eitss. Gabisa gitu, kita bagi jatah."
"Ini cewek, urusan lo."
"Setidaknya kalian ada di sampingku, eak." Gavin dan Oky menatap Erna malas.
"Heh! Jessica Ariel Mardin ... ada masalah hidup apa lo berani mengusik kehidupan seorang Darellio Iqbal Ziqram?" Tidak ada jawaban.
"Kalo ditanya itu jawab!" ucapnya dingin, ia menaikkan dagu gadis menor itu supaya menghadap ke arahnya.
"Meisya ada salah sama lo? Reza? Pleaselah, dari penampilan aja yang pantes di bilang cewek kegatelan itu ... ah sudahlah." Erna kembali berpikir, tak seharusnya ia mengucap hal seperti itu. Ia tahu, sehina apa pun wanitanya akan merasa sakit yang teramat jika di sebut seperti itu.
"Lo minta maaf ke Meisya sama Airin! Lo salah sasaran. Tentang Reza ... kalo lo suka sama Reza, perjuangin." Gadis tomboy itu berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Salju dan Bidadari Surga
Espiritual❗BELUM DIREVISI❗ "Iqbal itu salju! Dingin tapi indah. Meisya suka!" Kalimat itu lagi, terngiang-ngiang di telinganya. "Meisya itu bidadari. Pemalu, tapi cantik luar dalem, berbeda dengan gadis lain. Iqbal cinta," gumamnya pelan, jawaban yang sama d...