.
Sial, bolehkan Jungkook mengumpat, hanya untuk kali ini saja. Maniknya memicing tak Suka saat seorang gadis bersurai hitam itu kembali menempelinya. Hyejin, entah bagaimana gadis itu bisa tahu bahwa dirinya akan berlatih distudio Yoongi, ngomong ngomong soal latihan Jungkook bersyukur setidaknya kini dia tidak perlu diam diam dan menyembunyikan hal ini dari sang ayah. Dan Aina, ck, jika saja Hyejin tidak ikut bersamanya Aina mungkin sudah berada dengannya disini, tapi itu juga tidak sepenuhnya salah Hyejin, nyatanya setelah menyebut nama Yoongi didepan gadis itu entah mengapa Aina jadi tidak berselera, gadis itu mengatakan kalau Yoongi itu manusia es, jadi dia tidak mau menemui manusia seperti itu lagi. Ah salahkan saja Mingyu yang tiba tiba datang menemui Yoongi, tentu saja, kakaknya itu memang sedikit ketus pada orang asing, apalagi seorang gadis.
"Kita sudahi dulu latihannya"
Yoongi berucap tatkala Jungkook menyelesaikan lagunya, dapat Jungkook lihat dengan baik Yoongi tampak tak menyukai keberadaan Hyejin distudionya."Lima belas menit lagi aku akan kembali"
Ucap Yoongi lagi, pria itu lantas pergi meninggalkan Hyejin dan Jungkook diruang latihan, Hyejin sendiri masih terdiam ditempatnya, duduk seraya menikmati sebuah pemandangan indah ciptaan Tuhan didepannya, nyatanya kharisma Jungkook tak pernah berkurang sedikitpun, bahkan semakin hari pemuda itu terlihat semakin berkharisma.Jungkook melepas headphonenya lantas berjalan menuju tas yang sialnya berada disamping gadis itu, sungguh dia ingin pergi saja dari ruangan melihat bagaimana Hyejin menatapnya penuh keinginan.
"Bagaimana dengan ahjussi ? Aku belum menjenguknya lagi"
Gadis itu bertanya, Jungkook hanya diam lantas membuka sebotol air yang sudah disediakan oleh Yoongi distudio."Sepertinya kau masih tak bersedia menjawab pertanyaanku"
Jungkook memejam lantas menaruh botol air itu disamping kakinya.
"Dengar Hye, hubungan kita sudah berakhir, jadi aku mohon pergilah dan jangan pernah menggangguku lagi"Helaan nafas terdengar begitu jelas dari bibir Hyejin, ya dia tidak menyalahkan ucapan Jungkook, lagi pula memang itu kenyataannya. Hubungan diantara keduanya memang sudah berakhir sejak enam bulan lalu, lebih tepatnya semenjak Hyejin mengikuti pertukaran pelajar diluar negeri dan untuk hubungan keduanya memang tidak ada yang tahu kecuali Mingyu, tentu saja pemuda itu satu sekolah dengannya saat sekolah menengah pertama.
"Jung aku tahu, aku melakukan kesalahan dan untuk itu aku mohon berikan aku satu kesempatan lagi, aku hanya ingin memperbaiki semuanya"
Kekehan hambar terdengar dibibir Jungkook, pemuda itu menggeleng pelan lantas membuang pandang dari wajah gadis disampingnya.
"Tidak ada yang perlu kau perbaiki, semuanya sudah hancur dan tidak dapat dikembalikan lagi, aku baik baik saja bahkan setelah kau menghancurkan kepercayaanku ""Apa ini karena gadis itu ? Jung, kau berubah karena gadis itu bukan ?"
Pertanyaan Hyejin membuat Jungkook menoleh lagi, manatap serius gadis disampingnya."Itu bukan urusanmu, yang jelas, kau dan dia berbeda"
Jungkook bangkit dari duduknya lantas melangkah keluar meninggalkan Hyejin yang kini sedang menahan tangisnya..
Aina baru saja sampai di rumah yang lantas disambut hangat oleh sang ibu, namun entah mengapa aura yang ia rasakan ketika sang ibu memeluknya begitu berbeda, seperti dingin dan takut, entah apa yang ibunya sedang rasakan saat ini tapi hal itu tersingkirkan saat melihat ayahnya datang dari arah balkon rumahnya.
"Ayah"
Suara Aina membuat ibunya seketika melepas pelukan dan tentu saja Aina berlari kepelukan sang ayah."Ayah mau kemana ?"
