Bonus Part: Satu

30 3 0
                                    

Eunbi sedang duduk di kursi bagian luar bandara, menunggu Hyunbin yang sedang ke toilet. Eunbi memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya, dia mau rehat sejenak. Dan kali ini dia mengiyakan tawaran orang tuanya untuk melakukan terapi. Ya, tentu saja orang tua Eunbi tahu apa yang diderita oleh anaknya. Karena dulu ketika Eunbi berbuat nekat untuk pertama kalinya, orang tuanya tahu. Walaupun waktu itu orang tuanya gak tahu kalau Eunbi 'kumat' karena ada kaitannya dengan Seungwoo. Makanya kali ini dia bersyukur Hyunbin gak cerita apa-apa ke orang tua mereka. Mengingat bagaimana khawatirnya mama Eunbi waktu itu. Apalagi yang kali ini 'penyebabnya' masih orang yang sama.

"Eunbi..."

Eunbi mendongak, Han Seungwoo berdiri di hadapannya. Ngapain dia disini? Bukannya seharusnya Seungwoo ketemu sama Nadine sekarang?

Seungwoo mulai berjalan mendekati Eunbi dan duduk di sampingnya. Eunbi diam aja melihat semua itu. Gak memberikan respon apapun.

Eunbi kemudian menatap Seungwoo, bingung. "Kok kamu disini? Bukannya seharusnya kamu ketemu sama Nadine sekarang?"

"Aku memang dari sana, tapi dia sama Jinhyuk udah keburu pergi duluan."

"Ya, tinggal disusul aja donk? Kamu pasti juga udah tahu dia pergi kemana."

Seungwoo balas menatap Eunbi. "Besok aja, sekalian aku mau bawa Zeline juga soalnya. Sekarang aku mau ketemu sama kamu dulu."

Dahi Eunbi berkerut, gak ngerti. Setelah itu dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hyunbin mana?" tanya Seungwoo kemudian.

"Ke toilet. Ini aku lagi nungguin dia."

"Lah berarti tadi dia jawab telpon aku di toilet?"

"Iya kali," Eunbi tertawa, Seungwoo pun tertawa.

Mereka diam lagi untuk beberapa saat sampai Seungwoo menoleh duluan pada Eunbi. "Kamu gak pulang kesini lagi?"

Eunbi mengangkat kedua pundaknya. "Gak tahu. Yang jelas aku mau istirahat dulu. Mau terapi juga."

Seungwoo terdiam. "Sorry," katanya kemudian, membuat Eunbi menoleh padanya lagi.

"Untuk?"

"Untuk semua kesalahan aku."

Eunbi terdiam.

"Kamu bilang Nadine udah datang ke kamu, minta maaf dan mengakui kesalahannya. Dan aku belum ngelakuin itu semua."

Eunbi kemudian menghela nafas. "Aku bahkan belum ngasih maaf ke Nadine." Eunbi lalu menatap Seungwoo. "Kamu mau tahu kenapa aku belum ngasih maaf ke dia?"

Seungwoo diam aja. Mendengarkan dengan seksama.

"Kalau aku langsung maafin dia malam itu, itu artinya, aku gak masalah tentang yang kalian lakukan di belakang aku. Padahal, aku menderita banget karena itu. Tapi..." Eunbi memberi jeda. "Aku memutuskan untuk tetap maafin dia, walaupun aku belum ngomong langsung ke dia. Bukan karena aku baik-baik saja dengan apa yang kalian lakukan, tapi karena dia mau datang langsung ke aku dan minta maaf."

Eunbi menoleh pada Seungwoo lagi. "Tolong sampaikan ke dia, kalo aku udah maafin dia."

Seungwoo menatap Eunbi untuk beberapa saat, lalu kemudian tersenyum dan mengangguk. "Pantas aku betah banget sama kamu ya."

"Udah, gak usah diingat lagi," Eunbi sewot, tapi Seungwoo nya malah ketawa.

"Tolong sampein juga ke mama papa kamu, aku minta maaf karena gak bisa jadi menantu mereka."

Eunbi tersenyum. "Mama aku sih paling yang galau. Gak jadi punya menantu kayak kamu."

"Kamu gak galau?"

"Seungwoo."

"Hm?"

"Kamu kurang-kurangin deh sifat yang kayak gini. Kamu sadar gak sih, kalo kamu itu semi buaya?"

Sumpah Seungwoo tertawa terbahak-bahak mendengar ini. "Aku kalo diingetin, aku sadar. Tapi habis itu aku lupa lagi. Mungkin karena aku mudah akrab sama orang lain kali ya?"

Eunbi menggeleng. "Bukan sama orang lain. Tapi sama cewek lain."

Seungwoo ketawa lagi.

"Tapi beneran deh, rugi banget kamu tu kalau sampai kehilangan Nadine. Selengket itu dia sama anak kamu. Sama aku boro-boro lengket. Ngeliat aja gak mau dia."

Seungwoo meredakan suara tawanya setelah mendengar itu. Tapi kemudian dia tersenyum. "Aku baru ingat kalau aku masih punya hutang sama kamu."

Eunbi bingung. "Hutang apa?"

"Kiss."

"Buaya!" Eunbi memukul pundak Seungwoo. "Baru juga aku bilang, kurang-kurangin sifat buaya kamu itu. Lagipula aku gak se-desperate itu ya pake segala ngarepin kiss dari pacar orang lain."

Seungwoo ketawa lagi lalu kemudian dia mengacak-acak rambut Eunbi. "Peluk aja gimana? Boleh gak?"

Eunbi menatap Seungwoo, gak habis pikir. Tapi kemudian, Seungwoo udah berdiri aja dan merentangkan tangannya. "Biar aku yakin kalau kamu gak benci sama aku."

Walaupun Eunbi bener-bener gak habis pikir sama kelakuan Seungwoo ini, well, dia tetap berdiri lalu masuk ke pelukan Seungwoo. Seungwoo memeluknya dengan erat tapi bisa Eunbi rasakan kalau pelukan ini benar-benar pelukan pertemanan. Dulu waktu dipeluk sama Seungwoo, dia masih bisa merasakan debar-debar jatuh cinta itu. Tapi sekarang berbeda. Eunbi takjub sendiri dengan dirinya yang seperti ini. Dia kira dia gak akan bisa ngelepas Seungwoo gitu aja. Tapi ternyata, bisa? Walaupun gak mudah pada awalnya.

"Aku minta maaf. Untuk semuanya. Maafin aku," kata Seungwoo sambil mengeratkan pelukannya.

"Gak usah minta maaf mulu. Nanti aku nangis."

Seungwoo mendengus sambil tersenyum.

"Mbak," Hyunbin datang menginterupsi perpisahan mereka. Mereka langsung melepas pelukan masing-masing. "Ayo masuk. Kita udah harus check in."

"Jaga kakak lo bener-bener, Bin," kata Seungwoo sambil mengangkat tangan kanannya.

Hyunbin menerima high five itu. "Iya gue tahu. Dari bocah juga udah gue jagain. Gue izin ya? Lo kerjain dah itu semua kerjaan lo tanpa gue."

Seungwoo tertawa. "Iya. Paling ntar gue cari orang lain buat bantuin gue sebentar."

Hyunbin pun ikut tertawa. "Ya udah, kita masuk dulu," kata Hyunbin yang direspon Seungwoo dengan anggukkan. Hyunbin kemudian beralih pada Eunbi. "Yuk mbak."

"Hm," Eunbi kemudian menoleh pada Seungwoo sebentar dan setelah membalas senyuman Seungwoo, barulah dia benar-benar berbalik dan beranjak pergi dari hadapan Seungwoo, dengan pundaknya yang dirangkul sama Hyunbin.

Seungwoo menghela nafas, matanya masih berada pada kedua kakak beradik itu. Seungwoo baru benar-benar pergi dari sana setelah Eunbi dan Hyunbin hilang di balik pintu. 

ONLY ONE FOR METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang