Part 22 (End)

44 2 0
                                    

Sumpah Seungwoo kaget. Dia membuang nafasnya yang tiba-tiba tertahan. Dia lalu tertawa, gak percaya. "Bercanda kamu gak lucu loh Eunbi."

"Siapa yang bercanda? Muka aku udah serius kayak gini, kamu bilang aku bercanda?"

Seungwoo terdiam. Gak mungkin Nadine itu pacarnya. Dia masih gak percaya.

"Kamu denger kan gimana Zeline manggil dia? Zeline manggil dia bunda. Dari saat pertama kali kalian saling kenal, Zeline udah manggil dia bunda."

"Nadine bilang Zeline manggil dia gitu karena Zeline suka sama dia-"

"Dan kamu juga suka sama dia," sela Eunbi. "Kamu suka sama dia sampai kamu harus menjalin hubungan itu di belakang aku. Kamu ngelakuin itu karena kamu gak bisa mutusin aku. Bukan gak bisa sih, gak berani. Karena kamu tahu kebiasaan buruk aku. Aku mudah frustasi kalo aku dipaksa untuk ngelakuin sesuatu, atau menerima sesuatu yang gak sesuai sama ekspektasi aku."

"Kamu tahu kan gimana aku sama Zeline? Nadine berbeda. Dia gak deket sama kamu duluan. Dia deket sama Zeline duluan. Tapi karena sifat kamu itu, dia jadi gak bisa nolak pesona kamu. Dan kamu juga gak bisa nolak pesona dia, yang sayang banget sama anak kamu."

"Dan ya, akhirnya kita bertengkar karena itu. Dan berakhir disini."

Seungwoo terdiam. "Sumpah, karangan kamu bagus banget. Kamu cocok jadi penulis novel."

Eunbi mendengus sambil tertawa. "Terserah, Han Seungwoo. Tapi memang itu faktanya. Aku gak ngarang."

"Terus kenapa kamu ngasih tahu aku semua itu? Kenapa kamu gak... manfaatin keadaan aku yang sekarang? Kalau kamu gak kasih tahu aku, aku gak akan tahu apapun dan kita, kita bisa sama-sama lagi."

"Jujur aja, aku punya pikiran kayak gitu. Tadinya aku mau ngelakuin semua itu. Tadinya aku mau diam aja. Sesuai sama yang kamu bilang, kalau aku diam aja, kita bisa sama-sama lagi. Tapi aku urungkan niat aku dan lebih memilih untuk ngasih tahu kamu semuanya."

"Cuma itu, cuma itu yang bisa aku lakuin untuk bantu kamu. Biar ingatan kamu bisa balik lagi. Biar kamu bisa mengingat semuanya lagi."

"Kalau aku diam aja, aku kalah dari dia," Eunbi tercekat. "Dia berani datang ke aku, minta maaf dan mengakui kesalahannya. Terus apa aku harus diam aja? Bukankah lebih baik kayak gini? Aku datang juga ke kamu dan menceritakan semuanya?"

"Eunbi..."

"Lebih baik kamu lihat isi hp kamu sekarang. Kamu lihat galeri hp kamu sekarang. Bahkan wajah dia lebih banyak daripada wajah aku di hp kamu," Eunbi memegang roda kursi rodanya, bersiap untuk pergi. "Aku permisi."

Seungwoo diam aja menatap punggung Eunbi yang semakin menjauh. Barulah ketika Hyunbin membantu Eunbi untuk menutup pintunya lagi, dia tersadar dari lamunannya. Dia segera menoleh ke kanan, ke hpnya. Seungwoo berusaha bangun untuk meraih hp itu. Gila, kepalanya sakit lagi. Seungwoo menyandarkan kepalanya ke kepala tempat tidur, dan hpnya dia letakkan di atas pangkuannya karena hp itu masih loading, belum hidup sepenuhnya.

Ini hp kayaknya sengaja hidupnya dilama-lamain. Sumpah Seungwoo udah gak sabar lagi pengen eksplore galerinya. Disisi lain dia harus sabar menunggu sambil menahan sakit di kepalanya.

Oke hpnya udah hidup, tapi kepala Seungwoo beneran sakit. Matanya jadi rada kabur gitu. Tapi dia berusaha untuk memperjelas penglihatannya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Bukannya hilang kabur di matanya, malah tambah jadi. Kepalanya juga semakin menjadi-jadi sakitnya.

Gak, Seungwoo gak tahan lagi. Dia gak peduli lagi sama hpnya. Seungwoo meraba-raba, mencari tombol darurat. Dia gak tahan lagi. Kepalanya sakit banget.

ONLY ONE FOR METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang