KIM RAE
Gwangalli Beach
Saat ini aku dan Alea tengah berada di pantai Gwangalli.
Pantai dengan garis lengkung menyerupai bulan sabit, pasir putih yang halus dan jembatan Gwangan melengkapi indahnya pemandangan di sana.
"Pantai yang indah," kata Alea.
"Aku ingin menikmati senja dan menghabiskan malam denganmu di pantai ini.
Apa kau keberatan?" tanyaku."Aku tidak keberatan."
Kami berjalan perlahan di sepanjang bibir pantai tanpa alas kaki, sambil menunggu senja menyapa kami.
Aku ingin meraih jemari Alea dan menyembunyikannya di dalam genggaman tanganku, tapi aku tidak punya nyali untuk melakukan hal itu.
Aku hanya bisa menatapnya, ahhh ... senja memang belum datang, tapi aku sudah melihat senja itu di binar mata Alea.
Sinar lembut yang memancar di matanya, seolah mendorongku untuk menyelami jingganya lebih jauh lagi."Kita duduk di sini, sepertinya senjamu akan segera tiba," kata Alea.
"Apa kau senang hari ini?" tanyaku kepada Alea.
"Sangat senang sekali.
Busan kota yang indah.
Tuhan memberikan banyak kasih sayangnya di kota ini.
Itulah sebabnya Busan menjadi satu-satunya kota yang tidak dapat di serang saat perang civil Korea yang menyebabkan Korea terbagi menjadi 2.""Kau tahu banyak tentang Busan dan Korea," kataku kagum.
"Tidak, aku sedikit tahu karena aku suka membaca, hanya karena itu saja."
"Kau mahir dalam berbagai macam bidang seni.
Kau tahu banyak soal sastra, kau pandai menari, kau tidak buta akan kisah-kisah di dunia, kau juga hebat soal memasak, kau bisa segalanya.
Sebenarnya kau ini manusia atau apa?
Kenapa kau bisa begitu banyak hal?
Apa yang tidak bisa kau lakukan?""Aku tidak seperti itu, itu terlalu berlebihan.
tentu saja ada banyak hal yang tidak bisa aku lakukan dan ada banyak hal yang aku takuti," jawab Alea."Apa hal yang tidak kau kuasai?"
"Emmm ... Aku tidak mahir berolah raga, aku juga tidak begitu pandai dalam hal hitung-hitungan."
"Lalu apa yang kau takuti.
Aku merasa kau tidak takut apa pun.""Aku takut balon."
"Jinjja?
Kau takut balon??
Kenapa kau takut balon?
Balon bukan hal yang berbahaya.""Aku takut balon itu meletus, rasanya sangat menakutkan saat membayangkan balon itu akan meletus."
"Kau benar-benar gadis yang aneh."
"Lihatlah, senjamu sudah datang," tunjuk Alea.
Kami terdiam beberapa saat menikmati semburat warna jingga yang indah di langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUSAN, LOVE AFTER GI
RomanceCerita fiksi Hanya sekedar imaginasi dari penulis. Senja menyapa kota Busan. Ombak menjilati bibir pantai gwangalli. Matahari turun sepenggalan dalam pandar serupa cadar. Pada jarak puluhan ribu mil, Ada rindu yang terhampar Pada jingganya langit se...