Tanya gadis itu, sang ayah diam lantas melirik wanita didepan sana sekilas, setelahnya tersenyum saat melihat putrinya menatap kearahnya."Ayah akan tidur dihotel malam ini, besok pagi ayah akan kembali"
"Tapi, ayah bisa tidur disini, ayah tidur dikamarku seperti kemarin dan aku akan tidur bersama ibu, iya kan bu ?"
Tanya Aina memastikan, sedang ibunya hanya terdiam tak ingin menjawab pertanyaan Aina."Tidak sayang, itu tidak akan baik, dan lagi pula ayah tetap akan sering kemari, percayalah"
Aina menunduk dalam, sejujurnya dilubuk hati terdalamnya ada rasa takut dan khawatir jika ayahnya kembali pergi dan meninggalkannya, Aina tidak ingin kebahagiaan yang ia rasakan dua hari ini hilang begitu saja saat mengetahui sang ayah kembali pergi."Tersenyumlah, ayah janji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi"
Seolah tahu apa yang menjadi kekhawatiran Aina, sang ayah berucap penuh keyakinan, sungguh Aina jadi merasa semua ketakutan dan kekhawatirannya menguap begitu saja saat mendengar ucapan ayahnya.Mengangguk pelan Aina lantas menatap manik ayahnya, tersenyum tipis saat sang ayah mengusap lembut puncak kepalanya.
"Lebih baik kau kekamar dan bersihkan dirimu"
Titah sang ayah yang lantas diangguki oleh Aina, gadis itu sekilas menatap sang ibu setelah mendapat anggukan pelan dari ibunya Aina melangkah menuju kamarnya. Menghela nafas lantas bersandar dibalik pintu tatapannya kedepan, entah mengapa perasaannya tidak tenang, memejam sekilas Aina lantas berjalan menuju meja belajarnya.Menarik laci meja belajarnya lantas meraih sebuah foto yang sudah sangat lama ia simpan. Ditatapnya foto itu.
"Ai harap semua baik baik saja, Ai hanya ingin kita hidup bahagia, hanya itu"
Lirihnya, entah mengapa air mata keluar begitu saja, Aina pun tidak mengerti, yang dia tahu adalah ayahnya yang sudah lama pergi kini kembali namun sepertinya hubungan ayah dan ibunya tidak baik baik saja, seolah keduanya hanya memasang senyum untuknya saja. Untuk putrinya.Membenamkan wajahnya dikedua lipatan lengan Aina hanya berharap semuanya baik baik saja dan akan membaik seiring berjalannya waktu.
Hingga saat sebuah usapan lembut menyapa puncak kepalanya gadis itu mendongak menatap wajah ibunya yang kini tersenyum kearahnya."Ada apa bu ?"
Pertanyaan itu seolah belati yang menusuk masuk kedalam hati wanita berhijab hitam itu, sungguh bagaimana ia akan menjawab pertanyaan putrinya, sedang diapun tak tahu harus melakukan apa untuk melawan pria itu, pria yang kini datang dan meminta putrinya darinya."Tidak ada sayang, semua baik baik saja, Ai tidak perlu khawatir"
Ucap sang ibu lantas memeluk gadis itu erat, seolah tak ada hari lain setelah hari ini berakhir."Bu"
Deheman sebagai jawaban atas panggilan Aina, gadis itu mendongak melihat wajah ibunya yang penuh dengan kekhawatiran.
"Ai, sangat menyayangi ibu, walau ayah datang ibu tetap menjadi orang pertama yang Ai sayang"Usapan lembut pada punggung Aina terhenti, sang ibu menatap manik putrinya dalam lantas mengecup singkat dahi Aina, meluapkan segala cintanya pada putrinya.
"Ibu juga sangat menyayangimu, sangat"Aina menunduk lantas memeluk ibunya erat.
"Ibu akan selalu bersama Ai kan bu ?"Sang ibu mengangguk cepat, setelahnya keduanya memeluk dengan perasaan yang entah tidak bisa digambarkan. Aina yang gamang dengan perasaannya dan sang ibu yang takut, takut akan kehilangan putri tercintanya.
.
***
MinnalAidzin walfaidzin ya 🙏🙏
Maaf baru sempet up 😅
Jaga kesehatan ya
💜 u#17Mei2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Snow [Jjk-BTS]
Fanfiction[[ ON GOING ]] "izinkan aku menggenggam mu walau hanya sesaat sebelum kau menghilang, meski kau pergi dariku dan mencair, kau akan tetap ada dihatiku" -crystal snow . #Jeon_Jungkook #Kim_Namjoon #Aina_Talitha_Zahran (fiction) . . . Baca aja dulu yu...