Chap. 40 Sakit.

383 46 12
                                    

Happy Reading💫


"Iya kenapa Ma?" Zevin bertanya setelah mendapat panggilan masuk dari Mamanya itu.

"Kamu jaga rumah ya, Mama, Papa, sama Zeran pergi kam keluar kota buat ngehadirin acara kantor. Kita baru pulang besok," jelasnya.

Zevin mengangguk, "Oo okeey, udah sampe?" jawabnya.

"Iya udah sayang,  Mama tutup telponnya ya."

"Ehh Ma, si Zura dirumah?" Tanyanya lagi.

"Kayanya udah, tapi mama ga liat dia pas pergi tadi. Emang dia ga sama kamu?"

"Ehh enggak Ma, yaudah Hati-hati ya," ucapnya langsung mematikan panggilan.

Ntah kenapa perasaannya tidak enak. Zevin langsung mencari kontak Gadis itu dan menelponnya.

"Tutt..tut...tut... panggilan ini sedang berada di luar jangkauan."

Ia menatap nanar ponselnya, "Kenapa ponselnya mati?" Batinnya.

Ia mencoba menelpon lagi tapi hasil nya sama. Ponselnya tidak aktif.

Tanpa aba-aba pria itu kembali ke meja tempatnya dan ketiga sahabatnya itu sedang berdiskusi. Ia langsung memgambil tas dan jaketnya dan berlalu dari sana.

"Vinn mau kemana lu?" tanya Ejak.

Zevin menoleh, "Gua ada urusan, kalian lanjutin aja."

"Lahhh," koemntar Danil.

"Udah biarin aja," timpal Rio. Mungkin soal Zura. Akhirnya Zevin berlalu pergi dari sana.

Langkahnya langsung terhenti saat melihat Sisa-sisa hujan, emang tadi sore hujannya lumayan deras. Ia menatap langut yang sudah gelap, ini sudah jam 7 malam dan ia harus memastikan gadis itu berada dirumah.

Akhirnya, Zevin memakai jaketnya dan menghampiri motor miliknya. Ia memasang Helm serta menghidupkan mesin motornya, berlalu dari sana dan membelah kota jakarta malam itu.

Tak sampai 15 menit, pria itu sampai dirumah dengan aman. Ia langsung masuk ke rumah karena tidak terkunci.

"Ra, Zuraa!" Panggilnya. Hening, tidak ada sautan dari cewek itu.

Kakinya melangkah melewati tangga dan langsung menuju kamar Zura, membuka pintu kamarnya yang ternyaat juga tidak terkunci.

Ia langsung bernapas lega saat melihat sesosok perempuan tertidur di atas ranjang dengan balutan selimut tebal.

"Aa kirain." Ucapnya. Kekhawatiran benra-benar mengganggunya.

Saat hendak menutup pintu kamar itu, ia menoleh lagi. Bersandar di tiang pintu sambil memperhatikannya sebentar.

Tapi ia merasa tak cukup, akhirnya ia berjalan masuk mendekati kasur gadis itu.

"Lo tidur?" Tanyanya bodoh. Tak ada jawaban dari Zura.

Zura tertidur membelakangi tempat Zevin berdiri, pria itu sudah merasa lega karena melihat Zura sudah ada dirumah. Sambil memainkan rambut gadis itu.

"Gua kira lo kenapa-napa," gumamnya. Tetapi sedetik kemudian ia menyadari bahwa rambut gadis

"Basah?"

"Kenapa tidur dengan rambut basah?"

"Ra?"

Tangannya langsung menyentuh kening Zura, gadis itu berkeringat dan napasnya berat. Wajahnya memerah.

"Panas Banget!"

Zevin membalik Zura yang ternyata mengigil kedinginan.

"Dia demam," batinnya.

"Ra.." panggil Zevin lembut. Tapi tak ada jawab dari gadis itu.

Tangan Zevin menyentuh pipi Zura, suhu panas menyalur ke telapak tangannya.

"Kenapa bisa demam? Apa dia kehujanan?" Batinnya bertanya.

Ketika hendak pergi untuk mengambil kompressaan dan obat, Zura sedikit tersadar dan memegang tangan Zevin.

Zevin berbalik, "ka-kak..." gumamnya sambil sedikit membuka mata, Akhirnya pria itu duduk di pinggir kasur.

Zura mencoba bangun dan Zevin langsung membantunya duduk, tangan kirinya berada di belakang kepala gadis itu, dan kepalanya bersandar di dada Zevin.

Deg..

Jantungnya tiba-tiba bertak kencang, perasan kahwatir menyerangnya saat ini. Menatap Zura yang tak berdaya membuat hatinya sakit.

"Apa ini mimpi?" Tanya gadis itu.

"Bukan," jawabnya

Zevin menatap Zura, "Dia setengah sadar?"

Zura menggeleng, tangannya ia lingkarkan ke belakang leher Zevin.

"Kakak Jahatt..."
gumamnya tiba-tiba membuat Zevin terdiam. Suarnya kecil cuma masih terdengar jelas di telinganya.

"Kakak jahat banget..." keluhnya.

"Kenapa?"

"Aku kaya gini karena kak Ajeng..." ucapnya.

Mata Zevin melebar, Zura mengeratkan pelukannya membuat Zevin membeku.

Deg...

"Apa dia juga meluk cowo lain kaya gini?"

"Nggak kan?" Batinnya meyakinkan diri.

Mata Zevin menggelap, Ajeng! Perempuan itu benar-benar tidak mengerti. Liat apa yang akan ia lakukan saat bertemu wanita itu nanti. Berani-beraninya dia menyentuh miliknya.

"Kakak Jahat..." gumamnya. Hal itu membuat Zevin menatapnya.

"Kenapa lagi?" Ujar Zevin pelan.

"Kenapa kakak jadi baik? Aku jadi salah paham sama kakak..."

"Harusnya kakak jahat sama aku, biar aku ngga makin suka.."

"Kakak harusnya suka aku." Zevin menyunggingkan senyum saat mendengar itu.

"Kenapa kakak mau aku jadi pacar kakak?..."

Zura melonggarkan pelukannya dan Zevin menatap gadis itu intens, senyumnya mengembang. Zura menggeleng, matanya hampir menutup.

"Jangan senyum... kakak jadi tambah ganteng."

Zevin malah tambah tersenyum mendengar hal itu.

"Dia ga bakal inget apa yang bakal gua omongin kan?" Batinnya.

"Iya gua suka sama lo."

"Gua ga mau lo kenapa-kenapa, makanya jangan sakit."

"Lo cuma boleh liat gua, lo cuma boleh suka sama gua."

"Jadi lo harus dengerin gua, lo cuma Milik seorang zevin!!"

Tak ada jawaban dari Zura, gadis kembali ttertidur. Suhu badannya belum turun membuat Zevin harus cepat-cepat mengompress. Kedua orang tuanya juga tidak dirumah mengharuskan dirinya yang harus merawat gadis ini.

Ia menurunkan Zura lagi ke kasur, Ia menarik selimut hingga menutupi leher gadis ini. Zevin beranjak dari sana untuk memgambil handuk basah dan obat.

Tak lama ia kembali dengan sebaskom air hangat dan sebuah handuk. Setelah diperas ia langsung meletakkannya di kening gadis itu.

Ia mengetes suhu badannya dengan termometer yang ia bawa, beberpaa detik hasilnya keluar dan suhu 39 derajat celcius muncul disana.

Ia duduk lagi di samping kasur sambil menyentuh rambut gadis itu. Menatapnya dengan sendu.

"Harusnya lo kasih tau gua kalo lu digangguin ajeng."




Tbc—

Jangan lupa Vote dan Koemennya
Gimana? Baper? Nyengir lu jomblo🤣✌🏻
Follow IG @angrainy_iny
See You next Chapter guys💓

Melody Of You [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang