Bonus Part: Empat

38 3 0
                                    

"Oke kebeli!" seorang anak SMA dengan name tag Park Jihoon bertepuk tangan satu kali karena dia akhirnya berhasil ikut pre order action figure limited edition yang sudah lama dia incar.

Di sebelahnya, adik kembarnya dengan seragam yang sama dengan name tag Park Woojin, turut menatap ke layar laptop Jihoon dengan agak mencondongkan badannya ke kanan. "Beli apaan sih lo anjir?" Woojin kemudian kaget melihat nominal yang harus Jihoon bayar. "Satu juta seratus cuma untuk barang mati? Lo mau dijambak sama ibuk apa gimana?"

"Lo duluan yang gue jambak kalo ember. Lagian duit gue ini. Ya terserah gue."

Woojin menjauhkan badannya dari Jihoon. "Serah lo dah serah lo," dia lalu membuka kacang kulit lagi dan memakan isinya sambil atraksi. Masuk hidung baru tahu rasa dan, beneran hampir masuk hidung donk! Ya gimana gak masuk hidung, Woojin kaget ngeliat Nadine yang tiba-tiba lewat di depan mereka.

Oh iya, si kembar ini lagi nongkrong di teras luar Janji Jinhyuk di hari Sabtu yang cerah ini. Kebetulan mereka juga lagi nungguin temen mereka yang dua lagi belum datang, Park Serim dan Lee Hangyul.

Sadar adiknya gagal dalam atraksi melempar kacang kulit, Jihoon langsung menoleh padanya sambil ketawa. "Kenapa lo bego hahaha," suara tawa Jihoon khas banget.

"Gila ya kak Nadine. Dari masih gadis sampai sekarang lagi hamil, masih cantik aja."

Jihoon kemudian meniru Woojin, yang sedang berusaha melihat Nadine yang sekarang udah ada di dalam cafe dari dinding kaca.

Dahi Jihoon berkerut, seperti teringat sesuatu. "Kalo gue gak salah denger, katanya kak Nadine nikah sama om-om."

Woojin kaget. "Sama om-om? Rugi banget anjir kak Nadine. Secantik itu nikah sama om-om?"

"Bukan cuma om-om biasa malah. Om-om nya itu duda dan punya anak," Jihoon memanas-manasi Woojin karena dia tahu, adiknya ini mengidolakan Nadine sejak pertama kali Nadine kerja di Janji Jinhyuk.

"Buset.. beneran menang telak itu om-om."

"Ya, saya memang menang telak. Banget."

Jihoon dan Woojin auto menoleh ke kanan. Jelas mereka gak kenal sama babang tamvan yang menyapa mereka ini.

"Om-om, duda, dan punya anak. Kok kalian kenal banget sama saya?" tanya Seungwoo lagi pada kedua bocah tengil ini.

Anjir lakinya beneran datang

"Loh kok nyusulin turun? Katanya mau nunggu di mobil aja?"

Sekarang Jihoon dan Woojin auto menoleh ke kiri, ke pintu masuk. Tampak Nadine dengan baby bump nya yang sedikit kelihatan, keluar dari coffee shop sambil memegang ice americano pesanan Seungwoo di tangan kanannya.

"Tadinya memang gak mau turun. Tapi aku mau nimbrung aja gitu sama anak-anak ini. Obrolannya seru banget loh tadi," Seungwoo ketawa. Membuat Jihoon dan Woojin makin gak nyaman. Ini nih akibatnya kalo ghibah di tempat umum.

Nadine menoleh ke dua orang anak SMA yang kayaknya terintimidasi banget dengan kehadiran Seungwoo. "Emangnya pada ngomong apaan?"

"Itu-"

"Halo kak Nadine!" Woojin berdiri, memotong omongan Seungwoo. Membuat Seungwoo menahan tawanya. "Nama saya Woojin. Dan ini abang saya, beda dua menit, namanya Jihoon."

Nadine mengangguk-angguk. "Kembar?"

Woojin mengangguk mantap. Udah kayak junior yang ditanyain sama senior pas ospek. "Iya kak."

"Kok bisa kenal sama saya? Saya kayaknya gak kenal sama kalian?" tanya Nadine. Dia penasaran juga sih.

"Yah... idola sih memang jarang ada yang kenal sama fansnya, kak," jawab Woojin, ragu-ragu.

ONLY ONE FOR METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang