Part 1

66 4 0
                                    

Seungwoo berjongkok agar sejajar dengan tinggi anak perempuannya. "Zeline, dengar Papa ya, kamu gak boleh pulang kecuali yang jemput Papa, atau Opa Hadi."

Putri Seungwoo yang baru berusia lima tahun itu mengkerucutkan bibirnya. "Memangnya Papa mau kemana?"

Seungwoo terdiam sebelum menjawab. "Papa ada urusan, sayang. Kan Papa harus kerja."

"Kerja sama tante Eunbi?"

Seharusnya Seungwoo gak perlu kaget lagi. Anaknya ini memang baru berusia lima tahun, tapi kayaknya jiwanya berusia 10 tahun lebih dewasa.

"Aku gak suka sama tante Eunbi. Tante Eunbi gak suka sama aku."

Seungwoo tersenyum sambil mengelus rambut anaknya. "Siapa bilang tante Eunbi gak suka sama kamu?"

"Memang iya kok. Tante Eunbi cuma suka sama Papa."

Seungwoo menghela nafasnya. Tangannya masih mengelus rambut Zeline. "Udah ya sayang, jangan ngomong gitu lagi. Papa sedih dengernya. Sekarang salim Papa dulu terus masuk ke dalam ya. Sekolah yang bener."

Zeline mengambil tangan kanan papanya lalu berbalik masuk ke dalam sekolahnya. Dia masih cemberut ketika menyalami Seungwoo. Seungwoo lalu berdiri sambil tersenyum. Dia masih berdiri disana sampai anaknya tak terlihat lagi dan baru masuk ke mobil lagi setelahnya.

Seungwoo mengeluarkan hpnya sebelum menghidupkan mesin mobil. "Hyunbin? Gue 10 menit lagi sampe kantor. Tolong siapin aja keperluannya. Ok, makasih," Seungwoo menyimpan hpnya lagi dan segera pergi dari sana.

***

Siang

"Halo Nadine?"

"Iya Yah?"

"Kamu bisa keluar gak jam makan siang ini?"

Nadine mengangkat tangan kirinya, melihat jam tangan. "Bisa sih Yah. Paling nanti izin sama Jinhyuk sebentar. Emangnya kenapa?"

"Gantiin ayah jemput Zeline."

Dahi Nadine berkerut. "Zeline siapa?"

"Anaknya Pak Seungwoo. Masa kamu lupa."

"Oh iya ya. Ayah kenapa emangnya gak bisa jemput?"

"Ayah tiba-tiba gak enak badan."

Nadine kaget. "Loh, kalo gak enak badan pulang aja Yah. Atau kalau perlu aku jemput ayah ke rumahnya Pak Seungwoo terus aku antar ke rumah sakit habis itu baru aku jemput Zeline-nya?"

Ayah Nadine menggeleng. "Gak usah. Ayah cuma gak enak badan, gak parah-parah amat. Lagian ayah juga udah pulang ke rumah."

"Tapi kenapa aku yang harus jemput? Kalau ayah gak bisa kan biasanya Pak Seungwoo-nya yang jemput?"

"Ayah udah coba telpon Pak Seungwoo-nya tapi gak beliau angkat-angkat. Kayaknya lagi sibuk banget."

Nadine berdecak. "Sibuk apaan, sibuk pacaran?"

"Nadine..."

"Oke-oke. Aku jemput anaknya. Tapi aku jemputnya pake motor, gapapa?"

"Gak boleh sebenarnya. Makanya tolong usahakan Zeline udah di rumah sebelum papa-nya pulang."

Nadine menghela nafas. "Kasihan banget si Zeline. Oke lah Yah. Nanti aku kasih tahu kalo anaknya udah sampai di rumah dengan selamat."

"Makasih Nadine ya. Maaf ayah ngerepotin."

"Apaan sih Yah, biasa aja. Lagian aku penasaran juga sama si Zeline. Kalo denger dari cerita ayah kayaknya anaknya lincah banget."

Ayah Nadine tertawa. "Ya gitulah. Jangan lupa ya Nadine, anaknya harus sampai di rumah sebelum papa-nya pulang."

ONLY ONE FOR METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang