Chap 21. Menjauh

426 56 47
                                    

Jangan lupa vote dan Komen🥰😌🖤

🎶

"BRENGSEKK!!!"

"AKU BENCI KAKAKK!!!!"

"SUKA?? MIMPII AJAA!!!!"

Zura berbalik dan berlari meninggalkan mereka, air matanya sudah jatuh, entah bagaimana ia harus menghadapi orang-orang setelah ini.

🎶

Zura berlari ke taman belakang sekolah dengan air mata yang bercucuran, tidak memikirkan bagaimana pandangan orang terhadap dirinya lagi. Saat ini yang dia inginkan hanya menangis dengan keras dan mengeluarkan seluruh amarahnya yang sudah sampai ubun-ubun. Bukan hanya rasa kesal, rasa kecewa pun ikut singgah pada dirinya saat ini, mendengar apa yang Zevin katakan tentang dirinya, membuat hatinya sesak dan sakit.

"Jahat hiks hiks," ocehnya sambil mengelap lelehan air mata yang terus mengalir dan tak bisa berhenti. Taman yang sepi menjadi tempatnya berlabuh, cinta pertama yang ia akui beberapa menit lalu langsung kandas begitu saja.

Dengan sesenggukan ia bergumam, "I-itu bukan ciuman yang seperti orang-orang pikirin, i-itu tak terelakkan."

Ia bingung kenapa Zevin harus mengatakan hal itu, kenapa? dan siapa yang udah memutar  rekaman itu lewat speaker sekolah, kenapa dan apa tujuannya.

"hikss hikss," tangisnya masih berlanjut

"Ra, lo nggak papa?" Tanya Rio memegang pundak Zura tiba-tiba, Ia menyusul Zura yang ternyata berlari ke taman, rasa khawatir langsung hinggap di hatinya melihat Zura seperti tadi, mungkin karena ia menyukai gadis itu.

Zura menoleh dan langsung menghapus kasar air matanya dan menggeleng pelan, "Ooh ngga papa kak."

"Lo kira gue Zevin ya?"

"E-enggak kok," Zura memaksakan senyum kecil, meskipun hati kecilnya ia mengira Zevin yang bakal mengejarnya. Iya aku kira kak Zevin kak, batinnya.

"Raa."

Rio duduk di bangku panjang itu, disebelah Zura dengan tangan yang masih berada di punggung kiri Zura. Zura berbalik ke arah Rio sambil berusaha tersenyum untuk memeperlihatkan bahwa ia baik-baik saja.

"Engga kak."

Sebelah tangannya lagi ia letakkan di bahu kanan gadis itu, ia menatap dalam maa Zura yang merah akibat menangis. "Jangan bohong Ra, Lo boleh nangis kok di depan gue."

Air matanya langsung turun tanpa aba-aba, Ia menangis dengan keras dihadapan Rio, pria itu hanya bisa menepuk-nepuk pelan bahu Zura, melihat gadis ini begini membuat hatinya sakit.

"I-itu bukan yang kaya kakak pikirkan hiks,hiks," ocehnya di tengah tangisan.

Rio tersenyum dan menepuk pelan kepala Zura membuat gadis itu mengangkat kepalanya, "Iya lo bukan cewe kaya begitu, gua tau kok, pasti ada alesannya kan."

"K-kak Rio," ucapnya tertegun.

"Udah jangan nangis lagi ya, lo cantik kalo senyum," ujarnya sambil mengusap air mata di pipi Zura dengan tangan kekarnya.

"Kak Rio kenapa bisa sebaik ini sama aku," batinnya.

Zura mengangguk dan kemudian menghapus sendiri air mata yang bersisa di pipinya. Amarahnya tadi sedikit mereda dan ia mencoba untuk menenangkan dirinya.

Melihat Rio tiba-tiba hatinya menghangat, pria ini begitu baik dan perhatian, tapi, tapi kenapa aku tidak menyukai dia.

"Gua bakal cari orang yang udah ngerekam percakapan gua sama Zevin kemarin, lo ngga usah khawatir, dan soal perasaan gua..."

Melody Of You [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang