Part 20

39 3 0
                                    

Entah sudah berapa lama Nadine terus menatap wajah Seungwoo sambil menempelkan tangan Seungwoo di pipinya. Dia bahkan tidak sadar bahwa air matanya sudah kering. Dan dia juga gak sadar kalau Jinhyuk udah masuk ke dalam menyusulnya.

"Nadine," panggil Jinhyuk pelan, membuat Nadine tersentak. Dia meletakkan tangan Seungwoo dengan perlahan lalu buru-buru menyeka sisa air matanya sebelum berbalik menghadap Jinhyuk.

"Hm?"

Jinhyuk menghela nafas melihat keadaan Nadine. Dia gak tahu deh Nadine sadar apa gak dengan bentukannya sekarang karena sekarang mata Nadine tuh udah bengkak banget. Kayak orang gak tidur berhari-hari.

"Lo mau dianterin pulang juga gak? Gue barusan nganterin ayah lo pulang. Kasihan nanti ayah lo kecapean kalo harus disini terus. Sebenernya gue mau ngajak lo dari tadi tapi dilarang sama ayah lo."

Nadine menghela nafas sebelum menjawab. "Hyunbin masih ada?"

Jinhyuk mengangguk. "Dia memang gak boleh kemana-mana."

"Kenapa?"

"Eunbi ada di kamar sebelah. Dirawat juga."

***

Nadine membuka pintu kamar Zeline dengan perlahan. Sekarang udah mau jam tiga pagi, Zeline pasti udah tidur. Makanya Nadine melakukan semuanya, dari membuka pintu sampai naik ke kasur, dengan perlahan. Tadi waktu ditawarin pulang sama Jinhyuk, Nadine memutuskan untuk pulang ke rumah Seungwoo. Apalagi tadi Hyunbin juga bilang kalau Zeline sendirian di rumah. Ya memang ada ART dan yang lainnya, tapi dia pasti bingung karena papanya gak ada. Nadine juga udah minta izin sama ayahnya, dan ayahnya mengizinkan juga. Jadi ya udah, di sinilah Nadine sekarang.

Nadine menghela nafas ketika melihat wajah Zeline. Entah sudah berapa kali Nadine menghela nafas seperti ini hari ini. Tangannya lalu membelai pelan rambut Zeline, dan kemudian dia mencium dahinya. Ternyata perlakuan Nadine ini membuat Zeline terbangun. Gak biasanya Zeline kebangun cuma karena dibelai dan dicium kayak gini. Ini menandakan kalau tidur Zeline gak nyenyak.

"Bunda...?" tanya Zeline, setengah mengantuk. Dia lalu mengucek matanya dan memperhatikan sekali lagi orang yang 'mengganggu' tidurnya ini. "Beneran bunda? Bundaaaaa.." Zeline segera memeluk Nadine sambil menangis.

"Iya sayang. Ini bunda," Nadine menahan tangisnya sambil memeluk Zeline lebih erat. Dia juga mengusap-usap punggung Zeline.

"Bunda, papa mana? Papa gak ada..." rengek Zeline.

"Ada kok. Siapa bilang papa gak ada?"

"Apa papa marah ya sama aku karena aku ngambek sama papa?" suara Zeline sedih banget. Dia bener-bener kayak lagi ngadu ke Nadine.

"Gak kok. Papa gak marah sama kamu. Papa lagi sakit, sayang."

Zeline melepaskan pelukannya dan menatap Nadine. "Papa sakit apa bun? Lututnya sakit lagi ya?"

Nadine berusaha tersenyum. "Iya. Jadi sekarang papa lagi diobatin. Makanya gak ada di rumah. Bukan marah sama kamu."

"Terus kalau papa lagi diobatin, aku pergi ke sekolah sama siapa?"

"Kan ada bunda. Nanti bunda antar kamu ke sekolah, jemput kamu juga. Sarapannya bunda buatin juga. Makan siang juga. Sampai makan malam juga. Semua yang mau Zeline makan, nanti bunda buatin."

"Beneran ya bunda? Gak boleh bohong lagi. Nanti bunda bilang sama aku bunda sibuk kerja lagi."

Nadine tertawa mendengar kepolosan Zeline. "Gak sayang. Kali ini beneran. Bunda gak akan kemana-mana. Bunda bakal sama Zeline terus. Nih lihat bunda udah disini sekarang, mau bobok sama Zeline."

ONLY ONE FOR METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang